Hi Guys! Saya udah jarang banget ya nulis di blog ini, terutama semenjak bikin www.alianooranoviar.com (yang sebenernya diniatin buat nulis secara rutin, tapi ya namanya aja niat hahahaaaa kenyataannya yang rutin jadi nothing!). Okelah tapi kali ini mau coba niatin lagi, semoga aja istiqomah hahahaa
Tulisan kali ini akan membahas tentang gimana cara mengatur keuangan kita, terutama buat pekerja swasta seperti saya yang termasuk fixed income earner. Sebenarnya tulisan ini saya buat karena semakin banyak teman yang menanyakan gimana caranya nabung, investasi, alokasi gaji, de el el. Terutama buat yang sudah menikah (okeee saya memang belom nikah terus sok tau gimana caranya ngatur uang buat kehidupan orang rumah tangga heheee, asal masih banyak yang percaya aja jadi nggak ada masalah :p) Well, akhirnya saya memutuskan membuat tulisan ini jadi kalau ada yang tanya lagi bisa langsung kasih link nya (hemat waktu euy hahaha)
Saya merasa beruntung ya karena diajarkan mengatur uang sejak kecil, saat masih SD di rumah ada sistem yang cukup unik, ada uang yang secara nominal cukup besar di taruh di laci lemari pakaian, lalu ada buku dan bolpoin. Jadi uang itu dialokasikan untuk kebutuhan rumah satu bulan, siapapun boleh mengambil untuk kebutuhan sehari-hari asalkan dicatat. Menurut saya ini penting diterapkan, memberikan kepercayaan dan rasa tanggung jawab kepada anak-anak. Hidup dalam lingkungan high trust family berdampak besar lho pada diri saya saat itu, saya jadi belajar mengambil keputusan dan mempertimbangkan sebelum melakukan sesuatu. Lalu karena saat SMP sudah kos, mengatur keuangan dengan baik jelas sebuah keharusan karena kalau salah alokasi dapat berakibat susah jajan hahaha... saya diberikan uang bulanan saat itu, sudah termasuk SPP, uang jajan, uang les, uang beli peralatan sekolah, dll. Cukup tidak cukup harus cukup! Jadilah mulai kreatif mencoba berdagang dan membuka les, lebih dari lumayan untuk menambah uang bulanan. Terbiasa mengurus sendiri keuangan justru membuat saya tidak terlalu butuh banyak waktu ketika memutuskan pengeluaran mana yang harus diprioritaskan, sudah terbiasa.
Beberapa tips yang bisa saya berikan untuk teman-teman yang membaca tulisan ini (memangnya ada yang baca? wkwkkwkkk)
Nah guys, penting banget punya prioritas pengeluaran - bikin RABH (Rancangan Anggaran Biaya Hidup) - keliatannya ribet tapi bermanfaat terutama buat yang fresh graduate dan baru kerja (biasanya suka kalap karena pegang duit sendiri, pengalaman al?). Cara paling sederhana untuk melakukannya adalah menyiapkan pos-pos pengeluarkan dengan amplop, misal nih gaji kamu X maka ada AX % untuk kehidupan sehari-hari, BX% untuk investasi, CX% untuk tabungan, DX% untuk seneng-seneng, dan EX% untuk networking. Investasi dan tabungan adalah 2 hal yang berbeda ya : Investing VS Saving (cari juga tentang beda short vs long term saving & investment)
Hal yang paling basic adalah biasakan mengalokasikan dana yang kita miliki untuk menabung, Ibu sudah membiasakan saya sejak kecil melalui celengan dan memberikan saya edukasi untuk pemanfaatan dana tabungan. Sederhananya dulu kalau sudah full isi celengan, saya diajak ke toko buku atau ke tempat yang saya inginkan untuk membelanjakan dana yang saya miliki. Lalu sejak SMP, saya mulai menyisikan untuk membeli emas (bisa dikategorikan investasi nih, meskipun menabung di bank dalam bentuk deposito misalnya bisa juga dikategorikan investasi) - biasanya berupa cincin yang cuma 1 gram begitu tapi kan lumayan hehe harga emas kalau turun pun nggak banyak dan bisa dijual kapan saja. Lama-lama saya mulai terpikir kalau dibelikan dalam bentuk emas berbentuk maka ada biaya pembuatan, jadi lebih baik dibelikan dalam bentuk batangan karena jatuhnya lebih murah - minimal 5 gram jadi nabungnya lebih lama. Saya menekuni seperti ini sampai kuliah, meskipun tidak banyak karena bermodalkan uang jajan dan hasil menjalani hobi menulis juga beberapa pekerjaan freelance lainnya. Pengeluaran saya saat itu masih banyak untuk konsumsi, mencapai 80% nya, tapi sekarang sudah tidak!Hmmm... apalagi kalau jamannya suka ganti gadget plus beli baju - tas - sepatu dkk nya. Baiklah lupakan dosa masa lalu, namanya aja perempuan (terus harus maklum gitu?)
Penting juga buat kamu punya dana untuk bersenang-senang karena KITA BUTUH BANGET itu untuk meminimalisasi stres setelah bekerja, hidup cuma sekali jadi harus dinikmati dengan cara yang baik tentunya. Misalnya nih buat ke resto kesukaan, salon, beli barang-barang yang kita pengen. Nah jangan lupa juga sediakan dana khusus untuk hangout bareng temen-temen aka networking, good networking will move you to better place, trust me it works!
Soal kebutuhan sehari-hari ini harus di manage dengan baik ya, jangan sampai terlalu konsumtif. Terutama untuk makanan dan minuman, pilih yang sehat - sehat itu nggak harus mahal, tapi juga jangan murah-murah banget hahahaa becanda :p
Pertanyaan pamungkas temen-temen biasanya, "trus kalau lo alokasiinnya gimana, al?" Kalau saya semenjak lulus kuliah dan kerja swasta (kebetulan di bank jadi belajar banyak soal financial planning salah satunya), alokasi untuk investasi bisa 30-40% (DP rumah aja sekarang 20-30% jadi harus kenceng buat nabung yang nantinya ditujukan untuk investasi). Tersisalah 60-70% yang 12% nya saya alokasikan untuk asuransi jiwa (nggak tau kan kita kapan meninggal dunia jadi siap-siap selain buat yang di akhirat, harus ninggalin sesuatu juga buat yang di dunia misal untuk keluarga), nah pilih asuransi nya yang plus tabungan jangka panjang. Tabungan sih nggak banyak ya yang dialokasikan, paling cadangan max 10%, lalu yang banyak keluar untuk networking bisa 15-25% tiap bulan, dan buat seneng-seneng 5-10%. Daily needs 20-30% (termasuk transportasi pp rumah dan kantor), hidup di Jakarta 3 juta per bulan itu masih oke kok guys.
Trus buat yang sudah menikah, saya selalu sarankan buat belajar mandiri misalkan kontrak rumah, daripada uang dibuat resepsi mendingan dibuat kontrak atau DP rumah lho. Trus biasanya source of income nya kan sudah dari 2 orang jadi mulai dibuat kesepakatan untuk pengaturan keuangan keluarga, yaaa saya belom paham paham banget sih soal ini tapi saran saya sudah cukup diikuti beberapa teman jadi sudah teruji. Nah kalau sudah menikah pasti pemikirannya beda, apalagi kalau sudah punya anak ya, hmmm kalau misal memulai semua dari nol aka tanpa bantuan ortu, prioritaskan beli aset produktif atau aset yang nilai jualnya tidak terdepresiasi ya, misal tanah dan rumah. Kalau kendaraan pribadi masih bisa ditunda, lebih baik dahulukan yang tadi.
Sebenarnya masih banyak lagi sih yang pengen saya tulis, tapi ini udah jam 1 malem hahahaaa, waktunya tidur :3 Nanti saya akan bahas lebih detail lagi deh, stay tune! Selamat mencoba yaaaa :)
Cheers,
Alia Noor Anoviar