20180818

Hiduplah dalam Hidupmu

Ini adalah pertemuan kesekian antara saya dan dia. Semakin hari cerita kami berdua menjadi semakin seru, semakin banyak ruang untuk saling memahami kondisi masing-masing. Saya kurang memahami apa yang menjadikan hubungan kami begitu dekat, seperti saudara saja.

Sebagai sesama perempuan, ya mungkin itu faktor utama yang membuat kedekatan ini seolah tidak berjeda. Ada kesamaan lainnya, saya berasal dari keluarga broken home dan dia saat ini sedang menjalani peran sebagai single parent, menjalani dua peran sekaligus sabagai seorang Ayah dan Ibu untuk anaknya yang masih mungil dan lucu.

"Suatu ketika mbak, saat anakku menanyakan dimana Papa nya, aku akan bilang yang baik baik tentang Papa nya. Aku yakin mbak, Tuhan sudah menggariskan yang terbaik. Aku yakin suatu ketika Papa nya pun akan sadar, kalau pun tidak kembali padaku, setidaknya dia akan mencari anakku... Semoga tanpa perempuan itu lagi" Tuturnya dengan mata yang menunjukkan ketegaran penuh.

Menjadi seorang single parent tentu bukan hal yang mudah, menumbuhkan seorang anak dalam kondisi keluarga yang tidak sempurna. Pun tumbuh dalam keluarga yang tidak sempurna, itu tidak mudah. Janganlah muda berkata kata, mengomentari hidup orang atau bahkan memaksa orang tidak perlu mengingat tentang masa masa dahulu kehidupannya sebelum kita merasakan apa yang mereka rasakan.

Jakarta selalu seramai ini, kota ini hidup dengan kemacetan setiap harinya, dan pastinya dengan kompleksitas kehidupan orang orang didalamnya. Termasuk saya dan dia.

"Waktu saya masih kecil, belum paham dengan yang namanya hidup tapi sudah harus berjuang dengan hidup. Orangtua bercerai, setidaknya itu pilihan terbaik daripada melihat beragam benda melayang setiap harinya dan teriakan yang entah dimulai dari siapa.Takjub juga melihat diri saya bisa survive sampai sekarang mbak..." Ganti saya bercerita.

Usia saya yang hampir mencapai kepala tiga dan usianya yang sebentar lagi mencapai kepala lima, kepahitan hidup yang kami alami, membuat kami banyak belajar dan menuntut diri untuk terus belajar untuk bisa hidup dalam hidup kami sendiri.

Tidak ada hal yang salah dalam kehidupan kita, semua hal terjadi dengan alasannya masing-masing. Kalau kita belum bisa menerima semua kenyataan baik manis maupun asam, mungkin kita hanya butuh waktu untuk lebih memahami pesan Tuhan.

20180814

Hello Blog!

Hai semuanya, saat saya mengunjungi blog ini lagi rasa rasanya kalau buku pasti sudah berdebu. Banyak hal yang sudah berubah dalam hidup saya.

Tahun 2018 ini, saya sudah menikah bahkan sudah hampir 1 tahun 3 bulan. Suamiku adalah orang yang seringkali menjadi makhluk Marsmellow yang dulu sekali pernah saya ceritakan di blog ini. Pernikahan kami sangat menyenangkan, sesekali diselingi dengan ngambek dan marah khas pernikahan anak muda. Kami belum punya baby, semoga tahun depan ya. Tapi tolong jangan pernah tanya kapan, coba saja tanya pada Tuhan kalau bisa.

Tahun 2018 ini, perjalanan hijrah saya dari dunia perbankan menuju dunia pembelajar. Karir kedua setelah empat tahun yang sangat berkesan. Baru kurang dari 6 bulan, rasanya diluar ekspektasi. Karir saya melejit, setiap tahun promosi. Tapi tentu saya harus membayar mahal untuk semua itu. Banyak kesenangan khas anak muda yang terlewatkan, tapi tidak apa-apa demi masa depan.

Tahun 2018 ini, saya semakin dekat dengan orangtua. Saya menjadi semakin sayang dengan Bapak dan Ibu saya. Sepahit pahitnya masa lalu, yang penting bagaimana menjalani hari ini bukan? Semoga ini bisa menjadi kesempatan ibadah untuk saya dengan berbakti kepada beliau berdua.

Tahun 2018 ini, Dreamdelion tetap mengagumkan. Tetap menjadi tempat saya dan teman teman sevisi untuk memberdayakan masyarakat. Tentunya dengan wajah wajah yang berbeda. Saya sungguh rindu wajah wajah yang lama, ingin kembali bercengkarama. Dreamdelion Squad dengan wajah wajah baru yang optimis, suatu saat nanti kami bisa hidup dari Dreamdelion, sekarang sedang membangun Dreamdelion Consulting. It's more than excited!

Oiya kemarin saya baru berkurang usia, sekarang 27 tahun. Semoga berkah Tuhan selalu meliputi dalam setiap langkah kecil ini.


Rumah Perubahan
Bekasi, 14 Agustus 2018

20160602

Tips Buat Mahasiswa Merencanakan Karir Pertama!

Hi Guys, lewat tulisan kali ini saya akan mengulas tentang tips untuk kamu-kamu yang fresh graduate untuk menghadapi dunia kerja alias memasuki perjalanan karir pertama kamu, btw saya tidak akan membahas tentang start up ya di tulisan ini, tulisan ini akan lebih cenderung ke dunia profesional pekerjaan di perusahaan yang sudah well established. Karena kebutuhan di dunia kerja start up company dan well established company tentunya berbeda :)

Oiya sebelumnya buat yang kenal saya karena start up , saya juga bekerja di salah satu bank swasta. Sedikit bercerita, saya masuk melalui jalur MT. Nah sesuai passion saya dalam people development, saat ini saya ditempatkan di Direktorat SDM tepatnya di Learning & Development sejak Maret 2015. Belum cukup lama memang, tapi karena lingkungan kerja dan supervisor yang sangat mendorong saya belajar banyak hal misalkan menjadi kepala sekolah untuk program TCB, HRLP, dan SME DP - program yang ditujukan untuk fresh graduate yang telah lulus tahap seleksi akan masuk ke training program selama 6 bulan - 2 tahun sesuai dengan program design nya; November 2015 lalu saya juga mendapat kesempatan mendesign program Goes to Campus yang ditujukan bagi mahasiswa/i untuk mempersiapkan diri mereka menghadapi dunia kerja selepas lulus nanti; dan beberapa program lainnya yang kalau saya sebutkan kurang relevan dengan tulisan ini hehe jadi kalau mau tau detailnya bisa akses LinkedIn saya : Alia Noor Anoviar

Well guys, pengalaman dalam melakukan development program terhadap fresh graduate plus mengikuti proses rekrutmen untuk fresh graduate tersebut plus interaksi yang sangat intensif dengan teman-teman kampus yang mengilhami saya membuat tulisan ini. Bismillah, semoga bermanfaat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk kamu yang masih mahasiswa, terkait beberapa hal yang sebaiknya kamu persiapkan untuk menunjang karir kamu kelak saat menyandang gelar sarjana aka fresh graduate : 

1. Know Your Dream!

Saya terlalu sering melihat dan mendengar secara langsung teman-teman yang sudah di universitas, bahkan sudah mau lulus, tidak tau mau jadi apa - maaf kalau saya bilang ini tidak punya mimpi. 

"Kamu mau jadi apa"
"Jadi apa ya..."
"Lha kamu kuliah cita-citanya apa?"
"Belom tau sih mau jadi apa, menurut kamu gimana?"

Guys, ini tuh hidup kalian bukan hidup orang lain, jadi tentukan mimpi kalian termasuk ke soal karir. Minta pendapat orang lain boleh, tapi pada akhirnya kalian yang harus memilih karena kalian yang akan menjalani, iya to?

Bayangkan kalau kalian tau mimpi kalian apa, tau mau jadi apa, paham terhadap kebutuhan diri kalian sendiri, pasti kalian akan lebih punya effort atau setidaknya bisa merencanakan bagaimana agar mimpi tersebut dapat terealisasi. Apalagi buat kalian yang sudah masuk ke tingkat universitas, banyak peluang dan cara untuk mengembangkan diri terutama untuk mencapai mimpi kalian. 

So guys, for you who still don't know what's your dream, please start to think about it!

2. Brave to Learn New Things!

Selagi masih kuliah nih yang mana banyak banget fasilitas non berbayar buat belajar anak kuliahan, manfaatkan! Banyak seminar dan talkshow bahkan workshop gratis (jadi ketahuan saya suka begitu pas kuliah hihi...). Nah kalau udah kerja nih, bahkan public speaking training atau how to lead across generation aja cukup menguras kantong, padahal cuma 1-2 hari aja (kok jadi curhat yak haha...), nah kalau masih kuliah banyak banget training/workshop/seminar yang bisa kita akses cuma-cuma, paling modalnya biaya transport aja. 

Beberapa kompetensi yang umum diinginkan oleh employer adalah kemampuan komunikasi, leadership skill, kemampuan beradaptasi dan berelasi. Nah yang paling penting adalah interpersonal skill.

Sekarang selamat mempersiapkan sedari dini banget ya kompetensi-kompetensi itu, kalau punya itu semua bisa jadi kamu yang bakal dilamar kerja bukan ngelamar kerja :p

3. Active in Organization and Have Internship Experience!

Pas lihat CV anak yang baru lulus, wihhh canggih cum laude. Tapi udah itu aja :3 Trus waktu di interview kelihatan banget kurang pede nya, misal nggak berani eye contact dengan interviewer atau tangannya belum interview aja udah dinginnnn banget. Waktu ditanya tentang pengalaman, tidak bisa menjawab. Hmmm ini bakal jadi minus point banget. Saya sering ngobrol sama temen-temen interviewer senior dan mayoritas mereka tertarik dengan fresh graduate yang punya pengalaman organisasi dan internship, karena pasti sudah punya gambaran tentang dunia kerja dan setidaknya tau bagaimana mencapai target dalam pekerjaan.

4. Important Things when You Apply for a Job!

Pertama, udah tau Dream Job kamu apa? Saran saya untuk pekerjaan pertama jangan terlalu picky aka banyak maunya. Dan ga harus langsung ke Dream Job kamu, bisa aja kamu ambil pekerjaan yang kamu yakin ini bisa mendekatkan kamu dengan si Dream Job tadi. Misal pengen jadi pengusaha 1 M per bulan, nah kamu bisa awali dengan jadi marketing di perusahaan jadi paham gimana cara menghasilkan 1 M per bulan itu. Kamu bisa pilih juga based on industri yang kamu suka misal manufaktur, perbankan, oil and gas, dsb.

Kedua, pelajari dulu tentang perusahaan yang kamu pengen apply. Cara gampang ya masuk aja ke website perusahaan atau googling sekarang mah gampang tentang info perusahaan itu. Kalau saya lihat ke poin value perusahaan tsb, kalau cocok ya saya lebih sreg aja rasanya. Bagus lagi kalau kamu punya kenalan di perusahaan itu, jadi bisa paham orang-orang seperti apa yang dibutuhkan perusahaan. Well, kamu nggak pengen cuma masuk tanpa berkembang dong? Jadi person should be fit with company's value :)

Ketiga, yes 2 langkah pertama udah ok nih, kamu udah tau mana aja perusahaan yang jadi incaran kamu kan? Nah sekarang kamu juga harus udah paham gimana sih mekanisme rekrutmen pada perusahaan tsb, caranya mungkin tidak sama. Oia saya suggest untuk menulis CV dan semua terkait email ke perusahaan tsb menggunakan bahasa inggris ya. 

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menulis email untuk apply kerja : 

1. Persiapkan CV yang ringkas dan berisi - contoh bisa dilihat disini ya : rekomendasi CV . Nanti CV nya dikirim dalam format pdf dan diberikan title yang formal misal CV Alia Noor Anoviar 

2. Alamat email formal dan hindari alamat email alay (contoh : Alia4714@), contoh alamat email formal : alianooranoviar@gmail.com 

3. Perhatikan Subject dan Body Email. Jangan dikosongin yaaa, kirim CV gitu aja udah nggak jaman dan bikin rekruter nya bisa jadi anggap kamu tidak serius. Biasanya perusahaan sudah ada preferensi subject email, tapi kalau tidak ada bisa ditulis contohnya : Apply TCB - Alia Noor Anoviar. Sementara untuk contoh body email klik link ini Btw jangan lupa say thank you yaaa :)

4. Jangan pernah kirim email ke beberapa perusahaan dalam satu email, ada lho yang begini hehe...

Keempat, tahapan rekrutmen yang berbeda di setiap perusahaan tapi biasanya selalu ada tahap interview dan FGD plus tes kesehatan. Buat tahap-tahapan ini yaaa just be yourself. Pada tahap interview dan FGD perhatikan penampilan ya bajunya yang rapi dan formal trus hindari flat shoes; gesture penting hehe kamu harus rileks yaaa; ketika FGD terutama tunjukan keaktifan kamu tapi juga beri ruang kepada rekan-rekan lain aka jangan terlalu mendominasi. Oia sebelum kamu tes, cek dulu lokasinya yaaa harus on time! Saya sarankan hadir 30 menit sebelum kegiatan agar bisa lebih tenang dan mempelajari medan.

Nanti saya akan buat lebih detail tentang bagaimana membuat CV plus menghadapi Interview dan FGD, nantikan :)

Sekian tips buat kamu teman-teman mahasiswa untuk merencanakan karir pertama pasca lulus kuliah. Good luck yaaa, kalau ada yang mau ditanyakan bisa berkorespondensi dengan saya melalui email alianooranoviar@gmail.com dengan subject TANYA KARIR yesss :) Thank you dan semoga bermanfaat!


Cheers,
Alia











20150811

Financial Planning : Allocate Your Money in the Right Basket #MoneyTips #1

Hi Guys! Saya udah jarang banget ya nulis di blog ini, terutama semenjak bikin www.alianooranoviar.com (yang sebenernya diniatin buat nulis secara rutin, tapi ya namanya aja niat hahahaaaa kenyataannya yang rutin jadi nothing!). Okelah tapi kali ini mau coba niatin lagi, semoga aja istiqomah hahahaa

Tulisan kali ini akan membahas tentang gimana cara mengatur keuangan kita, terutama buat pekerja swasta seperti saya yang termasuk fixed income earner. Sebenarnya tulisan ini saya buat karena semakin banyak teman yang menanyakan gimana caranya nabung, investasi, alokasi gaji, de el el. Terutama buat yang sudah menikah (okeee saya memang belom nikah terus sok tau gimana caranya ngatur uang buat kehidupan orang rumah tangga heheee, asal masih banyak yang percaya aja jadi nggak ada masalah :p) Well, akhirnya saya memutuskan membuat tulisan ini jadi kalau ada yang tanya lagi bisa langsung kasih link nya (hemat waktu euy hahaha)

Saya merasa beruntung ya karena diajarkan mengatur uang sejak kecil, saat masih SD di rumah ada sistem yang cukup unik, ada uang yang secara nominal cukup besar di taruh di laci lemari pakaian, lalu ada buku dan bolpoin. Jadi uang itu dialokasikan untuk kebutuhan rumah satu bulan, siapapun boleh mengambil untuk kebutuhan sehari-hari asalkan dicatat. Menurut saya ini penting diterapkan, memberikan kepercayaan dan rasa tanggung jawab kepada anak-anak. Hidup dalam lingkungan high trust family berdampak besar lho pada diri saya saat itu, saya jadi belajar mengambil keputusan dan mempertimbangkan sebelum melakukan sesuatu. Lalu karena saat SMP sudah kos, mengatur keuangan dengan baik jelas sebuah keharusan karena kalau salah alokasi dapat berakibat susah jajan hahaha... saya diberikan uang bulanan saat itu, sudah termasuk SPP, uang jajan, uang les, uang beli peralatan sekolah, dll. Cukup tidak cukup harus cukup! Jadilah mulai kreatif mencoba berdagang dan membuka les, lebih dari lumayan untuk menambah uang bulanan. Terbiasa mengurus sendiri keuangan justru membuat saya tidak terlalu butuh banyak waktu ketika memutuskan pengeluaran mana yang harus diprioritaskan, sudah terbiasa.

Beberapa tips yang bisa saya berikan untuk teman-teman yang membaca tulisan ini (memangnya ada yang baca? wkwkkwkkk)

Nah guys, penting banget punya prioritas pengeluaran - bikin RABH (Rancangan Anggaran Biaya Hidup) - keliatannya ribet tapi bermanfaat terutama buat yang fresh graduate dan baru kerja (biasanya suka kalap karena pegang duit sendiri, pengalaman al?). Cara paling sederhana untuk melakukannya adalah menyiapkan pos-pos pengeluarkan dengan amplop, misal nih gaji kamu X maka ada AX % untuk kehidupan sehari-hari, BX%  untuk investasi, CX% untuk tabungan, DX% untuk seneng-seneng, dan EX% untuk networking. Investasi dan tabungan adalah 2 hal yang berbeda ya : Investing VS Saving (cari juga tentang beda short vs long term saving & investment)

Hal yang paling basic adalah biasakan mengalokasikan dana yang kita miliki untuk menabung, Ibu sudah membiasakan saya sejak kecil melalui celengan dan memberikan saya edukasi untuk pemanfaatan dana tabungan. Sederhananya dulu kalau sudah full isi celengan, saya diajak ke toko buku atau ke tempat yang saya inginkan untuk membelanjakan dana yang saya miliki. Lalu sejak SMP, saya mulai menyisikan untuk membeli emas (bisa dikategorikan investasi nih, meskipun menabung di bank dalam bentuk deposito misalnya bisa juga dikategorikan investasi) - biasanya berupa cincin yang cuma 1 gram begitu tapi kan lumayan hehe harga emas kalau turun pun nggak banyak dan bisa dijual kapan saja. Lama-lama saya mulai terpikir kalau dibelikan dalam bentuk emas berbentuk maka ada biaya pembuatan, jadi lebih baik dibelikan dalam bentuk batangan karena jatuhnya lebih murah - minimal 5 gram jadi nabungnya lebih lama. Saya menekuni seperti ini sampai kuliah, meskipun tidak banyak karena bermodalkan uang jajan dan hasil menjalani hobi menulis juga beberapa pekerjaan freelance lainnya. Pengeluaran saya saat itu masih banyak untuk konsumsi, mencapai 80% nya, tapi sekarang sudah tidak!Hmmm... apalagi kalau jamannya suka ganti gadget plus beli baju - tas - sepatu dkk nya. Baiklah lupakan dosa masa lalu, namanya aja perempuan (terus harus maklum gitu?) 

Penting juga buat kamu punya dana untuk bersenang-senang karena KITA BUTUH BANGET itu untuk meminimalisasi stres setelah bekerja, hidup cuma sekali jadi harus dinikmati dengan cara yang baik tentunya. Misalnya nih buat ke resto kesukaan, salon, beli barang-barang yang kita pengen. Nah jangan lupa juga sediakan dana khusus untuk hangout bareng temen-temen aka networking, good networking will move you to better place, trust me it works! 

Soal kebutuhan sehari-hari ini harus di manage dengan baik ya, jangan sampai terlalu konsumtif. Terutama untuk makanan dan minuman, pilih yang sehat - sehat itu nggak harus mahal, tapi juga jangan murah-murah banget hahahaa becanda :p 

Pertanyaan pamungkas temen-temen biasanya, "trus kalau lo alokasiinnya gimana, al?" Kalau saya semenjak lulus kuliah dan kerja swasta (kebetulan di bank jadi belajar banyak soal financial planning salah satunya), alokasi untuk investasi bisa 30-40% (DP rumah aja sekarang 20-30% jadi harus kenceng buat nabung yang nantinya ditujukan untuk investasi). Tersisalah 60-70% yang 12% nya saya alokasikan untuk asuransi jiwa (nggak tau kan kita kapan meninggal dunia jadi siap-siap selain buat yang di akhirat, harus ninggalin sesuatu juga buat yang di dunia misal untuk keluarga), nah pilih asuransi nya yang plus tabungan jangka panjang. Tabungan sih nggak banyak ya yang dialokasikan, paling cadangan max 10%, lalu yang banyak keluar untuk networking bisa 15-25% tiap bulan, dan buat seneng-seneng 5-10%. Daily needs 20-30% (termasuk transportasi pp rumah dan kantor), hidup di Jakarta 3 juta per bulan itu masih oke kok guys. 

Trus buat yang sudah menikah, saya selalu sarankan buat belajar mandiri misalkan kontrak rumah, daripada uang dibuat resepsi mendingan dibuat kontrak atau DP rumah lho. Trus biasanya source of income nya kan sudah dari 2 orang jadi mulai dibuat kesepakatan untuk pengaturan keuangan keluarga, yaaa saya belom paham paham banget sih soal ini tapi saran saya sudah cukup diikuti beberapa teman jadi sudah teruji. Nah kalau sudah menikah pasti pemikirannya beda, apalagi kalau sudah punya anak ya, hmmm kalau misal memulai semua dari nol aka tanpa bantuan ortu, prioritaskan beli aset produktif atau aset yang nilai jualnya tidak terdepresiasi ya, misal tanah dan rumah. Kalau kendaraan pribadi masih bisa ditunda, lebih baik dahulukan yang tadi. 

Sebenarnya masih banyak lagi sih yang pengen saya tulis, tapi ini udah jam 1 malem hahahaaa, waktunya tidur :3 Nanti saya akan bahas lebih detail lagi deh, stay tune! Selamat mencoba yaaaa :)

Cheers,
Alia Noor Anoviar


20150810

40 jam di Bangka : Teman, Pantai, Makanan, dan Perahu Terbalik

Niatnya 4 hari jadinya 40 jam, kalau kata Ibu saya ini membuktikan tidak semua keinginan dapat terealisasi sesuai rencana dan yang paling penting adalah Allah sedang ingin mengajak 'berbincang' dengan kita. Dan kalau kata Pak Achsin setelah saya melapor sudah sampai Jakarta, "Alhamdulillah, gunakan 'nyawa' kedua lebih bermanfaat untuk orang banyak"

8 Agustus 2015 17.40 wib menggunakan maskapai X saya berangkat ke Pangkal Pinang, ini perjalanan pertama kesana, sendirian, dan satu hari lebih cepat daripada rencana karena seharusnya saya berangkat pada 9 Agustus 2015 06.10 wib. Sesampainya disana saya dijemput oleh Faril, Daus, dan Wahyu. Malam itu adalah pertama kali juga saya bercakap dengan mereka sembari menikmati santap malam. Saya sangat suka sekali makanan laut dan ternyata warung-warung makanan di Bangka menyediakan beragam hasil laut segar, di rumah Faril pun saya mendapat suguhan hasil laut yang yummy. Saya pun diceritakan tentang sejarah Bangka, nilai-nilai kekeluargaan yang dianut oleh warga Bangka, dan berbagai objek wisata yang hendak kami singgahi.

9 Agustus 2015, saya sudah bersiap sejak subuh. Merapikan diri karena excited nya akan snorkling untuk pertama kali seumur hidup. Sekitar jam 7an jemput adik-adik SMP dan SMA yang akan bersama kami snorkling, lokasinya di Pantai Rebok dan sudah ada tim plus coach yang siap disana. Well, saya happy banget karena jadi punya teman-teman baru. Liburan ini sudah saya rencanakan 3 bulanan yang lalu untuk block leave dari kantor, could you imagine about how's the feeling when you get what you want? Wuhuuuu, happy! Akhirnya saya (seperti teman-teman lainnya) membawa barang berharga dan sepatu ke arah perahu (kita dapat perahu yang baru, warnanya biru putih seperti warna langit, terus ada semacam rumah kecomang nya gitu lho)

Baru beberapa menit lepas dari bibir pantai, saya merasa gelombangnya cukup besar. Mungkin saya nya yang tidak terbiasa, sampai akhirnya saya menyeletuk "pulang aja ya? ini nakutin..." tapi yang lain memberikan semangat dan kode bahwa ini biasa. Okelah lanjut, perjalanan sekitar 45 menitan akhirnya kita sampai ke area karang di Pantai Rebok, katanya disini karangnya indah jadi oke banget buat snorkling. Tapi sayangnya karena sedang pasang dan air keruh, jadilah tidak jadi snorkling tapi bisa renang-renang sama sekitar 25an orang - kita jalan 2 perahu dan hanya 1 orang yang saya kenal dari semua orang disana hahaaa... Alhamdulillah ya jadi banyak teman colonthree emoticon Setelah asik cebur cebur dan foto foto pakai kamera anti air (entahlah apa itu namanya) punya panitia, kita pun memutuskan kembali. Saya tetap di posisi awal terus sempet sempetnya buka hp, upload video, dan chat. Ada sinyal lho di tengah begitu!

Satu-satunya foto yang tersisa karena dikirimin ke seseorang hahaha :3

Gelombangnya jadi lebih tenang, beberapa orang entah kenapa mabok laut. Saya masih asik menggagumi keindahan alam, meskipun tidak bisa lihat kerang tetap happy. Tiba-tiba ada gelombang dan kyaaaaaaaaaaaaaaa sesuatu terjadi! Kapalnya terbalik, kaki saya terbelit sesuatu entah apa itu tapi beberapa detik kemudian saya seperti meluncur ke bawah dan sudah pasrah. Semuanya hitam, gelap, tapi saya pengen banget naik... akhirnya saya ubah pikiran saya, ini kolam renang dan saya harus bisa naik ke atas, harus bisa lihat awan, harus bisa dapat pegangan. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga, saya pun naik, berat rasanya tapi untung ada pelampung itu yang sudah sempat saya lepas karena sudah merasa aman tapi saya selempangkan ke depan. Saya pun merasa memegang sesuatu, kayu, huwoooo ini kapal yang terbalik! Dan kepala saya akhirnya bisa ke atas, bisa nafas, dan segera mencoba mengeluarkan air laut yang terminum cukup banyak.

Lalu ada yang memberikan ban, dan ada 3 adik smp/sma yang tangannya saling berpegangan di ban itu. Kita pun mencoba menarik ban bersama menuju perahu satunya - oiya dari 2 perahu itu Alhamdulillah cuma 1 yang terbalik. Naik ke atas kapal lalu mengabsen satu persatu, memastikan tidak ada yang tertinggal. Perahu tidak cukup besar kapasitasnya, air mulai masuk ke dalam perahu. Well, akhirnya ada 7 orang yang harus menunggu dan satu perahu lainnya menepi sampai bibir pantai. Tentu 7 orang tersebut memang sudah ahli, para coach dan nelayan.

Sesampainya di bibir pantai, saya menyadari ada beberapa memar yang perih. Beberapa menangis. Terus saya diem, mikir kenapa ini terjadi (anaknya memang serius banget jadi semua dipikirin). Orang-orang mulai menghampiri, warga lokal dan polisi. Beberapa menit kemudian semakin ramai dengan keluarga korban (dan saya setelah dapat pinjaman hp langsung telp ibu terus nangis juga akhirnya heheee, nangisnya karena dompet yang ada ktp dll ilang terus bingung gimana bisa pulang ke Jakarta) dan juga wartawan.

Sudah lebih dari satu jam tapi 7 orang dengan kapal yang tadi menyusul untuk menyelamatkan tidak juga muncul. Mulai timbul kegusaran, mana pikirannya udah pada kemana-mana dan sempat terjadi ketegangan. Sedih sih ini, masih ada yang berjuang di tengah sana dan yang di pinggir malah begitu. Tapi ya kan namanya panik. Akhirnya sekitar 2 jam mulai tampak itu kapal, Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, kapalnya saja yang belum bisa diderek (semacam mobil mogok di tol).

Semuanya (yang terlibat dalam 'kejadian luar biasa' kata pak polisinya) berbaur dan saling mengucapkan terima kasih. Dan saya baru tau setelah itu kalau tadi saya dicari-cari, karena semua korban adalah warga Bangka kecuali saya. Huwooo saya memetik pelajaran, kerjasama - keberanian - jangan panik - dan paling penting berdoa.

Setelah itu saya diminta pulang sama Ibu, hahhaha berakhirlah‪#‎AliaMbolang‬ zzzz, btw dompet yang isinya ya isi dompet pada umumnya, ktp, seluruh kartu, plus hp hilang - mungkin ada di dasar laut dan mmm jangan-jangan di laut banyak barang berharga ya? terus beneran ada bajak laut? (mungkin yaaa mungkin) Sepatu saya juga ilang. Jadi pakai sandal Pak Achsin, huwaaa terima kasih Bapak sudah jauh-jauh dari Teru ke Sungailiat dan bawa ke RS smile emoticon

Jam 11an tadi pagi akhirnya saya pulang ke Jakarta, thanks a lot Pak Achsin, Faril, Wahyu, dan Daus untuk semua bantuannya. Kalau kalian ke Jakarta saya nggak akan ajak ke pantai hahahaa, saya ajak ke museum hahahaaa

Selalu ada cerita dalam perjalanan dan Allah mungkin sedang ingin berbincang dengan kita melalui cobaan yang diberikanNya. Mohon maaf lahir dan batin teman-teman smile emoticon

Jakarta, 10 Agustus 2015

20150717

#Renungan

Tiba-tiba seorang teman memberikan saya tulisan ini, saya tertunduk dan menangis. Tuhan tidak akan menguji hamba-Nya melebihi takaran kemampuan hamba-Nya, saya percaya itu.

***

"Ketika Engkau Menikahi Seorang Istri dari Keluarga yang Tidak Sempurna"
Ketika kau memutuskan untuk menikahi seorang perempuan dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna, barangkali akan ada beberapa orang yang mempertanyakannya. Mungkin orangtua atau orang-orang terdekatmu. Apakah kamu serius dengan keputusan itu? Sudahkah kamu memikirkan semuanya? Tidakkah kamu takut rumah tanggamu akan berjalan tidak baik-baik saja?
Dan ketika kamu teguh dengan keputusan itu, bahkan calon istrimu sendiri mungkin meragukannya: Apakah kau tak akan menyesal di kemudian hari?
Aku mengalami semua itu. Aku pernah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hari ini, aku ingin menjawab dan menjelaskan semuanya…
Ketika kau mengenal seorang perempuan dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna, barangkali kau baru saja bertemu dengan perempuan dengan kemampuan menghadapi persoalan di atas rata-rata. Ia tumbuh dengan perjuangan untuk selalu bisa tersenyum di hadapan semua orang, berusaha tampak biasa-biasa saja, meskipun ada sesuatu yang menghantam-hantam dari dalam dirinya. Ia mungkin sering menangis, tetapi bukan untuk sesuatu yang remeh-temeh. Air matanya terlalu berharga untuk menangisi hal-hal sepele yang bisa ia atasi dengan cara dan usahanya sendiri. Ia menangisi sesuatu yang barangkali jika semua itu terjadi kepadamu, kau tak akan pernah bisa menahannya. Ia menangisi sebuah kehilangan.
Apa yang hilang dari dirinya? Barangkali masa kecil dan kebahagiaan yang semestinya mewarnai semua itu. Barangkali rasa bangga yang tetiba diruntuhkan oleh ketidakadilan yang entah mengapa harus menimpa dirinya. Ia menyaksikan kehancuran rumah tangga orangtuanya pada usia yang telalu muda. Barangkali ia harus mendengarkan kekecewaan ibunya sendiri tentang ayah yang dicintainya. Barangkali ia harus menerima kenyataan bahwa cinta bukan satu-satunya syarat untuk mempertahankan semuanya. Pada saat bersamaan, ia harus menutup telinga dari pembicaraan buruk orang-orang tentang keluarganya. Ia dipaksa nasib untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.
Tetapi, kedewasaan itulah yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Ia selalu punya cara untuk terlihat biasa-biasa saja di tengah hal-hal buruk yang sedang dihadapinya. Ia tetap bisa tersenyum saat orang lain terlalu lemah untuk bersikap baik-baik saja. Bayangkan, ia membangun semua sistem pertahanan dan rasa percaya diri itu selama bertahun-tahun?
Hari-hari pertama setelah kau menikahi perempuan itu, semuanya akan terasa mudah bagimu. Kau pikir, ia tak perlu banyak waktu untuk belajar menjadi istri yang baik buatmu. Ia begitu menghormatimu. Ia pandai menempatkan diri. Ia begitu pengertian dan penuh kasih. Meski mungkin kau tidak tahu bahwa sebenarnya ia menjalankan semua itu dengan penuh rasa takut dan khawatir. Ia takut hal-hal buruk yang terjadi pada orangtuanya terulang lagi pada dirinya. Ia dihantui rasa khawatir untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang mungkin bisa mengembalikan lagi kesedihan yang bertahun-tahun berusaha dikubur di kedalaman perasaannya. Ia menjaga semuanya untuk kebahagiaanmu, untuk kebahagiaannya sendiri, untuk kebahagiaan kalian berdua.
Bulan demi bulan berlalu, kau selalu terpesona dengan keterbukaanya tentang segala sesuatu. Ia terlatih untuk jujur pada dirinya sendiri, sehingga tak memiliki apapun lagi untuk dirahasiakan darimu. Ia bisa dengan mudah menceritakan hal-hal buruk yang pernah menimpanya atau kekurangan dirinya, ia menceritakan apapun tentang keluarganya, ia ingin kau melihat dan mencintainya apa adanya.
Barangkali ia juga sering bersedih, meski mungkin kau jarang mengetahuinya. Ia terbiasa menggigit bagian dalam bibir bawahnya saat kau menceritakan tentang keluargamu: Ayahmu yang lucu, ibumu yang lugu, adik-adikmu yang nakal, atau tradisi liburan keluarga yang bertahun-tahun kau miliki dengan penuh kebahagiaan. Ada perasaan asing yang mengalir dalam dirinya ketika kau menceritakan semua itu. Rasa asing yang mungkin akan membuatnya tidak nyaman, cemburu, marah, atau segala sesuatu di antara semua itu.
Maka ia mulai mencintai ibumu seperti ibunya sendiri, ia akan menghormati ayahmu seperti ayahnya sendiri, ia menjadikan keluargamu sebagai pelabuhan bagi semua mimpinya tentang rumah cinta dan tangga ke surga. Tahun-tahun berikutnya, ketika kalian dikarunia anak-anak, ia akan selalu berusaha menjadi ibu yang sempurna bagi mereka. Ia tak ingin, dan tak ingin, dan tak pernah ingin anak-anaknya mengalami sesuatu yang sama yang pernah ia alami. Dalam daftar prioritas hidupnya, ia tulis hal-hal yang tak akan mengecewakanmu: cinta, kasih sayang, kejujuran, kesetiaan. Hal-hal yang dari semua itu ia letakkan fondasi untuk sesuatu yang kelak kalian akan sebut sebagai ‘rumah’—tempatmu bertolak sekaligus kembali, tempat kalian akan melewati semuanya bersama-sama.
Demikianlah, ketika kau menikahi seorang istri dari keluarga yang tidak sempurna, barangkali kau telah menikahi seorang perempuan terbaik di dunia… Perempuan yang dengan segala ketidaksempurnaan yang dimilikinya, akan menyempurnakan segala sesuatu yang ada pada dirimu dan semua hal di sekelilingmu.
Ketika kau melihat seorang perempuan dari masa lalu yang tidak sempurna, kau tengah melihat seorang perempuan hebat dengan seluruh keajaiban yang ada dalam hidupnya. 

20141104

Keyakinan untuk BISA!

Sangat sulit menyakinkan orangtua saat saya memilih apa yang sekarang saya pilih dalam hidup, menjadi sociopreneur. Pergolakan batin terberat saya sekitar 2,5 tahun lalu adalah bagaimana caranya saya tetap bisa memenuhi kebutuhan saya, memiliki standar hidup seperti sebelumnya, namun harus merubah 'gaya' hidup saya. Dan nyatanya tidak bisa, hidup saya menjadi semacam kurva yang menurun secara 'gaya' hidup misal tidak bisa lagi membeli baju di mall, harus jarang-jarang makan di tempat bermerek, dsb. Saya benar-benar fokus pada Dreamdelion dan meninggalkan kesenangan saya menulis.

Sejak 2008 tulisan-tulisan saya cukup baik menghiasi kompetisi demi kompetisi, dari sana saya membiayai sekolah dan Alhamdulillah bisa full membiayai sekolah sejak kelas 2 SMA. Keinginan saya untuk bisa membiayai sekolah sendiri sudah ada sejak SMP, saya berjual stiker, pin, kaos, dan menjadi tutor untuk beberapa adik kelas. Namun saat itu, saya masih cukup bergantung pada orangtua. Terlebih Bapak yang sangat memanjakan saya dan Ibu yang sangat memperhatikan pendidikan saya sehingga saya tidak boleh berkegiatan yang menganggu sekolah. Kompetisi demi kompetisi yang saya jalani sejak SMA yang kata orang mencerminkan sifat ambisius dalam diri saya, sebenarnya adalah salah satu upaya saya agar bisa hidup lebih mandiri dan tidak bergantung kepada orangtua. Saat itu saya memiliki proyek pribadi, "1 piala, 1 bulan". Karena proyek tersebut, dalam satu bulan saya mengikuti 2-3 kompetisi karena tentu ada probabilita menang dan kalah. Dari proyek tersebut juga saya bisa mendapatkan rata-rata Rp 500.000,- s/d Rp 2.500.000 per bulan yang tentu masih dipotong uang administrasi kompetisi dan transportasi.

Maka menjadi cukup beralasan jika orangtua saya kecewa saat saya memberhentikan segala aktivitas saya yang berhubungan dengan kompetisi penelitian atau penulisan, karena itu artinya saya tidak lagi memiliki pemasukan dan orangtua saya tidak lagi mendengar kabar yang membahagiakan. Tapi saya mencoba meyakinkan orangtua saya bahwa memang sudah waktunya saya melakukan hal lain untuk mengasah 'hati' saya, tidak lagi memikirkan hal-hal yang hanya untuk kepentingan pribadi.

Orangtua saya tidak banyak bicara, tapi saya tau mereka sangat kecewa ketika itu pertengahan tahun 2012. Mereka mengungkapkan kekecewaannya dengan diam, mereka tau membujuk putri sulungnya yang keras kepala ini bukan hal yang mudah. Seperti beberapa tahun sebelumnya, saat saya diminta masuk ke jurusan IPA saat SMA agar menjadi dokter tapi saya tegas ingin ke IPS karena ingin menjadi ekonom. Hampir setiap hari saya mendengar orang-orang sekitar meremehkan karena katanya nih yang masuk IPS hanya anak yang tidak bagus akademiknya, saat itu saya menempati 3 besar di kelas. Tapi apa iya saya harus menjawab sindiran-sindiran mereka? Saya diamkan, lama-lama orangtua mendukung karena saya pelan-pelan coba membuktikan bahwa di IPS pun bisa berprestasi, ya dengan kompetisi-kompetisi tadi. Piala pertama yang menghiasi meja belajar saya, saya dapatkan saat kelas 2 SMA. Saya bukan anak yang pintar, nilai matematika saya pernah 3 sehingga saya dipanggil ke BK saat SMP. Tapi saya coba membuktikan bahwa saat saya memilih sesuatu maka saya tidak akan pernah bermain-main dengan sesuatu itu, saya akan bersungguh-sungguh. Pun begitu saat saya memilih konsentrasi Manajemen Sumber Daya Manusia di FEUI, maklum saja konsentrasi yang dianggap bagus itu Manajemen Pemasaran dan Manajemen Keuangan, sementara hanya belasan orang pada konsentrasi saya. Tapi saya enjoy sekali menjalaninya, saya diajak beberapa proyek penulisan oleh dosen, menjadi asisten pelatihan riset, dan sebagainya. Justru berada di konsentrasi tersebut membuat saya banyak belajar bagaimana mengatur SDM sebagai aset dalam sebuah instansi, kunci sukses sebuah instansi. Saya tidak pernah bermain-main dengan pilihan saya, orangtua saya tau benar hal itu.

Pun dalam setiap pilihan pada hidup saya, Ibu pernah mengatakan "kamu itu kalau tanya sesuatu tapi sebenarnya kamu sudah tau jawabannya. Kamu hanya bertanya untuk meyakinkan bahwa jawaban kamu benar, iya kan?"

Buat saya ketika banyak orang yang meragukan apa yang saya pilih, saya menjadi merasa tertantang untuk melakukan apa yang saya pilih. Merasa, "I can do my best!"

Begitu pula saat saya lulus dari FEUI, saya memiliki kontrak dengan dua instansi yang telah membiayai saya selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi. Dulu saat saya masih semester 1 kuliah, saya membayangkan ketika lulus nanti saya bisa bekerja di ruangan ber-AC, menggunakan sepatu hak tinggi, blazer, pokoknya berpakaian rapi. Saat saya semester 6, saya mengubah 100% pemikiran saya tersebut. Saya merasa lebih nyaman dengan hidup yang sederhana, bisa menggunakan kaos untuk bekerja, lalu sandal japit, dan bermain dengan orang-orang baru. Dan Ibu bilang, "Kamu boleh menjadi orang hebat, tapi kamu harus bisa menjadi orang hebat yang mau berterima kasih dan punya komitmen". Saya dibesarkan oleh kedua instansi tersebut, bagaimanapun tanpa keduanya mungkin saya bukanlah saya yang sekarang, maka saya jatuh pilihan untuk menjalani kontrak saya. Saya pun menjadi seorang pegawai swasta sudah sekitar 10 bulan terakhir. Tapi saya bilang ke orangtua, saya mau menjadi pegawai swasta tapi saya tetap harus menjadi sociopreneur. Karena disana 'hidup' saya, disana 'semangat' saya, disana saya banyak belajar bahwa ternyata hidup beragam rasa.

Orangtua saya benar-benar demokratis atau lebih tepatnya sudah menyerah menasehati saya untuk hal-hal tertentu. Memang susah membagi waktu antara menjadi pegawai swasta, sociopreneur, keluarga, dan kehidupan pribadi. Saya bisa bilang kalau banyak hal yang menjadi 'kacau' ketika saya berusaha menjalani semua secara bersamaan. "Tuhan saja menciptakan jemari kita tidak sama panjangnya, bagaimana kamu bisa berharap menjadi manusia yang adil?" Karena adil bukan berarti sama. Akhirnya saya coba membagi waktu, mengeliminasi beberapa kegiatan yang saya rasa tidak terlalu perlu dilakukan. Dan salah satu hal yang saya eliminasi adalah hubungan intensif dengan orangtua dan kehidupan pribadi. Sampai akhirnya saya tersadar kalau saya tidak bisa hidup tanpa orangtua. Singkat cerita akhirnya saya bisa menyeimbangkan waktu, membagi peran dengan semampu saya. Konflik demi konflik memang tidak bisa dielakkan. Ini juga mengapa saya harus menolak permintaan menjadi pembicara atau trainer terutama saat weekday, pun saat weekend saya lebih suka bersama teman-teman Dreamdelion atau di rumah.

Sampai sekarang banyak yang menanyakan bagaimana saya bisa melakukan semua hal itu, jawabannya adalah keyakinan untuk bisa melakukannya. Terima kasih :)