Setiap orang diciptakan berbeda, yaaa aku melihat memang setiap orang berbeda. Kata 'unik' mungkin bisa menggambarkan mengapa setiap orang menjadi berbeda. Kata 'unik' mungkin bisa menerjemahkan perbedaan yang ada pada setiap orang. Dan kata 'unik' juga yang menyadarkan setiap orang untuk bisa menerima perbedaan.
Pagi ini lewat telpon ibu sejenak membangunkanku dari buku tebal yang meskipun sudah dibaca dua hari tetap saja tidak selesai, target 6 chapters benar-benar tidak mungkin terpenuhi, jam saja sudah menunjukkan pukul 06.00 sementara lembaran-lembaran dalam buku itu masih menunjukkan halaman 140-an dari sekitar 225 halaman yang seharusnya aku baca. Tapi untungnya sedikit bernafas lega karena rutinitas membaca buku di saat ujian hanya pengulangan dari aktifitas setiap hari yang kulakukan, paling tidak sudah ada tanda pada buku tentang hal-hal yang penting dan semoga keluar saat ujian open book 'Employee Training and Development' pukul 09.00 hari ini.
Kembali pada ibu, "sudah sembuh mbak?"
"Sudah bu..." (Maaf bu aku bohong, sebenarnya aku menyembunyikan batukku biar ibu nggak kepikiran).
"Makanya to kalau sakit langsung ke dokter, ibu wis ngomong ping sewidak jaran tapi nggak digatek."
Tanda-tanda omelan ibu akan berlanjut seperti biasanya --__-- Tapi ini yang aku suka dari ibu, ngomelnya panjang tapi kalau udah selesai ya selesai nggak diulang lagi. Paling-paling kalau aku nggak nurut cuma bilang, "yo rasakno." Ahahhahahhahahhahaaaaa
Lalu ibu menanyakan ujianku hari ini, seperti biasa aku mengeluh. Lalu aku menceritakan bahwa UTS di semester 5 ini membuatku sedikit gila, soal-soalnya hampir tak bisa diprediksi, penuh kejutan... Arrrghhh surprise :(
Lalu ibu pasti akan bilang, "kamu selalu seperti itu. Sedikit-sedikit ngeluh, nangis, bilang nggak bisa padahal belum dicoba. Teman-teman kamu gimana?"
"Yaaaa sama..."
"Nah kalau sama yaudah..."
"Tapi bu, aku kan kesel, sebel, mangkel, udah belajar susah-susah nggak keluar." Sambil mengeluarkan suara terisak-isak 'acting' Ahahhahahhaaa
Dan percakapan pagi ini langsung bermuara pada dua adikku, ilham dan musa. Kenapa ilham nggak mau kuliah, dan kenapa musa nggak mau sekolah. Ahahhahaaaa yang satu udah 18 tahun, yang satu masih mau 4 tahun tapi dua-duanya males sekolah. Padahal dua-duanya pinter, cerdas, jauh banget sama aku yang intelegensia-nya pas-pasan. Hehe ^_^
Musa kecil nggak mau masuk playgroup, kata ibu "kok adikmu nggak tertarik sama sekali sama buku ya?"
Kata aku, "dipaksa buuuu Ahahahhahaa marahin aja kalau nggak mau."
"Kalau kamu dulu suka banget sama buku. Pulang sekolah (TK) langsung buka buku, ngajarin ibu apa yang diajarin di sekolah. Eh yang satu ini... Sukanya main terus, padahal ya cerdas adikmu ini."
Dan lalu ibu melanjutkan, "mungkin karena waktu kamu dulu, ibu belum kerja ya. Jadi bisa perhatian banget, kalau sama dua adik kamu kan ibu udah kerja jadi dititipin ke emak (pembantu), nggak bisa fokus ke anak."
Deg, rasanya aku langsung merasa "HOW LUCKY I'M". Iya yaaaa memang berbeda, bahkan anak-anak dari rahim yang sama pun berbeda dalam karakternya, mungkin juga karena pendidikan dan perhatian yang berbeda yang diberikan ibu dan bapak. Yaaa tapi aku yakin, Tuhan menciptakan perbedaan itu dengan tujuan agar dunia menjadi lebih berwarna. Tidak sekedar hitam-putih yang akan menjadi latar belakang kehidupan, namun warna-warna yang diciptakan atau tercipta secara alamiah dari alur yang berjalan.
Depok, 7 November 2011.
Ibu dan Bapak terima kasih ya untuk kalian
yang memperlakukanku berbeda dengan adik-adik,
meski tanpa bermaksud membedakan kami :)
Kalian pasti selalu berusaha memberi sesuatu yang berbeda,
dengan maksud terbaik dan tulus dari dalam hati tanpa pamrih.
No comments:
Post a Comment