20140125

Definisi Menjadi yang Terbaik :)

Gue sebenarnya masih sering bingung sama definisi menjadi yang terbaik. Setiap fase kehidupan mengajarkan pada diri gue kalau definisi ini berubah-ubah. Sebagai tipikal manusia dominan (berdasarkan hasil psikotest) dan suka dipuji (sifat dasar manusia yang mau nggak mau jadi sifat dasar gue juga kali yaaa hahahaa) tentu gue pengen jadi yang terbaik dimanapun gue berada. Tujuan gue sih sederhana, menjadi yang terbaik berarti membuat diri gue punya satu nilai plus, punya cerita, punya sesuatu yang membanggakan untuk dibagi ke orang lain, terutama buat dua orang spesial dalam hidup gue --- Ibu dan Bapak.

Waktu gue masih kecil, menjadi yang terbaik seringkali gue artikan sebagai menang kalau lagi bertengkar sama adik, menang kalau lagi rebutan televisi, menang kalau bisa bikin adik gue dimarahin Ibu, yaaaa terbaik itu menang ngelawan adik. Meskipun Ibu super disiplin, tapi jadi yang terbaik masa lampau banget itu (kesannya tua banget) nggak pernah gue artikan dengan bisa jadi nomer satu di kelas karena itu nggak mungkin, hahahhaaa pas SD gue punya temen cowok yang pinternya nggak bisa ditandingi dan entah kenapa dia hobi banget juara 1.

Lalu melangkah ke bangku SMP, jadi yang terbaik versi gue itu adalah nge-gank sama cewek-cewek yang populer (survei membuktikan seperti itu, dulu, hahhahahaa). Terus gue bisa menang kalau pas lagi berantem sama temen, pokoknya mau jadi super hero-nya cewek-cewek hahahaaa... Dulu juga pas SMP, jadi yang terbaik itu kalau bisa jadi anak kesayangan guru, terutama guru biologi sama guru ekonomi :3 *super nyebelin*

Pas SMA, mulai agak beneran dikit nih, terbaik itu kalau bisa jadi juara kelas dan menang kompetisi. Merasa jadi terbaik pas bisa jadi ketua ekstrakurikuler jurnalistik dan jadi kakak kelas yang terkenal *kenal nama doang nggak kenal orangnya, ckckkckkk kelakuan adik-adik kelas hahahaha*

Masuk ke dunia yang penuh retorika #Tsahhhhhhh masa kuliah. Jadi yang terbaik itu apa yaaa? Gue mulai bingung nih sama definisi Terbaik!!! Sekedar punya IPK tinggi, pernah exchange, bolak balik menang lomba, jadi aktifis ternyata nggak lantas bisa gue bilang sebagai indikator menjadi yang terbaik *sok ilmiah hahahaaa* Tahun ke-4 kuliah gue baru tau definisi jadi yang terbaik, ternyata bisa jadi 'merasa' terbaik itu kalau bisa ketemu sama teman-teman yang baik, karena teman yang baik akan menularkan kebaikan ke kita.

Ternyata setelah gue mencari-cari definisi terbaik, gue bisa dapetin itu di akhir-akhir masa kuliah, ya menjadi yang terbaik adalah berteman dengan orang-orang baik sehingga bisa memotivasi gue buat jadi orang baik, tapi ternyata jadi orang baik itu nggak gampang ya hehe semoga teman-teman gue yang baik bisa selalu menularkan kebaikan mereka ke gue. Amin Ya Allah.

Pssssssss mungkin ini subjektif, jadi silahkan mencari definisi menjadi yang terbaik versi kalian sendiri yaaaa :D Salam terbaik!!!


20140119

Saya Hanya Ingin Belajar!

Tidak ada hal yang paling menyesakkan selain ketika kita tidak bisa melakukan hal yang kita suka, ditambah harus melakukan hal yang sama sekali tidak kita suka. Ya, sepertinya itu yang sedang saya rasakan sekarang.

Saya sangat suka belajar, dari kecil sebelum teman-teman selesai membaca sebuah buku pasti saya sudah menyelesaikannya terlebih dahulu dan bisa menceritakan isi buku itu dengan baik. Kebiasan gemar belajar yang memang ditanamkan Ibu sejak saya masih kecil, tapi ternyata kebiasaan itu tidak bekerja kali ini. Saya begitu sulit mencerna apapun yang disampaikan oleh instruktur, entahlah karena saya tidak suka saja atau lebih dalam lagi, karena saya tidak nyaman dengan pekerjaan ini?

Sudah berada pada sebuah zona nyaman membuat saya berpikir mungkin saatnya mengubah haluan, bukan tanpa pertimbangan. Berusaha menelusuri keinginan orangtua untuk masa depan saya kelak, akhirnya saya pun mengiyakan. "Kalaupun saya tidak pernah bisa mencintai pekerjaan ini, semoga pekerjaan ini dapat membuat saya membahagiakan beliau berdua yang hari-harinya telah digunakan untuk kebahagiaan saya dan semoga Allah menguatkan saya, untuk kebahagiaan Ibu dan Bapak..."

Dulu sekali, beberapa tahun lalu, saya pernah terpikir akan berada di posisi ini - dengan pekerjaan yang sama. Susah payah saya berusaha mencapainya, mencapai sesuatu yang terlihat tidak mungkin saat itu. Dengan kemampuan yang serba terbatas, terutama kemampuan bahasa inggris saya yang seadanya. Tapi saya tidak menyerah, berusaha memantaskan diri, saya pasti bisa! Waktu berlalu dan ternyata saya sudah beralih pada dunia lainnya, pekerjaan yang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, pekerjaan yang sebenarnya justru mendekatkan saya pada orang-orang baik terutama mendekatkan saya pada-Nya. Saya sungguh mencintai pekerjaan itu, meskipun pekerjaan itu tidak pernah membuat kantung saya setebal sebelumnya. Pekerjaan itu tidak sekali membuat saya harus meneteskan airmata, membuat saya dalam masa-masa sulit, membuat saya kadang (atau sering) lalai pada diri saya sendiri. Tapi sungguh rasa cinta terhadap pekerjaan itu membuat saya sedapat mungkin melakukan hal yang terbaik, hal terbaik yang bisa saya lakukan.

Obrolan panjang dengan Ibu, diskusi yang diselangi sesenguk tangis dengan beberapa teman, dan waktu-waktu sunyi saya dengan-Nya. Berbagai hal beradu menjadi satu, kadang sulit untuk mencerna semuanya... saya pikir yang namanya perasaan itu tidak penting untuk diperhitungkan, dan saya pun menyesal. Bukan hal yang sulit untuk mencari pekerjaan sebenarnya, bahkan di saat saya belum saatnya mencari pekerjaan nyatanya pekerjaan-pekerjaan selalu datang menawar. Hingga saatnya saya harus bekerja, ini bukan hanya tentang mengisi perut atau mencari bongkahan emas -tentu saya tidak bekerja untuk itu-, tapi ini tentang mimpi-mimpi dua orang yang sangat saya sayangi -orangtua yang kasihnya terus mengalir dalam kehidupan saya-. Mimpi yang beliau berdua titipkan kepada saya, mimpi yang harus saya wujudkan untuk membalas (bahkan tidak mungkin) pengorbanan-pengorbanan yang telah beliau berdua lakukan untuk saya.

Dan akhirnya ketika tangan saya harus menggoreskan tinta di atas kertas bermaterai itu, ya saya melakukannya. Setelah hari-hari yang panjang untuk 'melarikan diri', akhirnya saya melakukannya. Kalaupun saya tidak pernah bisa mencintai pekerjaan ini dan lebih menginginkan pekerjaan itu, semoga pekerjaan ini dapat membawa kebaikan-kebaikan untuk masa depan saya, untuk orang-orang di sekitar saya, terutama untuk Ibu dan Bapak yang menitipkan mimpi mereka kepada saya.

Saya hanya ingin belajar, suka atau tidak suka. Hidup ini memang bukan hanya tentang apa yang kita citakan, tapi tentang apa yang ingin kita perjuangkan dan saya inshaAllah akan memperjuangkan pekerjaan ini, melakukan yang terbaik untuk pekerjaan ini, dan belajar banyak hal dari pekerjaan ini. Toh belum tentu ini buruk, dan ketika ini buruk saya yakin Allah akan membantu saya untuk keluar dari keburukan tersebut. Suka atau tidak suka, semoga pekerjaan ini dapat membahagiakan dua orang yang sangat berharga di kehidupan saya.

Tidak hanya melakukan pekerjaan yang saya cintai, saat ini dunia berbicara bahwa saya harus mencintai pekerjaan yang saya lakukan. Semoga Allah selalui meridhai, Amin Ya Allah.


Jakarta, 19 Januari 2014
Saat merenung, terima kasih Ibu & Bapak
Juga teman-teman yang sudah menguatkan :)

20140117

Nostalgia & Harapan #SejenakDiam #8

Hal yang paling menyenangkan dalam hidup menurut gue adalah dinamisasinya, ngerasa nggak sih kalau kita itu hidup di berbagai masa yang berbeda dengan sangat cepat? Dan kadang ketika kita sampai di sebuah masa yang baru sering timbul celetukan, "Perasaan gue dulu masih disana deh, sekarang udah disini..." Ya ternyata hidup itu berjalan secepat waktu berlari.

Waktu TK inget banget selalu dijemput dan anter sama Pak Sukur, tukang becak, masih digendong melewati sawah-sawah. Lalu menuju masa selanjutnya di SD karena nggak bisa pakai bahasa madura akhirnya gue sering banget di bully sama temen-temen sampai dipalakin, dan nurut begitu aja. Masa SMP banyak membawa perubahan terutama dari sisi sikap, yang dulunya manja banget jadi belajar buat nggak manja, mulai punya peer group yang dekat banget padahal sebelumnya tipe anak sekolah-pulang-belajar-sekolah lagi hahahaaaa alias cupu. Waktu di SMA mulai aktif di organisasi dan kompetisi, seru bangetlah! Bisa ngerayain sweet 17-th di 3 pulau di Makassar juga saat itu, pengalaman pertama naik pesawat dan keluar negeri. Memasuki masa kuliah, harus struggle banget kalau mau bertahan karena selain mata kuliah dengan tugas-tugas dan ujian yang kurang manusiawi hahahaaa, kondisi lingkungan yang 180 derajat berbeda di Ibukota dengan tempat-tempat sebelumnya gue berada, juga harus menghadapi berbagai tipe orang yang beragam dan kadang sulit dipahami. Alhamdulillah-nya adalah setiap kali menyelesaikan satu tahapan nggak terlalu binggung dengan 'what's the next?' karena gue selalu binggung duluan dibandingkan temen-temen gue kalau mau masuk ke tahap kehidupan selanjutnya, misalnya gue itu udah tau bakal masuk jurusan IPS di SMA karena dari SMP gue udah menentukan hal itu terus gue udah memutuskan masuk FEUI dari kelas 2 SMA. Kadang gue capek juga sih karena akhirnya sering mikir juga, "pikiran lo ribet banget sih, Vi?" Akhirnya gue selalu mencoba berpikir positif, life is about preparation!

Sekarang gue udah mulai kerja, FYI banyak banget hal dalam setiap tahap kehidupan gue yang nggak sesuai dengan apa yang gue pengenin, banyak banget tantangannya, dan selalu ada masa dimana gue menyerah terus nangis-nangis pas menghadapi tantangan di setiap tahap atau fasenya. Setiap kali bisa melewati tantangan hidup jadi suka ketawa-ketawa ternyata lucu juga, misalnya dulu waktu kuliah sering nangis setiap kali memasuki masa UTS/UAS dan sampai pernah jatuh di tangga asrama karena malamnya nggak tidur belajar statistika.

Hidup itu benar-benar cepat, umur gue terus berkurang dan entah sampai kapan. Dan yang bikin gue selalu takut adalah menghadapi kematian, gue sekarang sering kebayang meninggal terus takut semua amalan nggak cukup buat kehidupan gue di akhirat. Tujuan hidup gue jelas bisa ketemu sama orang-orang yang gue sayang di surga, tapi how to go there-nya itu yang binggung karena banyak banget ngelakuin kesalahan di dunia ini. Semoga saja apapun yang terjadi di masa selanjutnya, semua itu bisa menghantarkan gue ke tujuan hidup gue tadi, Amin Ya Allah. Bantu doa yaaa teman-teman, doa yang sama untuk kalian :)





20140113

Hujan #SejenakDiam #7

Hujan terus turun tanpa henti, dari malam ke pagi, bahkan menjelang siang pun tidak juga reda. Aku selalu suka dengan hujan karena hujan selalu mengingatkanku pada rasa nyaman dan kedamaian. Dulu saat aku masih kecil, aku selalu meminta ijin pada ibu untuk bermain hujan, selesai bermain hujan aku dan teman-teman bermain di kolam kecil depan rumah yang sebenarnya untuk kolam ikan. Dasar anak-anak!

Selain membawa rasa nyaman dan kedamaian, hujan juga mengingatkanku pada kemandirian. Sejak lulus dari sekolah dasar aku sebisa mungkin tidak merepotkan orangtua. Semua hal aku kerjakan sendiri, tentu bukan karena mau mengerjakannya sendiri tapi memang karena tuntutan hidup yang membuat aku harus hidup sendirian. Sekalipun hujan deras, aku selalu usahakan sampai rumah tepat waktu seusai sekolah. Aku tidak pernah peduli terhadap hujan, “hujannya kan air, jadi nggak perlu takut…” kataku selalu kepada teman-teman jika mereka menahanku untuk pulang karena hujan. Saat hujan, aku jadi tau bagaimana mereka yang ada di jalan berusaha mengejar waktu hingga tidak memperhatikan sekelilingnya.

Aku suka dengan hujan, karena hujan mengingatkanku pada sosok anak-anak payung. Ya aku memanggil anak-anak yang menawarkan jasa payung jika sedang hujan. Sekalipun membawa payung, aku suka menggunakan jasa mereka – anak-anak payung. Karena mereka membuatku sadar bahwa mempertahankan hidup itu adalah tentang seberapa keras kita mau berjuang. Aku sangat suka berbincang tentang mereka, ada yang menjadi anak-anak payung karena suruhan orangtua, ada yang menjadi anak payung karena untuk jajan, dan ada juga yang menjadi anak payung karena tuntutan hidup.


Hujan… Hujan membuatku selalu dapat tidur lelap, ya aku suka hujan karena hujan mengingatkanku pada sosok ibu dan bapak yang selalu memberikan rasa nyaman dan kedamain, mengajarkanku tentang kerja keras dan berjuang, dan membuat aku menjadi semandiri sekarang. Aku suka hujan, karena setelahnya mungkin akan muncul pelangi yang berwarna-warni, bukti bahwa dunia ini tidak hanya mengenal hitam dan putih.  

Karawaci, 11 Januari 2014

20140103

Lyric : Lilin-Lilin Kecil

Oh...Manakala mentari tuaLelah berpijarOh...Manakala bulan nan genitEnggan tersenyumBerkerut kerut tiada berseriTersendat-sendat merayap dalam kegelapanHitam kini hitam nantiGelap kini akankah berganti
ChorusEngkau lilin-lilin kecilSanggupkah kau menggantiSanggupkah kau memberiSeberkas cahayaEngkau lilin-lilin kecilSanggupkah kau berpijarSanggupkah kau menyengatSeisi dunia
Oh...Manakala mentari tuaLelah berpijarOh...Manakala bulan nan genitEnggan tersenyumBerkerut kerut tiada berseriTersendat-sendat merayap dalam kegelapanHitam kini hitam nantiGelap kini akankah berganti
ChorusEngkau lilin-lilin kecilSanggupkah kau menggantiSanggupkah kau memberiSeberkas cahayaEngkau lilin-lilin kecilSanggupkah kau berpijarSanggupkah kau menyengatSeisi dunia (2X)