20111123

Penetapan UMP DKI Jakarta, Apakah Sarat Kepentingan Politik?

 Oleh : Alia Noor Anoviar
Dibuat untuk Tugas Hubungan Industrial

Mekanisme tripartit (Pemerintah, Serikat Buruh, dan Pengusaha) dalam penentuan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2012 DKI Jakarta disepakati sebesar UMP Rp 1.529.000 atau sama dengan 102 persen Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dibandingkan UMP DKI tahun 2011 yang hanya 84 persen dari KHL atau Rp 1.290.000. Artinya, Dewan Pengupahan DKI meloloskan tuntutan buruh atas UMP DKI Jakarta. 

Terdapat dua faktor utama yang menyebabkan Dewan Pengupahan DKI menuruti permintaan buruh adalah sebagai berikut. (1) Ancaman mogok massal yang akan digelar pada 25 November 2011 dengan menutup Tol Cilincing, Tol Bekasi dan beberapa sarana transportasi umum seperti bus Trans Jakarta, KRL, dan Pelabuhan Tanjung Priok. (2) perubahan terjadi karena menyesuaikan dengan nilai UMP di daerah mitra seperti Kota Depok 2012 sebesar Rp1.453.875, Kabupaten Bekasi 2012 senilai Rp1.491.866 dan Kota Bekasi 2012 senilai Rp1.422.252. Namun perubahan usulan tersebut akan dikirimkan ke tim perekonomian Pemprov DKI Jakarta untuk dibahas kembali sebelum ditetapkan oleh Gubernur.

Buruh tentu lega dengan keputusan Dewan Pengupahan DKI, lalu bagaimana dengan pengusaha? Tentu saja kalangan pengusaha Jakarta yang diwakili oleh Apindo menilai UMP 2012 akan mengganggu iklim berusaha di Jakarta. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia DKI Jakarta Soeprayitno menyatakan bahwa UMP seharusnya ditetapkan bukan hanya berdasarkan ancaman buruh, namun berdasarkan beberapa aspek yang meliputi tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi, angka kebutuhan hidup layak (KHL) pekerja serta kinerja umumnya perusahaan. Efek negatif dari penetapan UMP 2012 sebesar  Rp 1.529.000 adalah perusahaan menjadi terbebani oleh biaya upah yang terlalu tinggi sehingga tidak bisa memberi insentif untuk karyawannya, atau terpaksa menekan volume produksi, dan bahkan stop produksi sehingga justru meningkatkan jumlah pengangguran DKI Jakarta.

Menurut saya, sebuah kebijakan tentu memiliki dampak positif dan dampak negatif, terutama kebijakan UMP yang menyangkut kepentingan berbagai pihak. Penetapan UMP DKI Jakarta seperti sarat dengan kepentingan politik karena akan datangnya masa pemilihan gubernur dimana Fauzi Bowo selaku gubernur DKI Jakarta tentu akan maju lagi sebagai incumbent. Buruh sebagai kalangan pemilih mayoritas tentu akan memiliki kecenderung memilih atau tidak memilih kembali dengan salah satu pertimbangan UMP 2012. Jika UMP 2012 ditekan di bawah ekspektasi buruh tentu buruh cenderung enggan memilih incumbent, namun jika UMP 2012 berhasil mencapai 102,9 persen dari KHL sesuai keinginan buruh tentu juga Fauzi Bowo memiliki jalan yang lebih lapang menuju kursi Gubernur DKI Jakarta setelah berakhirnya kepemimpinan Oktober 2012 nanti.


Sumber :

Hanya Sebuah Cerita Pendek Khususnya Buat Cewek


“Secangkir cinta teh manis itu diramu dari satu teabags kasih sayang, dua sendok gula perhatian, sebungkus cream kejujuran, dan diaduk dengan ketulusan. Selamat menikmati :)”

Sebuah hari menjelang jam delapan malam, di selasar kampus yang masih ramai dengan beberapa kepanitaan dan sepertinya sedang mengadakan evaluasi kegiatan. Hari ini, 22 November 2011, berbagai hiruk pikuk kegiatan sedang ramai mewarnai fakultasku. Sepertinya fakultas ‘Event Organizer (EO)’ memang lebih cocok disandang dibanding nama ‘Fakultas Ekonomi’.

Well, back to the main topic that I want to share from this simple writing. Tidak ada yang berbeda dengan malam ini sebenarnya, hanya seseorang yang sangat dekat denganku tampak sangat gelisah. Gelisah, galau, gundah... Kata-kata sejenis yang mampu merepresentasikan mimik mukanya yang terlihat sedikit aneh, tampak tak biasa, lesu.

“Kamu kenapa?” Akhirnya keluar juga pertanyaan yang sebenarnya sudah dari tadi ingin kutanyakan. Tapi ternyata jawabannya hanya senyum simpul ala kadarnya dengan muka yang masih berhiaskan kebinggungan. Lagi, aku memberanikan diri bertanya, ya setidaknya sekali lagi. “Nggak ada apa-apa kan?”

“Bentar...” Singkat, padat, jelas. Jawaban yang tidak cukup menjawab pertanyaan tapi kali ini sorot matanya mulai menandakan keberhasilan sebuah pencarian.

“Ada apa sih?”  Kepo juga rasanya.

Dua bola matanya sedikit berkaca. Bibirnya agak bergetar. Dan satu lagi tangannya sangat dingin saat kupegang.

“Aku mau pulang...”

“Tapi kenapa dulu?”

“Aku mau pulang sekarang!”


When a girl falling in love
Life likes a puzzle and Time likes a colour
Nobody can explain why her attitude changing
Nobody can explain why her smile shinning
But, everybody can explain why she is crying after that


“... Kamu masih inget nggak sama si itu tuh, itu... Yang aku ceritain beberapa akhir ini dengan antusiasnya. Dia balik lagi ke mantannya.” Akhirnya dia membuka percakapan.
Aku hanya mengulum senyum, tidak bisa tertawa. Sebenarnya ingin tertawa menertawakan, tapi seperti kurang etis... Nantilah kalau perasaannya sudah agak normal, aku akan tertawa untuk menertawakan kebodohannya.

Dia tampak tertunduk malu, “hampir saja aku meninggalkan sebongkah berlian untuk sekeping emas, hampir saja untuk kedua kalinya aku merelakan kesetiaan seseorang demi panggung sandiwara yang menawarkan retorika belaka, dan hampir saja... Hampir saja kebodohanku ini membuat kesalahan besar dalam hidup, salah memilih itu kan kesalahan terbesar seperti yang kamu bilang.”

Sekali lagi, aku memilih sikap menawarkan senyum seorang sahabat. Seolah tersenyum pada diri sendiri dan memposisikan diri menjadi seorang dia.

“Sebenarnya beberapa hari lalu aku jalan sama dia... Dan tadi di twitter aku lihat seseorang yang dia bilang mantannya itu nge-tweet sayang-sayangan gitu. Udah gitu nggak pernah aku bayangin ternyata mereka nobar coba, nobar pertandingan sepak bola Indonesia Vs Thailand. Nobar setelah gue sama dia jalan di hari yang sama, bagus banget kan?”

Aku tau dia memiliki feeling yang sangat kuat, ya semacam insting begitu. Hmmm mungkin lebih tepatnya seperti detektif atau mungkin jurnalis. Menurut dia, yang berbohong pasti gampang ketahuannya. Kan dunia itu nggak sempit lagi, bahkan gampang banget mengakses data pribadi orang lewat media sosial, apalagi twitter dan facebook yang jadi ajang tumpah perasaan.


How a boy can being an untrusted lover?
And how a girl can being a stupid lover?
A boy use his brain for get his love and use his brain to forget his love
A girl use her feeling for get her love, but use her brain and her feeling to forget her love


Kali ini aku mencoba mengulurkan sebuah pertanyaan, “apa beda lo sama dia?”

Dia menggelengkan kepala, tak mengerti atau pura-pura tak mengerti pertanyaanku yang sebenarnya sangat mudah dimengerti.

“Dia datang ke lo dan lo kasih lampu hijau buat dia ngedeketin lo. Lo tau dia masih in a relationship sama orang lain, tapi lo malah pakai nanya ke dia maksud status itu. Jelas aja dia bilang mereka udah putus tapi belum ganti status karena bla... bla... bla...”

Diam...

“Lo tau lagi ga beda dia sama lo apa? Atau emang kalian berdua sama aja sebenarnya?”
Kali ini dia sedikit memicingkan mata, meminta penjelasan.

“Lo sama orang yang dia anggap mantannya itu sama-sama cewek tapi lo nggak pernah mencoba memposisikan diri lo sebagai ‘mantan’ dia. Dan satu lagi, bukannya lo hampir ninggalin orang yang udah deket banget sama lo demi orang yang baru lo kenal dan atas nama kenyamanan lo menutup mata dan telinga, pura-pura cuek, pura-pura kayak anak kecil yang polos. Bener kan?”

Dia hanya tertunduk, malu mungkin. Lalu dengan pelan berkata, “ya, apa beda gue sama dia? Sama-sama nggak bisa membuat secangkir cinta teh manis... Sama-sama pakai dengkul bukan perasaan atau otak. What kind of stupid girl I’m.”


Just ask yourself about your needs
Don’t forget to ask yourself about your wants too
Sometimes we still confuse between needs and wants
Please ask yourself, what is your priority : needs or wants


Obrolan dengan seorang teman dekatku di malam yang mulai membayang ini menyadarkannya dan aku juga pastinya untuk menjaga hati karena hati bukan terminal dimana kamu bisa seenaknya datang-tunggu-daftar-dapat lalu pergi tanpa kesan, bahkan kadang justru pergi meninggalkan sayat-sayat di hati orang lain. Benar kan hati itu bukan terminal? Bukan juga mobil yang bisa berhenti di setiap terminal!!!

Dia yang memintaku untuk menceritakannya, berbagi cerita singkat yang mungkin bisa memberikan pembelajaran pada kawan-kawan. Pembelajaran tentang sebuah keputusan. Take it or Leave it, but make sure if you have right reason to make your decision. Use your brain and feeling in the same time, not only your brain or your feeling.

“Dan kalau aku harus memilih saat ini, aku memilih untuk pergi dan membiarkan dia kembali pada perasaannya yang lalu. Karena aku tidak mungkin menjalani perasaanku hari ini dengan orang yang masih memikirkan perasaannya bersama yang telah berlalu.” (An*)

20111114

Mungkin Aku...

Mungkin aku hanya titik-titik hujan...
Menetes sebentar lalu mereda
Tidak terlalu tampak namun tentu nyata
Sesuatu yang kerap mengharukan suasana

Karena juga mungkin aku adalah merpati...
Yang kerap kehilangan arah mencari sangkarnya
Yang terbang menenggelamkan diri dalam sunyi
Yang mencoba tak pernah mengingkari janji

Bukan, kiranya aku hanya gelas-gelas kaca
Begitu jatuh, remuk redam pecah tanpa sisa
Sedikit saja retak maka tak bisa lagi berguna
Dan ketika usang menjadi tak lagi punya harga

Namun aku yakin bahwa aku adalah khalifah
Ciptaan Tuhan yang memiliki makna
Menyimpan bukti kuasa Yang ESA
Anugerah bagi keluarga, tentu junjung tinggi agama

Dan biarkan aku menjadi diriku sendiri
Meski tak tampak, berusaha menampakkan diri
Meski kehilangan arah, selalu membawa kompas penenang hati
Meski telah usang kelak, tetap dicari dan dinanti

Depok, 14-11-2011. Pukul 20.11

20111113

Disabilitas dan Pandangan Masyarakat


Disabilitas dan Pandangan Masyarakat : Mengubah Disabilitas Menjadi Kapabilitas Luar Biasa


 “Pertama kali melihat mereka, saya berpikir mereka biasa saja dan tidak berbeda. Mereka sama dengan saya, anda, dan orang-orang di luar sana yang diberi kesempatan hidup oleh Tuhan. Hingga suatu waktu yang mengantarkan saya pada kesempatan untuk melihat kenyataan bahwa ternyata mereka memang berbeda, mereka memiliki sesuatu yang tidak kita miliki, hingga akhirnya mereka menjadi sumber inspirasi dalam hidup saya. Mengajarkan saya lebih menerima ‘kondisi apa adanya’ dan menciptakan ‘kondisi ada apanya’.

Dimas P. M. dan para kru UI Untuk Bangsa 2010

Sebuah kesempatan emas bagi saya mengenal sosok Dimas Prasetyo Muharram, saat menjadi salah satu panitia UI Untuk Bangsa dimana dia menjadi project officer-nya Sebenarnya bukan sekali dua kali bagi saya melihat sosok disabilitas yang mengenyam pendidikan dan berprestasi seperti yang sering saya saksikan di layar kaca ‘Kick Andy’. Saya mengenal sosoknya sebagai seseorang yang benar-benar luar biasa, setiap kali saya membuka milis atau grup facebook kepanitiaan selalu saja muncul Kak Dimas yang memberikan saran ini-itu terkait acara dan memberi semangat panitia. Hebatnya lagi Kak Dimas adalah sosok penulis yang tulisannya sudah dimuat di media massa seperti Sindo, sekaligus salah satu penggagas Kartunet.com.

 
Sejenak mengenal Kartunet.com, sebuah media sosial digital yang digagas oleh penyandang disabilitas penglihatan untuk memaksimalkan potensi, sekaligus menjadi saksi ukiran prestasi. Kartunet.com mampu membuktikan eksistensinya dengan mendapatkan dana hibah dari Cipta Media dalam kategori ‘Meretas Batas Kebhinekaan Bermedia’ dengan judul ‘Kartunet.com : Media Online Sosialisasi dan Pengembangan Komunitas Pemuda dengan Disabilitas.’ Dana tersebut ditujukan untuk pelaksanaan program-program sehingga dapat memberi manfaat bagi kemajuan kaum disabilitas. Tentu saja media sosialisasi Kartunet.com diharapkan mampu  berperan mengangkat isu-isu disabilitas untuk membentuk masyarakat inklusif, terutama menumbuhkan kesadaran dan pandangan yang positif dari masyarakat dalam memperlakukan penyandang disabilitas di Indonesia utamanya sesuai dengan tema Kontes Blog Semi SEO Disabilitas dan Pandangan Masyarakat yang diadakan oleh Kartunet.com.

Bu Mimi dan Bu Dwi dalam Kuliah Tamu Komunikasi Bisnis

Sosok penyandang disabilitas kedua yang menjadi inspirasi saya adalah Dra. V. L. Mimi Mariani Lusli, M.Si,M.A., seorang praktisi pendidikan dan konsultan disabilitas yang memiliki disabilitas dalam hal penglihatan, saat kuliah tamu Komunikasi Bisnis (Depok, 29/03/2011). Beliau mengutarakan sebuah pertanyaan, “Apa yang kalian rasakan saat melihat orang cacat?” Jawaban-jawaban dari mahasiswa sebagai masyarakat awam pun bermunculan, ada yang bilang ingin menolong, kasihan, hebat, merasa dirinya lebih beruntung, sedih, malu, dll. Beliau pun mulai menjelaskan secara teoritis dan praktis, pada kenyataannya, kecacatan dipahami sebagai handicap, impairment, dan disability. Pertama, handicap berarti kecacatan adalah suatu keterbatasan, namun nothing’s perfect berarti kita pun memiliki keterbatasan-keterbatasan. Kedua, impairment berarti kecacatan menggambarkan sesuatu yang rusak. Ketiga, disability artinya ada ketidakmampuan dalam diri seseorang. Maka disabilitas dianggap menjadi kata yang paling pantas untuk menggantikan kata ‘cacat’ yang kerap berkonotasi negatif dan terkesan kurang menghargai.


Indonesia bersama 154 negara lain menandatangani Convention on the Right of Person with Disability (Jenewa, 2007) sehingga memiliki tanggung jawab menyediakan fasilitas bagi penyandang disabilitas. Aksesibilitas bagi penyandang disabilitas masih terbatas di Indonesia dan hal ini berbeda dengan apa yang telah dilakukan diluar negeri dimana terdapat ’Layanan Disabilitas’. Masyarakat di Indonesia bahkan masih banyak yang bersikap acuh seperti saat penyandang disabilitas penglihat menyeberang jalan bukannya membantu tapi malah meneriaki dengan kalimat tidak etis seperti “Heh gak ngelihat ya?”, seperti yang dicontohkan Bu Mimi.


Saya sendiri pernah mengunjungi Pusat Kajian Disabilitas-UI di Fisip-UI, memang terbukti bahwa kesadaran dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas masih kurang, dibuktikan dengan animo masyarakat kampus saat dilakukan pelatihan untuk bagaimana memperlakukan penyandang disabilitas. Jika kita masih belum bisa menghargai penyandang disabilitas maka tanyakan pada diri sendiri, bagaimana saat kita berada pada posisi mereka yang terbatas dalam penglihatan, pendengaran, atau keterbatasan-keterbatasan lainnya?


“Setiap orang pasti unik karena diciptakan berbeda oleh Tuhan. Coba teman-teman bayangkan, teman-teman kalau baca pakai mata sedangkan saya membaca pakai tangan. Artinya, saya bisa melihat tetapi dengan cara berbeda,” ucap Bu Mimi. Orang yang tidak dapat mendengar, membaca apa yang dikatakan orang melalui matanya. Orang yang tidak berjalan, berjalan dengan roda. Unik bukan? Keunikan itu sebenarnya wujud dari Bhineka Tunggal Ika yang selama ini mengkoar-koarkan toleransi dalam kehidupan.


Dua sosok yang saya ceritakan setidaknya bisa menjadi teladan, bagaimana penyandang disabilitas ternyata mampu melakukan hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang dalam keadaan umum. Yang menjadi pembeda adalah cara melakukan. Masih banyak lagi kisah sukses penyandang disabilitas di Indonesia yang tidak bisa dipungkiri mampu memberi kontribusi pada negeri. Mereka memiliki semangat untuk membuktikan pada dunia bahwa disabilitas mampu menjadi alat pacu mengembangkan kapabilitas yang luar biasa dengan aksesibilitas fasilitas disabilitas yang cukup terbatas di Indonesia. Sebuah tantangan terbuka, apakah kita mampu meretas ketidakmampuan menjadi kapabilitas luar biasa seperti mereka? Tulisan ini hanya berisi secuil kisah perjuangan, segenggam semangat, sebuah dukungan, dan semoga mampu menginspirasi pembaca dan masyarakat untuk mengubah paradigma sempit mengenai para penyandang disabilitas.


Depok, 13 November 2011
Alia Noor Anoviar
735 words

20111106

Kata Ibu... "Memang Berbeda"

Setiap orang diciptakan berbeda, yaaa aku melihat memang setiap orang berbeda. Kata 'unik' mungkin bisa menggambarkan mengapa setiap orang menjadi berbeda. Kata 'unik' mungkin bisa menerjemahkan perbedaan yang ada pada setiap orang. Dan kata 'unik' juga yang menyadarkan setiap orang untuk bisa menerima perbedaan.



Pagi ini lewat telpon ibu sejenak membangunkanku dari buku tebal yang meskipun sudah dibaca dua hari tetap saja tidak selesai, target 6 chapters benar-benar tidak mungkin terpenuhi, jam saja sudah menunjukkan pukul 06.00 sementara lembaran-lembaran dalam buku itu masih menunjukkan halaman 140-an dari sekitar 225 halaman yang seharusnya aku baca. Tapi untungnya sedikit bernafas lega karena rutinitas membaca buku di saat ujian hanya pengulangan dari aktifitas setiap hari yang kulakukan, paling tidak sudah ada tanda pada buku tentang hal-hal yang penting dan semoga keluar saat ujian open book 'Employee Training and Development' pukul 09.00 hari ini.

Kembali pada ibu, "sudah sembuh mbak?"

"Sudah bu..." (Maaf bu aku bohong, sebenarnya aku menyembunyikan batukku biar ibu nggak kepikiran).

"Makanya to kalau sakit langsung ke dokter, ibu wis ngomong ping sewidak jaran tapi nggak digatek."

Tanda-tanda omelan ibu akan berlanjut seperti biasanya --__-- Tapi ini yang aku suka dari ibu, ngomelnya panjang tapi kalau udah selesai ya selesai nggak diulang lagi. Paling-paling kalau aku nggak nurut cuma bilang, "yo rasakno." Ahahhahahhahahhahaaaaa

Lalu ibu menanyakan ujianku hari ini, seperti biasa aku mengeluh. Lalu aku menceritakan bahwa UTS di semester 5 ini membuatku sedikit gila, soal-soalnya hampir tak bisa diprediksi, penuh kejutan... Arrrghhh surprise :(

Lalu ibu pasti akan bilang, "kamu selalu seperti itu. Sedikit-sedikit ngeluh, nangis, bilang nggak bisa padahal belum dicoba. Teman-teman kamu gimana?"

"Yaaaa sama..."

"Nah kalau sama yaudah..."

"Tapi bu, aku kan kesel, sebel, mangkel, udah belajar susah-susah nggak keluar." Sambil mengeluarkan suara terisak-isak 'acting' Ahahhahahhaaa

Dan percakapan pagi ini langsung bermuara pada dua adikku, ilham dan musa. Kenapa ilham nggak mau kuliah, dan kenapa musa nggak mau sekolah. Ahahhahaaaa yang satu udah 18 tahun, yang satu masih mau 4 tahun tapi dua-duanya males sekolah. Padahal dua-duanya pinter, cerdas, jauh banget sama aku yang intelegensia-nya pas-pasan. Hehe ^_^
Musa kecil nggak mau masuk playgroup, kata ibu "kok adikmu nggak tertarik sama sekali sama buku ya?"

Kata aku, "dipaksa buuuu Ahahahhahaa marahin aja kalau nggak mau."

"Kalau kamu dulu suka banget sama buku. Pulang sekolah (TK) langsung buka buku, ngajarin ibu apa yang diajarin di sekolah. Eh yang satu ini... Sukanya main terus, padahal ya cerdas adikmu ini."

Dan lalu ibu melanjutkan, "mungkin karena waktu kamu dulu, ibu belum kerja ya. Jadi bisa perhatian banget, kalau sama dua adik kamu kan ibu udah kerja jadi dititipin ke emak (pembantu), nggak bisa fokus ke anak."

Deg, rasanya aku langsung merasa "HOW LUCKY I'M". Iya yaaaa memang berbeda, bahkan anak-anak dari rahim yang sama pun berbeda dalam karakternya, mungkin juga karena pendidikan dan perhatian yang berbeda yang diberikan ibu dan bapak. Yaaa tapi aku yakin, Tuhan menciptakan perbedaan itu dengan tujuan agar dunia menjadi lebih berwarna. Tidak sekedar hitam-putih yang akan menjadi latar belakang kehidupan, namun warna-warna yang diciptakan atau tercipta secara alamiah dari alur yang berjalan.

Depok, 7 November 2011.
Ibu dan Bapak terima kasih ya untuk kalian
yang memperlakukanku berbeda dengan adik-adik,
meski tanpa bermaksud membedakan kami :)
Kalian pasti selalu berusaha memberi sesuatu yang berbeda,
dengan maksud terbaik dan tulus dari dalam hati tanpa pamrih.