20120411

Cobalah Jujur, Menyoal Perasaanmu

"Saya termasuk orang yang percaya bahwa perasaan itu tidak pernah bisa dibohongi, ya mungkin kadang bisa dimanipulasi tapi tentu tidak akan bertahan dalam waktu yang lama. Saya juga termasuk orang yang susah percaya sama orang lain, apalagi lawan jenis. Tapi buat saya, kesan pertama itu memberikan arti yang sangat berarti : baik atau buruk."

Entah kenapa beberapa hari belakangan ini jadi sering terima curhatan atau ya setidaknya melihat beberapa teman yang patah hati (Hahaha... Ketawa Nyinyir, Lihat Kaca).

"Itu nggak masalah buat aku, tenang aja. Kan aku cuma ngefans, garis bawahin ya aku cuma ngefans. Jadi yaaa nggak masalah." Tapi beberapa detik kemudian keluar semburat bening airmata. "Aku baik-baik aja, aku cuma butuh ice cream." (A)

Awalnya memang mungkin hanya terkesan dengan beberapa hal yang doi lakukan, dan lalu mulai muncul ketertarikan. Nggak berani kenalan karena ngerasa punya dunia yang berbeda, dan lalu cuma bisa meringis saat melihat status facebook-nya berubah.

"Bener kan dia...? Aku cuma tau dari temennya, tapi nggak nyangka beneran... kok beneran sih? Dia jahat banget!!!" (B)

Ngerasa dia cuma temen lama kamu? Terus ternyata ada perasaan lain yang datang nggak diundang dan ternyata nggak pernah mau pulang (Kayak Jelangkung Jaelangsep --") Ya ya ya, nggak semua orang itu tipikal orang sensitif, ada juga ya masa bodoh sama perasaan orang lain. Dan kalau pun dia baik ke kamu itu bukan artinya dia suka kamu, dia baik ya karena kamu adalah teman dia. No meaning in her/his attitude!!!

Yuhuuuu saya nggak pengen ngetawain orang-orang yang hobi memendam perasaan dan menunggu (penuh harap) bahwa waktu itu akan tiba. Yaaa probabilitas sesuatu akan terjadi atau tidak terjadi itu 50:50 (versi saya), tapi kalau memang sudah yakin dengan apa yang kita yakini kenapa mesti takut?

"Saya suka sama kamu sejak pertama kita ketemu. Tapi waktu itu kamu sudah ada yang punya... Sekarang udah nggak ada kan? Boleh nggak saya pedekate sama kamu? ..." (C pada D) "Sejak kapan?" (D pada C) "Satu setengah tahun lalu..." (C pada D) "Kenapa nggak pernah bilang?" (D pada C) "Karena kamu sudah sama yang lain." (C  pada D) "... Maaf sekarang pun saya sudah ada yang punya, baru saja, kamu telat." (D pada C)

Menunggu itu kadang menyenangkan, menunggu untuk hal-hal yang pasti menyenangkan. Berbeda dengan menunggu tanpa sebuah tujuan yang jelas. Tinggal ngomong doang lhoooo, ngomong. Emang susah sih, tapi daripada telat.

Apa mau bilang gengsi? takut ketahuan sama teman? dilarang agama? Saya rasa agama bukan melarang seseorang mengungkapkan perasaan, asal tidak menimbulkan hal-hal yang dilarang oleh agama. Kalau masalah teman, kalau memang ketahuan lalu kenapa? Perasaan itu sesuatu yang nggak bisa ditutup-tutupi dalam kurun waktu yang terlalu lama, cobalah jujur setidaknya pada diri sendiri.

"Saya bukan tipikal orang yang suka menunggu dan saya sudah mau mentolerir untuk menunggu, bukan cuma sehari atau dua hari. Dan saat ini saya sudah bosan untuk menunggu."


Launge Room MUIC,
11042012 06.25 

No comments: