20141008

UI Membutuhkan Servant Leader seperti Prof Rhenald Kasali

Pertama kali saya mengetahui daftar 25 calon rektor UI, saya langsung dibuat kaget dengan sebuah nama yang tidak asing bagi saya. Nama tersebut adalah Prof Rhenald Kasali, seseorang yang selama ini menjadi role model bagi saya untuk menjalankan bisnis sosial Dreamdelion yang saya rintis bersama teman-teman sejak 18 Juli 2012, saat itu saya masih berstatus mahasiswi semester akhir di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).

Saya dan Prof Rhenald pada th 2012 di Acara Buka Puasa Bersama Rumah Perubahan

Saya mungkin sama dengan teman-teman lainnya yang menjadi salah satu anak muda yang terinspirasi dengan sosok Prof Rhenald, yang saya hanya bisa lihat di televisi dan tulisannya saya baca di berbagai media. That's it! Sampai akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti acara buka puasa bersama di Rumah Perubahan dan bertatap langsung dengan Prof Rhenald. Meskipun saya mahasiswi FEUI, namun saya tidak pernah mendapatkan kelas Prof Rhenald karena tidak mengambil konsentrasi Manajemen Pemasaran.

Benar saja, pertemuan pertama saya dengan Prof Rhenald mampu menciptakan AHA Moment, saya terinspirasi dengan konsep Rumah Perubahan yang merupakan bentuk bisnis sosial yang mampu mensejahterahkan banyak orang, terutama warga sekitar lokasi tersebut. Hal inilah yang membuat saya semakin yakin menjalankan bisnis sosial yang saya dan teman-teman rintis yaitu Dreamdelion. Saat ini Dreamdelion sudah berada di 3 kota dengan 5 lokasi, juga memiliki ratusan volunteers, dan mampu memberikan manfaat kepada ratusan warga Alhamdulillah. Mungkin akan berbeda cerita Dreamdelion ini jika saat itu saya tidak bertemu dengan Prof Rhenald, seorang guru besar UI yang dengan kerendahan hatinya membantu membesarkan Dreamdelion meskipun saat itu beliau tidak sama sekali mengenal saya.  Melalui tulisan sederhana ini saya ingin berterima kasih atas segala kontribusi Prof Rhenald untuk Dreamdelion.

***


Sekitar dua bulan setelah Dreamdelion berjalan, tidak ada progress berarti, modal semakin menipis, tim yang kami bangun mulai runtuh. Lengkaplah tantangan demi tantangan yang harus kami lewati. Sampai akhirnya ada sesi diskusi di Rumah Perubahan yang melibatkan Young Fellow Rumah Perubahan (perkumpulan mahasiswa Univ Indonesia yang memiliki ketertarikan untuk berkontribusi di masyarakat), ada Prof Rhenald dalam sesi diskusi itu. Setelah sesi diskusi selesai saya meminta waktu beberapa menit, yang akhirnya menjadi hampir satu jam, untuk menceritakan tantangan yang dihadapi Dreamdelion, setelahnya perasaan saya menjadi tenang dan menjadi lebih optimis. Prof Rhenald memberikan sebuah mesin jahit untuk Dreamdelion karena kami selama ini hanya bisa memproduksi produk secara manual. Siapa sangka satu mesin jahit tersebut mampu menghidupkan Dreamdelion sampai sekarang, bahkan kami Alhamdulillah dapat memperluas area pemberdayaan tidak hanya di Jakarta namun juga di Jogjakarta dan Ngawi. Satu mesin jahit tersebut bermakna sekali bagi kami, mampu mematik semangat kami yang sedikit lagi redup tanpa sisa. Satu mesin jahit itu saat ini telah menjadi cikal bakal mesin-mesin jahit kami lainnya, sangat sederhana bukan? Satu mesin jahit yang mampu menjadi motivasi komunitas bisnis sosial seperti kami menjadi berkembang dan berkelanjutan.

Tidak berhenti pada mesin jahit, saya dikejutkan dengan ajakan sebuah kementrian untuk melibatkan Dreamdelion sebagai pelatih program mereka. Saya bingung ketika itu karena kami belum punya brand yang baik saat ditawari, ternyata Prof Rhenald lah yang merekomendasikan kami. Padahal lagi-lagi saat itu, Prof Rhenald belum terlalu mengenal kami namun beliau memberikan kepercayaan kepada kami. Sejak saat itu kami semakin menyadari pentingnya kolaborasi untuk mengembangkan bisnis sosial kami, kurang dari 2 tahun sudah 60 instansi bekerjasama dengan Dreamdelion. Tentu selalu ada cerita awalan, dulu siapa yang mau bekerjasama dengan komunitas bisnis sosial pemula seperti kami, semuanya dimulai dari kesempatan yang dibuka oleh Prof Rhenald.

Masih banyak lagi yang beliau lakukan untuk membantu komunitas bisnis sosial seperti Dreamdelion dan saya yakin tidak hanya Dreamdelion, salah satu crowdfunding terbesar di Indonesia yaitu kitabisa.com juga salah satu komunitas yang dibina oleh Prof Rhenald. Sampai saat ini pun ketika Dreamdelion membuat sebuah event bernama NSBCamp (www.nsbcamp.com) yang hampir saja tidak terlaksana karena kekurangan pendanaan, Prof Rhenald melalui Rumah Perubahan turun tangan tidak dengan memberikan 'ikan' pada kami tapi dengan memberikan 'kail'-nya, cara beliau mendidik kami yang membuat kami sangat terbantu dengan tetap harus mandiri. Event ini pun untuk pre-event nya saja seperti National Seminar di Balai Sidang UI 17 September 2014 lalu dipadati oleh peserta lebih dari ekspektasi, dari awalnya hanya 300 target pendaftar menjadi lebih dari 450 pendaftar. Secara tidak langsung kami bersama-sama menghidupkan kepekaan sosial dalam masyarakat terutama peserta yang mayoritas anak muda atau anak kuliahan untuk turun tangan  berkontribusi menyelesaikan masalah sosial melalui pendekatan bisnis sosial.

Prof Rhenald Kasali menjadi keynote Speaker dalam National Seminar NSBCamp di Balai Sidang, Universitas Indonesia, pada 17 September 2014

Disela-sela kesibukannya, Prof Rhenald selalu memberikan ruang untuk mendengarkan kami yang ingin banyak belajar dari beliau dengan Rumah Perubahan-nya.dan karya-karya membangun bangsa lainnya.



***

Rasanya tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa sosok Prof Rhenald Kasali adalah seorang servant leader. ‘Servant Leader’ yaitu pemimpin yang melayani, pemimpin yang memimpin bukan sekedar untuk mendapatkan jabatan semata, tapi juga dengan niatan mengabdikan diri untuk masyarakat yang dipimpinnya, pemimpin yang mau mendengarkan tidak hanya berbicara atas dasar kemauan dan kepentingannya sendiri, dan pemimpin yang jika masyarakatnya kesusahan tidak berpangku tangan tapi justru mencari-cari jalan mengatasinya. Indonesia jelas sudah memiliki sosok-sosok seperti itu seperti Bu Risma di Surabaya, Pak Ridwan Kamil di Bandung, Pak Ahok di Jakarta, dulu kita mengenal sosok Pak Jokowi di Solo yang saat ini menjadi Presiden RI 2014-2019, juga Prof Rhenald Kasali dengan Rumah Perubahan-nya selama ini.

Teman-teman pasti tahu bagaimana seorang servant leader bekerja, mereka tidak segan-segan langsung turun ke lapangan untuk membantu menyelesaikan masalah. Jabatan atau posisi seringkali membuat mereka sulit dijangkau, namun mereka menjadi berbeda karena masyarakat yang mereka pimpin begitu mudahnya menemui mereka ketika kita membutuhkan bantuan mereka.

Dan menurut saya, Universitas Indonesia yang merupakan salah satu universitas terbaik di Indonesia membutuhkan seorang servant leader dalam kepemimpinannya. Saya sebagai alumni berulangkali mengalami bagaimana rumitnya birokrasi di kampus yang kata orang laksana menara gading tersebut, saya melihat dan merasakan sendiri bagaimana buruknya fasilitas bagi mahasiswa/i meskipun katanya salah satu universitas di Indonesia yang paling lengkap fasilitasnya, belum lagi infratruktur yang sudah rusak sana dan sini yang tentunya butuh perbaikan, dan masih banyak lagi hal yang membutuhkan pembenahan di Universitas Indonesia. Tentu hal-hal seperti itu tidak bisa dilakukan oleh pemimpin yang biasa-biasa saja, Universitas Indonesia (sekali lagi) membutuhkan seorang servant leader yang mau berbuat banyak untuk memajukan kampus ini, tentu juga orang yang sudah memiliki track record sebagai servant leader sebelumnya. Saya percaya dan mendukung Prof Rhenald Kasali menjadi Rektor Universitas Indonesia, semoga ketika terpilih nanti Prof mampu membawa Universitas Indonesia menjadi kampus kerakyatan yang benar-benar berkualitas Internasional, bukan sekedar slogan semata.


Jakarta, 9 Oktober 2014

Alia Noor Anoviar
CP. 081210311876
Email : alia@dreamdelion.com
LinkedIn : https://www.linkedin.com/pub/alia-noor-anoviar/70/9a1/9b1