20130723

Sebuah Cerita Tentang Kita (Part 1)

Foto ini diambil ketika kami menginap bersama di rumah Hira setelah semalaman meeting untuk penentuan produk Dreamdelion. Sederhana sekali tidur di karpet bersama selimut-selimut tebal dan di kursi, paginya sarapan bareng, tapi buat saya itu priceless moment :D
Ada Bella, Gina, Hira, Fahma, Amel, Alia, Rani, dan Mella. Saya yakin kami bukan dipertemukan karena kebetulan tapi karena memang kami dijodohkan bertemu untuk insyaAllah kebaikan.

Perkenalkan ini ada Gina, Fahma, Mella, dan Bella lagi di COMMA ID buat penentuan produk bersama tim operasional dan pemasaran Dreamdelion.

Ceritanya kita lagi datang di hajatan pemilihan mapres FTUI, Alhamdulillah Fahma terpilih jadi Mapres 2 Sosmas FTUI yeayyyy, proud!!! Ada Bintang, Amel, Irma, Mella, Alia, Fahma, dan Rani :D
Kesuksesan satu orang adalah kesuksesan bersama, karena kami bukan sekedar partner kerja tapi keluarga :D
Kami sedang di Curug Orog Garut untuk team Building Dreamdelion, ada Faiqa, Euis, dan Navilla juga teman-teman yang namanya sudah disebutkan sebelumnya.
Buat kami kebersamaan itu sesuatu yang tidak bisa tergantikan, sementara kerja profesional adalah wujud kesungguhan dan komitmen terhadap kebaikan. InsyaAllah.

Lagi di E-Youth Universitas Bakrie... Ada Bintang, Fahma, dan saya... Belum lama kami saling mengenal tapi sudah benar-benar bersaudara insyaAllah, kadang beda pendapat itu pasti, bertengkar itu lumrah, tapi ketika mengingat kembali visi dan misi kebersamaan kami maka semua seolah kembali fokus pada tujuan : mengapa kami harus bersama?


Bersambung...


20130722

Setahun Dreamdelion, Inilah Kisah Sederhana Bisnis Sosial Penebar Mimpi dan Pelaksana Aksi!


Terinspirasi dari pernyataan Pak RW 04 dalam tausyiah pada Buka Puasa Bersama Dreamdelion kemarin, “… seperti anak-anak muda dari Delion yang sudah setahun disini, biasanya kalau orang ke Manggarai paling lama tahan 3 bulan lalu pergi, tapi mereka sudah setahun dan semoga selamanya…”

Dan lalu rasanya saya langsung flashback ke setahun lalu, 12 Agustus 2012 dimana diadakan Buka Puasa Bersama Dreamdelion dengan mengundang 50 warga ke PAUD. Ditempat yang bisa dibilang sempit sehingga warga yang terdiri dari anak-anak sanggar dan ibu-ibu yang kami berdayakan harus bersempit-sempitan. Semuanya dilakukan secara sederhana, bahkan panitia sampai tidak bisa berbuka karena habis makanannya tahun lalu.

Alhamdulillah, Allah memberikan usia yang dapat dimanfaatkan untuk mengulang-ulang kebaikan insyaAllah. 21 Juli 2013, Dreamdelion diberikan kesempatan untuk mengadakan kembali Buka Puasa Bersama. Namun kali ini Alhamdulillah kami dapat menjangkau lebih banyak warga, sekitar 500 boks makanan dapat dibagikan. Kolaborasi kami untuk acara Buka Puasa Bersama ini dengan Pengajian Madinah Bekasi, Berbagi Nasi Jakarta, Indolicious Café, Greeners Magazine, dan Sedekah Jamaah. Alhamdulillah juga bekerjasama dengan PT Asuransi Ekspor Indonesia, tahun ini ada mukenah/sarung untuk adik-adik sanggar dan bingkisan lainnya. Acara Buka Puasa Bersama tersebut dilaksanakan di Masjid setempat ada janda, jompo, bapak dan ibu, anak-anak muda, serta anak-anak kecil Manggarai. Hadir pula mas Dondy Hananto, mas Renee Suhandono dan mbak Yamuna, mbak Nucha dan mas Ario beserta rekan-rekan Berbagi Nasi Jakarta, pak Zul dari DRPM UI, Volunteer Doctor, Sosmas BEM UI, Rukema Pack, PKPU, dan masih banyak lagi. Selain Buka Puasa Bersama, momen kemarin juga dijadikan sebagai sarana memperingati satu tahun Dreamdelion (18 Juli 2013) dengan pemotongan tumpeng juga perkenalan buku cerita pop up 3D Dreamdelion.

Bercerita sekilas tentang perjalanan Dreamdelion selama satu tahun ini, saya pribadi tidak bisa berhenti mengucap syukur dan terima kasih karena Allah mengijinkan Dreamdelion untuk mempertemukan berbagai orang dari berbagai dimensi yang ingin berbagi, berbagi dengan caranya masing-masing “let’s empower people with your style!”. Masih lekat di ingatan bagaimana dulu pertama kali ketika saya mengalami penolakan dari warga setempat ketika menawarkan program jahit-menjahit untuk ibu-ibu, bagaimana Allah menjodohkan pertemuan saya dengan 8 teman yang merintis Dreamdelion bersama-sama dari awal meskipun sekarang perintis tersebut bertahan 7 orang, bagaimana saya sempat mengalami penolakan-penolakan dari teman-teman yang saya minta bantuannya untuk Dreamdelion, juga masih banyak kisah yang tidak dapat diceritakan suka-duka-asam garam –tawa canda sebuah perjalanan bisnis sosial kreatif yang baru merangkak saat ini.

Tiga bulan fase awal Dreamdelion adalah tantangan yang sempat membuat semangat orang-orang didalamnya menjadi pupus sedikit demi sedikit, namun pertolongan Allah ketika itu sangat nyata untuk membangunkan kami dari tidurnya semangat dan komitmen. Saat itu Alhamdulillah Kemenakertrans melalui Rumah Perubahan Rhenald Kasali mencari kelompok-kelompok wirausaha dan setelah mengikuti semacam presentasi, Dreamdelion pun terpilih. Bolak balik setiap hari ke Manggarai selama 10 hari berturut-turut, saat itu kalau ditotal kami dibayar sekitar 15 juta dan uang itu yang akhirnya membuat kami bisa lagi membeli alat dan bahan produksi. Semenjak itu Alhamdulillah kepercayaan klien terhadap kami meningkat, sekitar 40 institusi baik swasta, pemerintah, lembaga pendidikan sekelas universitas baik di dalam maupun luar negeri, media, dan komunitas lain telah berkolaborasi dengan Dreamdelion. Sebut saja Indonesia Power, Hotel Hilton Bandung, St. Mary’s College of California, Dompet Dhuafa, ACT Humanity, DRPM Universitas Indonesia, UKM Center FEUI, dan lain-lain. Pada semester genap 2012/2013 ini Alhamdulillah Dreamdelion menghantarkan 5 mahasiswi dari 3 universitas untuk meraih gelar sarjana-nya melalui penelitian skripsi dan tugas akhir.

Melalui Dreamdelion, jaringan pun semakin terbuka lebar. Alhamdulillah kalau dihitung kasat mata lebih dari 200 orang pernah menjadi volunteers Dreamdelion, dari berbagai universitas dan banyak juga yang sudah bekerja. InsyaAllah banyak teman menjadi banyak rezeki. Program-program yang ada selama ini bukan hanya ditujukan terhadap eksternal, namun juga untuk internal team Dreamdelion melalui berbagai pelatihan tentu dengan ahlinya.

Pada setahun berjalan untuk kegiatan Manggarai Cerdas sudah bisa rutin setiap hari minggu jam 10-12 mengadakan Sanggar Belajar yang sekarang sudah punya 2 kelas, ada juga Parenting Program untuk para Ibunya karena kami yakin bahwa Ibu sangat berperan besar pada pembentukan karakter baik anak, juga sudah tersedia Taman Baca Dreamdelion. Sementara untuk Manggarai Sehat sudah melaksanakan program Gerakan Manggarai Sehat dimana ada pengobatan gratis dan senam jantung sehat untuk 300 warga, Greentrashvity untuk edukasi pengolahan sampah bagi anak-anak yang dilakukan dalam 4 minggu di setiap minggunya, Pendidikan Anak untuk mengajarkan pola hidup sehat cuci tangan dan gosok gigi juga memilih makanan sehat dan tidak sehat, juga Penyuluhan HIV/AIDS. Sementara untuk Manggarai Kreatif sudah melaksanakan program Drop Your Jeans dan Craft Class. Apa program-program Dreamdelion selanjutnya? Tunggu saja dan insyaAllah kami berharap bisa menjangkau cakupan warga penerima manfaat yang lebih luas, Bismillah… Kalau teman-teman ada saran untuk Dreamdelion boleh banget lho diajukan melalui team kami atau ke info@dreamdelion.com.

Tidak banyak lagi yang bisa saya ceritakan tentang Dreamdelion, karena berapa lembar pun halaman tidak akan mampu menceritakan kisah lengkap dari perjalanan kami satu tahun ini. Lebih baik datang untuk merasakan bagaimana atmosfer ruang bernafas ala Dreamdelion jika teman-teman merasa tertarik dengan kegiatan-kegiatan Dreamdelion. Dreamdelion tidak akan mampu jika hanya sendiri, karena itu kami membutuhkan partisipasi dan kontribusi teman-teman dalam berbagai kegiatan Dreamdelion. Semangat BerkolaborAKSI!!!

Spesial untuk Farah Mafaza, Fahma Nurika Aisyah, Maharhanie Septi Nugroho, Faiqa Himma Emalia, Mella Setyowati, dan Annatasya Maryana semoga kita bersama bisa memulai tanpa pernah berniat untuk mengakhirinya, komitmen dan konsisten menebar manfaat positif seperti filosofi Dreamdelion bukan sekedar berkata jargon, dan selalu bersemangat dengan semua kisah didalamnya.

Warm Regards,

Alia Noor Anoviar


20130708

Sebuah Renungan, Tentang Evaluasi Diri

Malam ini sehari menuju Ramadhan, tiba-tiba saja ingin mengevaluasi diri. Berbicara tentang evaluasi diri, hal yang seharusnya dilakukan setiap saat bukan hanya bersifat momentum tapi namanya juga manusia yang seringkali merasa segala hal pasti ada waktunya, termasuk waktu untuk melakukan evaluasi diri.

Jika dilihat sekilas mungkin banyak hal-hal tidak terduga yang datang dalam kehidupan kita, kehidupan saya dan pembaca tulisan ini. Banyak hal yang mungkin sudah direncanakan dengan sempurna dan penuh perhitungan, namun belum tercapai. Berbagai resolusi yang biasanya dibuat di awal tahun atau ketika lebaran tahun lalu, juga mungkin masih dipertanyakan keberhasilannya. Tapi hidup saya rasa bukan soal berhasil saja tapi soal proses untuk mencapai keberhasilan. Hidup juga berbicara tentang kegagalan, yang dari kegagalan tersebut bisa saja memacu kita mencapai keberhasilan lebih besar. Tulisan ini bukan untuk membuat sebuah retorika, bukan juga untuk menggurui, tulisan ini untuk renungan pribadi saya dan mungkin bisa juga menjadi salah satu bahan renungan teman-teman yang membaca.

Saya adalah perempuan yang entah memiliki berapa mimpi, saya tidak pernah menghitung berapa mimpi saya tapi saya tau bahwa mimpi saya itu banyak, banyak hingga saya tidak tau berapa jumlahnya. Kalian tau tidak mengapa saya punya banyak mimpi? Sederhana sekali jawabannya, karena saya tidak pernah diajarkan untuk bermimpi karena itu saya berusaha menciptakan mimpi saya sendiri, saya percaya bahwa mimpi adalah salah satu alasan bagi saya untuk hidup dengan harapan, harapan untuk diimplementasikan.

Seringkali dalam proses mencapai mimpi yang beragam itu, saya menjadi terlihat sangat egois, ambisius, dan mungkin melukai perasaan orang lain. Setiap kali saya merasa bahwa apa yang saya lakukan melukai perasaan orang lain, saya akan lekas meminta maaf karena saya tidak mau hidup dalam rasa bersalah atas kesalahan yang saya lakukan. Kadang sikap saya yang berlebihan dalam meminta maaf membuat orang-orang merasa binggung karena nyatanya mungkin saya tidak melukai perasaan mereka, tidak seperti yang saya duga.

Ya benar 'duga'! Pendugaan atau prasangka yang seringkali membuat saya salah memahami, salah mengerti, bahkan mungkin kadang tidak bisa mengartikan apa yang terjadi. Sungguh hidup dalam prasangka pribadi adalah kondisi paling tidak nyaman yang seringkali saya rasakan. Kalian tau tidak kalau di jaman sekarang pun masih ada orang yang mungkin masih hidup dengan imajinasi? Mungkin tidak dalam penuh waktunya, mungkin dalam sebagian waktunya. Apakah itu diri kita?

Mengkritik, mencaci, menganggap orang lain tidak benar adalah sebagian kecil hal yang muncul dari hidup dengan imajinasi, karena kita kerap lupa untuk melakukan verifikasi... Terutama karena kita sering lupa mengevaluasi diri sendiri.

Coba renungkan :

Mungkin kita seringkali berpikir seperti ini : "Apakah yang mereka lakukan benar?" (Poin 1)
Pertanyaan di atas bisa saja diubah menjadi : "Mengapa mereka melakukan hal tersebut?" (Poin 2) baru kita bisa menilai apakah yang mereka lakukan benar atau tidak benar secara subjektif kita, lalu bila kita ingin mencari objektif-nya bisa menanyakan bagaimana orang lain berpikir tentang apa yang kita anggap benar atau tidak benar.

Saya juga seperti itu, seperti poin 1 dulunya selalu mencari benar atau tidak benar sementara tidak mencoba menyelami alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Ketika kita tetep bersikeras selalu menjadi seseorang pada poin 1 maka sulit buat diri kita untuk melakukan evaluasi diri tapi ketika kita menjadi orang seperti pada poin 2 maka akan memudahkan kita untuk melakukan evaluasi diri, oh ya benarkah? Begini logikanya, ketika kita berusaha memahami alasan orang lain melakukan sebuah tindakan tertentu misal maka kita akan mencari tau banyak hal yang mungkin tidak kita mengerti sebelumnya akhirnya kita menjadi mengerti, nah dalam proses itu secara tidak sadar kita juga melakukan evaluasi kepada diri sendiri apakah jika kita melakukan hal tersebut itu menjadi benar atau tidak benar. Biasakan bertanya "mengapa" bukan "apa", belajar buat melakukan evaluasi diri bukan kritisi orang lain :D

Selamat menjelang Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin :D Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri, sebagai pengingat akan kealpaan selama ini yang seringkali lupa melakukan evaluasi diri.



Depok, 8 Juli 2013


Alia Noor Anoviar

20130627

Saya dan Anak-Anak, 180 Derajat



Saya masih ingat sekali bagaimana perangai jahil saya selalu muncul ketika melihat anak-anak, entah kenapa juga saya benci dengan yang namanya anak-anak terutama sejak punya adik di usia sekitar 17 tahunan dulu. Siapapun yang mengenal saya dulu pasti tau kalau saya perempuan yang kasar, keras kepala, nggak mau ribet. Interaksi dengan anak-anak? Fyuhhh jangan ditanya, saya pasti selalu enggan setiap kali diminta menjaga ponakan atau adik, kalau tetap dipaksa pasti itu anak-anak saya buat nangis. Wajar kalau anak-anak pun tidak ada yang mau mendekat.

Namanya Musa, usianya kini hampir 5 tahun,
dia adik saya lho :D Sekarang lagi pinter-pinternya minta mainan :p
Tapi hahaha ternyata memang apapun bisa berubah, ya apapun termasuk perasaan saya ini. Sedikit gombal sih, tapi sekarang anak-anak dengan mudahnya mengambil perhatian saya dan saya jatuh cinta pada mereka.

Ini kisahnya...

Hal ini berawal ketika saya di semester 2, saat itu membutuhkan suasana berbeda dan merasa sangat suntuk. Akhirnya mencari-cari kegiatan di luar lingkungan kampus dan saya menemukannya. Ya mereka adalah Komunitas Sahabat Kecil, dari namanya saja pasti kalian sudah membayangkan apa fokus dari komunitas ini kan? Komunitas ini berada di salah satu desa di bogor, butuh 2 kali ganti angkot dari stasiun bogor. Sungguh saya kaget saat pertama kali datang kesana, sangat banyak anak-anak dan rasanya sudah mau mati (lebay sih tapi serius). Dan salah satu pengurus mengamanahi saya mengajar bahasa inggris untuk anak-anak kelas 4-6 SD. Saya mulai merasakan, "harus gini banget ya anak-anak ini belajar. Di teras orang dengan atap seadanya, sementara saya dan salah satu kakak lainnya tidak beratapkan apapun. Tapi kenapa mereka sungguh bersemangat? Ini berlebihan... Ya bahkan ketika tadi saya bersama teman-teman baru datang mereka sudah berkumpul, ini ada ratusan anak, ratusan? Ratusan monster... Mereka dengan riangnya menyalami satu per satu dari kami - kami yang mereka sebut kakak." Pikir saya ketika itu.

Tapi ternyata pertemuan pertama itu menjebak saya, mereka menjebak saya dalam kerinduan. Meskipun saya tidak bisa memungkiri, setiap kali mengajar dan mereka menunjukkan bahwa mereka tidak mengerti maka membuat saya menjadi jengkel. Apalagi kalau ada yang bertengkar, belum lagi pecah tangis diantara bocah-bocah itu. Tapi... tapi... apa yang membuat saya mmm lebih tepatnya mulai bersemi perasaan suka kepada mereka? Sederhana, setiap kali mereka menjabat tangan saya lalu sesekali bergelayut dan beberapa ketika menangis diusap rambutnya dengan lembut lalu terdiam, beberapa minta digendong, minta dipeluk minta diperhatikan. Anak-anak... Semangat mereka untuk belajar tanpa mengeluh tempat yang sempit, kadang bau, dan sangat seadanya tapi yang penting tetap bisa belajar dengan kakak-kakak. Mereka membuat saya pribadi belajar banyak, tentang arti kebersamaan dan bersyukur.


Ini adalah adik-adik Komunitas Sahabat Kecil, Kecil-kecil Cabe Rawit :)

Menghadapi anak-anak bukan hal yang sederhana, mereka memiliki dunianya sementara saya yang merasa bukan lagi anak-anak bisa dibilang enggan memaklumi dunia mereka. Saya rasa Allah membuat saya menyadari bahwa anggapan saya terhadap anak-anak itu sedikit salah, anak-anak bukan se-monster yang saya bayangkan tapi yaaa tetap mereka tetap menjengkelkan. Bukan berarti pada detik setelah mengajar pada Komunitas Sahabat Kecil lantas saya langsung menjadi peri baik hati untuk mereka, masih ada yang mengganjal dalam hati saya. Tapi saya sungguh harus mengucap terima kasih kepada Komunitas Sahabat Kecil, disana saya mendapat AHA Moment tentang anak-anak.

Ya tentang anak-anak, apa benar mereka menyebalkan?


Tahukah teman-teman daerah kumuh di Ibukota bernama Bantaran Kali Manggarai? Mungkin hanya sekitar 10 menit dari area segitiga emas Sudirman. Yaaaa benar disana benar-benar kumuh, masyarakatnya pun bekerja serabutan, satu rumah bisa dihuni sampai 3 kk. Jangankan masuk ke dalamnya, untuk melongok ke gang-gang sempit disana saja tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Apalagi jika melintasi area depannya yang bertumpuk sampah, mungkin kesan pertama yang ditunjukkan oleh lingkungan ini benar-benar tidak mengesankan. Tapi menjadi berbeda ketika saya, sentia, dan site menemukan anak-anak di foto tersebut. Mereka menjadikan Bantaran Kali Manggarai menjadi salah satu bagian paling bersejarah dalam hidup saya.


Ruangannya sempit, tidak ada yang menarik di dalamnya. Hanya gantungan-gantungan kertas yang tak jelas. Tapi di sana mimpi itu dimulai, disana saya mulai mencintai anak-anak tanpa sebab, karena cinta adalah perasaan dan perasaan muncul karena kebiasaan, perasaan tidak memerlukan sebuah alasan.

Mengenal Manggarai, mengenal anak-anak, mengenal tentang perasaan ini. Benar, mereka bukan monster seperti yang saya sebut selama ini. Mereka hanya berusaha merefleksikan kreativitasnya dengan 'cara' mereka, cara yang mungkin dipahami oleh orang-orang yang mengaku dewasa seperti saya adalah sikap nakal atau bandel. Nyatanya bukan, saya yang tidak bisa membaca selama ini karena saya hanya melihat dari perspektif pribadi. 

Siapa sangka anak-anak justru yang membuat saya berubah, 180 derajat. Berubah sikap pada anak-anak, tidak lagi seperti dulu. Galak? Tetap mmm lebih tepatnya tegas karena kata teman-teman dari FPsikologi, anak-anak jangan dimanjakan dan sebagai orang dewasa harus bisa tegas pada anak-anak, tegas lho ya bukan galak cuma memang tegasnya saya seringkali diartikan galak sehingga beberapa anak merasa sebal karena saya tidak lagi memanjakan mereka seperti dahulu. Hehe... terlepas dari semua itu sebenarnya hal yang ingin saya sampaikan melalui cerita sederhana ini "Saya dan Anak-anak, 180 Derajat" adalah setiap orang bisa berubah kapan saja dan dimana saja oleh hal-hal yang tidak bisa diperkirakan, seperti saya yang sangat tidak suka dengan anak-anak menjadi penyuka anak-anak karena nyatanya anak-anak adalah makhluk Allah yang sangat menyenangkan, kita pun pernah kan menjadi anak-anak? :)


Ini namanya Debby, bocah super pendiam di Sanggar Dreamdelion Manggarai :)

Kalau yang ini namanya Alia, setiap kali rindu bayi selalu beli nasi uduk di tempat Ibunya Alia ntar sambil makan bisa sambil main sama Alia :*

Hahaha... Kalau ini sama anak-anak Manggarai selepas acara Gerakan Manggarai Sehat :D


Zidane emang ngegemesin, kalau yang ini ponakan akuhhhh :D


Depok, 27 Juni 2013.


Alia Noor Anoviar




20130623

Sudah Sejauh Ini...

Kadang secara tidak sadar dan tiba-tiba saya sering berpikir, "sudah sejauh ini?" Sudah hampir 22 tahun ada di dunia, melakukan banyak hal dengan segala keburukan dan mungkin sedikit kebaikannya. Melewati masa-masa TK-SD-SMP-SMA-S1. Dan setiap masa menyimpan ceritanya tersendiri. Sudah sejauh ini juga rupanya kaki melangkah ke beberapa tempat dengan segala pesona alamnya yang memikat hati.

Lewat tulisan ini pengen bernostalgia tentang beberapa kejadian dalam perjalanan kehidupan yang mungkin akan semakin membuka mata dan pikiran bahwa semuanya sudah sejauh ini...

Menjadi anak pertama setelah 5 tahun masa penantian Bapak dan Ibu, menjadi anak yang super dimanja dan diistimewakan. Mungkin saya tidak ingat, tapi foto-foto yang disimpan rapi dalam album besar berwarna cokelat di rumah cukup menjelaskan perjalanan semasa kecil. Kata orang saya ini waktu bayi nangisnya paling kenceng jadi sering gangguin tetangga tengah malam, bahkan seorang tetangga rumah bude di Surabaya selalu bilang setiap kali ketemu "walah arek iki wis gede, ndek mben nangise ora ketulung" namanya Bu Pangkat, usianya mungkin sudah 60-an tahun dan beliau selalu menggoda saya setiap kali pulang ke Surabaya. Tapi saya pikir ya normallah kalau bayi nangisnya kenceng kan bayi sehat hahaha... Bapak sangat memanjakan saya, katanya dulu setiap kali ada tukang mainan lewat saya selalu minta dibelikan dan Bapak pun membelikan, kalau sudah begitu ibu pasti sewot (ibu cemburu kali ya :p) Lalu juga kenakalan-kenakalan khas balita, mencampur satu blek makanan dengan air lalu diaduk-aduk +_+

Waktu sudah menginjak bangku TK, saya selalu menangis katanya kalau diantar ke sekolah sama orangtua karena maunya digendong oleh tukang becak namanya Pak Syukur, sampai saya SMP masih main ke tempat Pak Syukur. Udah digendong maunya juga naik di belakang becak. Kalau ditanyain sama ibu guru kemana Bapaknya selalu bilang "lagi sama Krisdayanti" karena nemuin foto Bapak sama Krisdayanti dan sejak itu Bapak nggak mau jemput pulang karena diledekin sama ibu guru (ya salah ibu gurunya ngeledekin bapak ya? bukan salah sayaaa! hahhahahha). Inget banget tragedi naik pohon gara-gara mau dipijet sama tukang pijet, terus sama ibu dikejar dan ketangkapppp (Oooooo pertahanan saya kayaknya waktu itu sangat lemah :3). Ibu saya adalah ibu paling sabar di dunia kayaknya, tiap kali pulang dari TK (saat itu belum bekerja) ibu selalu saya dudukkan untuk menerima pelajaran yang saya dapatkan dari ibu guru. Kata ibu waktu kecil saya jauh dari kata 'nakal', nggak pernah minta-minta dibeliin mainan (pas balita aja begitu), dan nurut apapun mau ibu tapi ya itu sangat pendiam dan polos. Karena males main sama teman-teman pernah di suatu hari saat masih TK, saya letakkan sapu tangan di ayunan lalu saya ayunkan sekencang-kencangnya dan dukkkkkkk kena bibir lalu berdarah. Sejak itu nggak lagi main ayunan dan marah sama ayunan (euuuu geje abis yaaaa :3)

Waktu SD ini terlalu banyak cerita pem-bully-an. Badan saya waktu itu paling kecil diantara teman-teman lainnya (jadi gendut kelas 3 SD). Karena juga baru pindah dari Jember ke Jenggawah yang mayoritasnya orang Madura jadi nggak punya teman, mungkin juga karena saya nggak paham bahasanya (sampai sekarang pun meski sudah lebih dari 15 tahun disana tetap saja tidak bisa bahasa madura). Yang paling saya ingat, karena pak ustad bilang kalau melakukan hal baik pakai tangan kanan dan hal buruk pakai tangan kiri maka saya ambil uang ibu pakai tangan kiri, uang itu saya setor ke kakak-kakak kelas setiap hari dan akhirnya ketahuan. Kedua tangan saya langsung diikat di tempat tidur tingkat di rumah, ibu menutup kamar dan saya pun menangis. Hari itu, saya belajar banyak dan mulai tidak lagi takut di bully karena tidak mau lagi dimintain uang yang mungkin bakal ambil uang ibu lagi. Itulah ibu, memberi pembelajaran dengan tidak banyak bicara - belajar banyak tentang disiplin dari ibu. Saat kelas 1 SD, saya lebih suka menggambar daripada memperhatikan guru di kelas sehingga rapot cawu 1 kelas 1 benar-benar berantakan dengan deretan angka 6 dan 7. Lalu ibu dipanggil bu guru karena semua buku saya isinya gambaran :3 (kan anak-anak ya) Sejak itu, ibu setiap malam selalu mengajari saya - mengulang semua pelajaran - dan di cawu 2 sudah bisa dapat ranking 5. Ibu memang hebat!!!

Nah lepas dari SD sebenarnya saya mau masuk Ponpes Modern Gontor, sudah bisa bahasa arab dan inggris sebelum itu karena ibu bersikeras me-les-kan. Tapi mendekati waktunya saya menangis terus dan tidak mau kesana, alasannya? Karena om saya bilang kalau keluar dari sana rambutnya bakal punya 7 warna euhhhh dan saya percaya +_+

SMP saya mulai tinggal sendiri, di Ngawi yang berjarak 10 jam dari jember. Banyak alasan, banyak hal yang berubah ketika itu dalam hidup saya, hal-hal yang tidak mungkin bisa ditolak. Saya yang sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan rumah ditempatkan dalam kosan yang lebih tepat disebut asrama karena bangun jam 4 pagi, sapu dan pel kamar, cuci baju sendiri, ada jam belajar, dannn tidak ada TV. Siplah ketika itu rasanya tertekan tapi Allah menguatkan. Saya jadi kenal yang namanya teman, sahabat, keluarga yang sebenarnya. Belajar banyak hal selama 3 tahun. Menjadi orang yang lebih terbuka dan mudah bersosialisasi, kata orang saya berubah 180 derajat (coba bayangkan) dan benar-benar berubah.

Dan ketika SMA saya kembali ke Jember, bersekolah disana. Terjadi salah satu peristiwa bersejarah dalam hidup saya, saya menggunakan jilbab. Ini juga tidak pernah terduga sebelumnya, dulu di SMP saya nge-geng dan mainannya tengkar mulu sama anak cowok kalau mereka gangguin teman-teman saya. Suatu ketika saya iseng bilang, "kalau nem aku 24 minimal, aku pakai jilbab" di depan teman-teman geng. Eh waktu nilai keluar dapat 28,27, teman-teman pun meledek dan saya mengurungkan niat berjilbab. Saya kembali bilang, "kalau masuk sma 1 deh pakai jilbab" Dan malam tes pun saya nonton sinetron, main-main, selepas tes merasa nggak bisa karena selama tes saya pakai dadu buat jawab pertanyaan. Saat itu saya sudah siap ke sekolah swasta kristen, ternyata Allah berkata lain saya lulus dan saya pun berjilbab. Banyak hal yang terjadi di masa SMA ini, hal-hal baru yang saya lakukan seperti kompetisi menulis dan beberapa olimpiade. Dulu bisa dibilang jadi salah satu siswi beken (euuuuuu hahhahaha), waktu malam perpisahan pun masuk 4 dari 5 nominasi TER :3 Terbaik, terpintar, teramah, dan terlucu sedangkan 1 kategori lainnya tercerewet tidak masuk, sontak diledekin teman-teman karena yang memilih memang adik kelas. Saya jarang masuk kelas, lebih banyak di rumah dan jalan-jalan. Biasanya saya main game di rumah dengan dalih penelitian diluar, tapi Alhamdulillah karena setiap bulan bisa memberikan piala untuk sekolah jadi semua percaya +_+ (maap yaaaa jadi ngaku hehe) Alhamdulillah juga tetap bisa menduduki peringkat 1 saat itu, sepertinya nilai pemberian bapak dan ibu guru yang sangat baik hehe (maap lagi yaaaa). Banyak pertanyaan, "di sma berapa kali pacaran?" Hahahhaaa untungnya dulu waktu smp punya perjanjian sama ibu, "aku ga akan pacaran sebelum lulus SMA" dan saya cukup berkomitmen untuk itu jadi memang benar-benar bisa membatasi diri dengan dalih janji ke ibu. Rindu rasanya dengan masa-masa SMA ini, masa yang menghantarkan saya ke salah satu universitas terbaik di Indonesia. PPKB Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

(Saya capek ngetik jadi ntar dilanjutin lagi kali ya, dadahhhhhhh)

20130521

Menuju Wisuda UI #Bagian1

UI Depok, 20 Mei 2013

Akhirnya saat yang saya nantikan tiba juga saat bertemu dengan Bu Riani dan melakukan revisi terakhir sebelum sidang. Sebenarnya saya sudah mendapatkan tanda tangan acc beliau sejak 14 Mei 2013 namun belum diajukan ke pihak departemen karena akan diperiksa satu kali lagi. InsyaAllah sidang skripsi saya akan berlangsung 31 Mei 2013.

Lewat tulisan ini pengen cerita tentang pengalaman yang sudah dilalui bersama pengerjaan skripsi yang memakan waktu hampir 1 tahun dan sebenarnya hanya efektif digunakan dalam 4 bulan terakhir (Januari s/d April 2013). 

Saya masih sangat ingat ketika itu sekitar bulan Juni 2012, saya meminta bertemu dengan Bu Riani dalam kondisi bingung dan sehabis menangis karena sebuah ketidakpastian akademis. Saat itu saya baru beberapa minggu kembali dari pertukaran mahasiswa di Thailand, sebenarnya sebelum berangkat (dan kenapa saya mau berangkat waktu itu) karena dijanjikan bisa membuka mata kuliah semester 6 (yang saya tinggalkan) di semester 7. Namun kenyataannya ketika saya kembali, oral contract itu tidak terlaksana dan karena saya tidak memiliki bukti tertulis maka yang bisa saya lakukan hanya diam dan menerima (tapi tentunya pasrah menjadi pilihan terakhir saya saat itu pasca menemui beberapa pejabat kampus, bahkan sampai sekarang mungkin mereka sudah lupa pernah berjanji memberikan kepastian 'pembukaan kelas akademik' dalam beberapa minggu).

Kembali lagi ke ceritanya, akhirnya saya menemui Bu Riani untuk menanyakan apakah saya bisa melakukan penelitian tentang pekerja perempuan seperti yang sebelumnya pernah diperbincangkan. Bu Riani sepertinya meyadari perasaan ketakutan saya ketika itu, saya pun mulai mengutarakan kronologisnya. Saat itu posisi saya jika tidak dibukakan mata kuliah di semester 7 atas mata kuliah yang saya tinggalkan di semester 6 memiliki konsekuensi (1) Pada semester 7 dengan jumlah kredit belum mencapai 120 sks maka saya diperbolehkan (special case) mengerjakan skripsi terlebih dahulu dimana hanya 2 mata kuliah tersisa di semester 7, dan (2) Pada semester 8 saya harus menjalani 24 sks (termasuk skripsi). Pernyataan pelega dari Bu Riani kepada saya pada saat itu, "...sudah ambil saja tidak apa-apa mengerjakan skripsi terlebih dulu meskipun belum 120 sks. Itu bisa jadi cerita unik dalam hidup kamu, pasti akan selalu ada hikmah dalam setiap kejadian..." kurang lebih begitu apa yang beliau katakan.

Merasa mendapatkan penyemangat pada saat itu akhirnya bisa sedikit meringankan beban sambil mikir, "apa bisa menjalani 24 sks di semester 8 nanti ya? Orang di feui itu 18-21 sks aja sudah ngos-ngosan..." Ternyata apa yang saya pikirkan sama dengan komentar teman-teman yang tau saya mengambil 24 sks di semester 8, semacam tidak rasional tapi karena tidak ada pilihan ya harus diambil dengan penuh tanggung jawab!

Oiaaaa pada saat itu juga akhirnya saya meminta langsung Bu Riani untuk menjadi dosen pembimbing skripsi yang pada umumnya akan dipilihkan, tapi saya pikir hanya Bu Riani yang bisa membantu saya dengan topik pekerja perempuan tersebut. Kalau boleh jujur, dulu saya masuk MSDM salah satu penyebabnya adalah beliau ketika itu beliau mengajar mata kuliah msdm di sp dan saya mulai bertanya-tanya tentang konsentrasi MSDM. Kembali ke skripsi, saya pun mengikuti screening 1 di semester 7 dan Alhamdulillah langsung lolos dengan dosen screening Pak Imam Salehuddin. "...kamu yakin mengambil riset kualitatif dengan topik ini?Ini akan sangat sulit dan lama apalagi belum banyak penelitian pendukungnya. Mungkin kamu bisa perpanjangan waktu kuliah, sudah dipikirkan?" Berulangkali pertanyaan itu ditanyakan oleh Pak Imam yang pada akhirnya beliau menyatakan sebenarnya revisi dalam tahap screening proposal skripsi saya hampir tidak ada, hanya beliau meragukan apakah saya bisa mengerjakannya karena hanya sedikit yang berani mengambil riset kualitatif di manajemen.

Saya sudah merencanakan semuanya dan skripsi ini harus selesai sebelum semester 7 berakhir, tapi apa mau dikata hahahaaaa... tiba-tiba saja saya mendapat amanah ide Dreamdelion yang harus diimplementasikan. Beberapa kali akan melakukan kunjungan ke perusahaan bersama Bu Riani, selalu gagal dan itu karena saya. Saya merasa sangat bersalah pada Bu Riani dan malu sebenarnya karena saat itu beliau juga menjadi dosen mata kuliah Riset Kualitatif saya dan kami bertemu setiap hari senin. Sebenarnya (kalau dilogikakan) pengalaman saya menulis dan meneliti sebelumnya seharusnya bisa memudahkan saya mengerjakan skripsi, namun entah mengapa banyak faktor X yang membuat saya terdemotivasi dalam prosesnya. Fyuhhh sampai semester 7 berakhir (sebenarnya sudah beberapa kali menghadap Bu Riani tapi semacam tidak ada improvement dari saya pribadi +_+) belum ada 1 bab pun yang di acc.

Saya akhirnya berpikir, "perpanjangan waktu kuliah, bagaimana?" Tapi saya segera urungkan niat tersebut menimbang segala konsekuensi memperpanjang masa kuliah. Ya dan saya pun dihadapkan dengan sebuah situasi akibat kelalaian saya selama ini, di semester 8 secara otomatis saya mulai membuat skripsi dan menjalani 6 mata kuliah yang 5 diantaranya diwajibakan membuat makalah akhir semacam skripsi. Yeahhh welcome to the real world!!! (CON'T)


20130430

Kekuatan Harapan dan Mimpi

Sudah lama ya saya tidak mengujungi, apalagi menulis dalam blog ini. Pasti pembaca sudah kangen kan sama tulisan-tulisan saya? Ngaku dehhh ngakuuu Hihiii (pede amat ya saya ini?) Nah lewat tulisan ini saya akan mencoba membahas tentang kekuatan harapan dan mimpi.

Saya sangat suka berimajinasi sejak kecil. Mungkin agak mmm tepatnya sangat aneh, saat saya berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam diri melalui gejala-gejala yang ada di alam. Misalnya dulu saat saya memiliki keinginan, saya coba melihat awan di langit jika berubah bentuknya dalam hitungan detik yang sudah saya tentukan maka pasti keinginan saya akan terwujud. Simpel sih sebenarnya, imajinasi anak-anak yahhh seperti itu!

Saya sangat suka membaca, sejak kecil secara rutin setiap bulan ibu akan membawa saya dan adik ke pusat kota Jember. Adik sangat suka menghabiskan waktunya di tempat bom-bom car di Matahari Dept Store, sementara saya dan ibu suka menghabiskan waktu di Gramedia. Ya tentu dengan bapak yang menjaga adik. Ibu memang sosok yang sangat cerdas, beliau sangat suka membaca  mungkin karena itu ibu menjadi perempuan yang pintar. Pokoknya kalau ngobrol sama ibu tentang apaaaaa saja pasti mendapatkan jawaban. Ibu membiasakan saya untuk membaca, saya dan adik boleh membeli berapapun buku yang kami inginkan dengan catatan harus bisa menceritakan isi buku tersebut. Saya sangat suka mengkoleksi komik seperti detektif conan, ketika beranjak remaja suka dengan teenlit. Per hari saya bisa menyelesaikan 1-2 novel. Beberapa kali saya suka mencuri-curi kesempatan membaca novel-novel yang dibaca oleh ibu, yaaa novel-novel romantis dan dramatis begitulah cerita-ceritanya. Kayaknya gara-gara ini juga semakin jadi anak super imajiner :p Ya hobi membaca itu seringkali menghantarkan saya pada sebuah dimensi lain dalam kehidupan, seolah saya ini sedang melakonkan peran yang bukan diri saya sebenarnya. Membaca membuat saya terdorong untuk menulis. Dan yang paling penting karena membaca saya tumbuh dan besar menjadi gadis dengan harapan-harapan dan mimpi-mimpi.

Ibu selalu bilang pada saya bahwa tidak semua keinginan akan tercapai, tapi bapak selalu bilang pada saya bahwa saya akan bisa mencapai semua keinginan. Dua pernyataan yang sungguh bertolak belakang, tapi dua pernyataan itu yang membuat saya selalu haus untuk terus memiliki harapan dan mimpi karena ada keyakinan bahwa semua itu akan tercapai dengan juga realistis pada limitasi-limitasi yang ada.

Harapan yang masih sangat saya ingat adalah memiliki sebuah piala untuk menghiasi meja belajar, hal itu juga menjadi mimpi saya sejak duduk di bangku SMP. Lambat laun saya melupakannya, "sepertinya tidak akan pernah ada piala di rumah, cukuplah angka-angka membanggakan dalam rapot yang bisa dibawa pulang dan membuat bapak dan ibu senang." Dan hari ini saya bisa bilang bahwa harapan dan mimpi yang saya kira tidak mungkin itu menjadi kenyataan. Berawal dari satu piala saat kelas 2 SMA, lalu menjadi beberapa dan kini menjadi penghias manis di ruang keluarga. Harapan dan mimpi tersebut ternyata sudah melekat dalam batin dan pikiran saya sehingga saya melakukan hal-hal yang secara tidak langsung mengarahkan saya untuk  mencapainya.

Begitupula saat saya sangat ingin keluar negeri, tapi saya kan harus sadar diri juga dengan keterbatasan secara ekonomi sehingga saya mengubur rapat-rapat harapan dan mimpi itu. Ternyata MasyaAllah saat di penghujung akhir kelas 3 SMA, saya mendapatkan paspor dan jalan-jalan gratis ke Singapura dan Malaysia yang diberikan oleh Dispenbud Jember. Ternyata mimpi dan harapan pun menciptakan sebuah korelasi, dan keinginan ke luar negeri ini dikabulkan karena saya sudah bisa mencapai mimpi dan harapan memiliki piala. Dan merasa sangat bersyukur saat bisa exchange dibiayai oleh Kemendikbud ke Thailand selama 4 bulan, ternyata tanpa merogoh kocek pribadi pun bisa tinggal di luar negeri. Alhamdulillah...

Dan lihatlah teman-teman, Allah begitu baiknya memberikan apa yang saya mimpikan dan harapan. Bahkan lebih dari apa yang saya ekspektasikan. Maka nikmat Allah mana yang dapat saya ingkarkan? Ketika saya memiliki mimpi dan harapan maka Allah mendekatkan saya dengan cara mencapainya, pastinya tidak seketika namun melalui sebuah proses yang kadang panjang dan melelahkan.

Juga saat saya ditengah kegalauan yang teramat dalam, ketika harus memutuskan kuliah atau tidak di Universitas Indonesia. Saat itu beberapa orang dengan jelas menyatakan bahwa saya harus menenggelamkan mimpi dan harapan saya untuk merantau ke Depok yang dekat dengan ibukota. Bahkan salah seorang saudara dekat saya bilang seperti ini...

"Kamu coba realistis saja, hidup di sana itu mahal. Sebentar lagi Bapak kamu kan pensiun, lalu siapa yang membiayai?"

Sempat down dan merasa harus berpikir ribuan kali, berulang-ulang agar tidak salah mengambil keputusan. Sampai dengan justru Bapak saya yang membangkitkan mimpi dan harapan itu, "...pergi nduk, Bapak kan orangtua jadi kewajiban Bapak memberikan pendidikan terbaik buat kamu dan adik karena Bapak tidak bisa mewariskan apa-apa selain itu..." Dengan semangat itu, saya pun pergi ke Jakarta tanpa ditemani orangtua, mengurus semua hal sendiri dengan beberapa kawan dari daerah (beberapa diantar oleh orangtuanya). Mungkin situasi saat itu benar-benar seperti ada di lautan yang bergelombang, sebenarnya binggung bisa mencapai tujuan atau tidak. Tapi sekali lagi, kekuatan mimpi dan harapan menghantarkan saya pada sebuah beasiswa unggulan CIMB Niaga yang membayari sekolah dan biaya hidup saya secara penuh. MasyaAllah, maka nikmat Allah yang mana yang bisa saya dustakan? Sekarang skripsi saya sudah selesai Alhamdulillah, menunggu revisi dan sidang semoga dipermudah. Mohon Doanya ya semoga dilancarkan, Amin Ya Allah.

Pun juga jika kawan-kawan pernah mendengar tentang Dreamdelion Community Empowerment yang saya inisiasi sepulang saya dari program pertukaran mahasiswa dengan segala bentuk tekanan, keterbatasan, dan tiba-tiba juga bermula dari mimpi dan harapan yang menyatukan dan mempertemukan saya dengan teman-teman yang memiliki visi yang sama. Sebegitu kuatnya lho kekuatan dari harapan dan mimpi, magis bukan? Membius kita dan kadang menjadikan kita ambisius untuk mencapainya dan selama hal itu positif mengapa tidak?

Saya yakin dengan harapan dan mimpi yang positif dan bermanfaat maka semesta akan mendukung, Wallahualam... :D Selamat menguntai harapan dan mimpi, terus berusaha mencapainya dan jangan lupa untuk selalu berdoa!!!


Depok, 1 Mei 2013

Alia Noor Anoviar