20130623

Sudah Sejauh Ini...

Kadang secara tidak sadar dan tiba-tiba saya sering berpikir, "sudah sejauh ini?" Sudah hampir 22 tahun ada di dunia, melakukan banyak hal dengan segala keburukan dan mungkin sedikit kebaikannya. Melewati masa-masa TK-SD-SMP-SMA-S1. Dan setiap masa menyimpan ceritanya tersendiri. Sudah sejauh ini juga rupanya kaki melangkah ke beberapa tempat dengan segala pesona alamnya yang memikat hati.

Lewat tulisan ini pengen bernostalgia tentang beberapa kejadian dalam perjalanan kehidupan yang mungkin akan semakin membuka mata dan pikiran bahwa semuanya sudah sejauh ini...

Menjadi anak pertama setelah 5 tahun masa penantian Bapak dan Ibu, menjadi anak yang super dimanja dan diistimewakan. Mungkin saya tidak ingat, tapi foto-foto yang disimpan rapi dalam album besar berwarna cokelat di rumah cukup menjelaskan perjalanan semasa kecil. Kata orang saya ini waktu bayi nangisnya paling kenceng jadi sering gangguin tetangga tengah malam, bahkan seorang tetangga rumah bude di Surabaya selalu bilang setiap kali ketemu "walah arek iki wis gede, ndek mben nangise ora ketulung" namanya Bu Pangkat, usianya mungkin sudah 60-an tahun dan beliau selalu menggoda saya setiap kali pulang ke Surabaya. Tapi saya pikir ya normallah kalau bayi nangisnya kenceng kan bayi sehat hahaha... Bapak sangat memanjakan saya, katanya dulu setiap kali ada tukang mainan lewat saya selalu minta dibelikan dan Bapak pun membelikan, kalau sudah begitu ibu pasti sewot (ibu cemburu kali ya :p) Lalu juga kenakalan-kenakalan khas balita, mencampur satu blek makanan dengan air lalu diaduk-aduk +_+

Waktu sudah menginjak bangku TK, saya selalu menangis katanya kalau diantar ke sekolah sama orangtua karena maunya digendong oleh tukang becak namanya Pak Syukur, sampai saya SMP masih main ke tempat Pak Syukur. Udah digendong maunya juga naik di belakang becak. Kalau ditanyain sama ibu guru kemana Bapaknya selalu bilang "lagi sama Krisdayanti" karena nemuin foto Bapak sama Krisdayanti dan sejak itu Bapak nggak mau jemput pulang karena diledekin sama ibu guru (ya salah ibu gurunya ngeledekin bapak ya? bukan salah sayaaa! hahhahahha). Inget banget tragedi naik pohon gara-gara mau dipijet sama tukang pijet, terus sama ibu dikejar dan ketangkapppp (Oooooo pertahanan saya kayaknya waktu itu sangat lemah :3). Ibu saya adalah ibu paling sabar di dunia kayaknya, tiap kali pulang dari TK (saat itu belum bekerja) ibu selalu saya dudukkan untuk menerima pelajaran yang saya dapatkan dari ibu guru. Kata ibu waktu kecil saya jauh dari kata 'nakal', nggak pernah minta-minta dibeliin mainan (pas balita aja begitu), dan nurut apapun mau ibu tapi ya itu sangat pendiam dan polos. Karena males main sama teman-teman pernah di suatu hari saat masih TK, saya letakkan sapu tangan di ayunan lalu saya ayunkan sekencang-kencangnya dan dukkkkkkk kena bibir lalu berdarah. Sejak itu nggak lagi main ayunan dan marah sama ayunan (euuuu geje abis yaaaa :3)

Waktu SD ini terlalu banyak cerita pem-bully-an. Badan saya waktu itu paling kecil diantara teman-teman lainnya (jadi gendut kelas 3 SD). Karena juga baru pindah dari Jember ke Jenggawah yang mayoritasnya orang Madura jadi nggak punya teman, mungkin juga karena saya nggak paham bahasanya (sampai sekarang pun meski sudah lebih dari 15 tahun disana tetap saja tidak bisa bahasa madura). Yang paling saya ingat, karena pak ustad bilang kalau melakukan hal baik pakai tangan kanan dan hal buruk pakai tangan kiri maka saya ambil uang ibu pakai tangan kiri, uang itu saya setor ke kakak-kakak kelas setiap hari dan akhirnya ketahuan. Kedua tangan saya langsung diikat di tempat tidur tingkat di rumah, ibu menutup kamar dan saya pun menangis. Hari itu, saya belajar banyak dan mulai tidak lagi takut di bully karena tidak mau lagi dimintain uang yang mungkin bakal ambil uang ibu lagi. Itulah ibu, memberi pembelajaran dengan tidak banyak bicara - belajar banyak tentang disiplin dari ibu. Saat kelas 1 SD, saya lebih suka menggambar daripada memperhatikan guru di kelas sehingga rapot cawu 1 kelas 1 benar-benar berantakan dengan deretan angka 6 dan 7. Lalu ibu dipanggil bu guru karena semua buku saya isinya gambaran :3 (kan anak-anak ya) Sejak itu, ibu setiap malam selalu mengajari saya - mengulang semua pelajaran - dan di cawu 2 sudah bisa dapat ranking 5. Ibu memang hebat!!!

Nah lepas dari SD sebenarnya saya mau masuk Ponpes Modern Gontor, sudah bisa bahasa arab dan inggris sebelum itu karena ibu bersikeras me-les-kan. Tapi mendekati waktunya saya menangis terus dan tidak mau kesana, alasannya? Karena om saya bilang kalau keluar dari sana rambutnya bakal punya 7 warna euhhhh dan saya percaya +_+

SMP saya mulai tinggal sendiri, di Ngawi yang berjarak 10 jam dari jember. Banyak alasan, banyak hal yang berubah ketika itu dalam hidup saya, hal-hal yang tidak mungkin bisa ditolak. Saya yang sama sekali tidak pernah melakukan pekerjaan rumah ditempatkan dalam kosan yang lebih tepat disebut asrama karena bangun jam 4 pagi, sapu dan pel kamar, cuci baju sendiri, ada jam belajar, dannn tidak ada TV. Siplah ketika itu rasanya tertekan tapi Allah menguatkan. Saya jadi kenal yang namanya teman, sahabat, keluarga yang sebenarnya. Belajar banyak hal selama 3 tahun. Menjadi orang yang lebih terbuka dan mudah bersosialisasi, kata orang saya berubah 180 derajat (coba bayangkan) dan benar-benar berubah.

Dan ketika SMA saya kembali ke Jember, bersekolah disana. Terjadi salah satu peristiwa bersejarah dalam hidup saya, saya menggunakan jilbab. Ini juga tidak pernah terduga sebelumnya, dulu di SMP saya nge-geng dan mainannya tengkar mulu sama anak cowok kalau mereka gangguin teman-teman saya. Suatu ketika saya iseng bilang, "kalau nem aku 24 minimal, aku pakai jilbab" di depan teman-teman geng. Eh waktu nilai keluar dapat 28,27, teman-teman pun meledek dan saya mengurungkan niat berjilbab. Saya kembali bilang, "kalau masuk sma 1 deh pakai jilbab" Dan malam tes pun saya nonton sinetron, main-main, selepas tes merasa nggak bisa karena selama tes saya pakai dadu buat jawab pertanyaan. Saat itu saya sudah siap ke sekolah swasta kristen, ternyata Allah berkata lain saya lulus dan saya pun berjilbab. Banyak hal yang terjadi di masa SMA ini, hal-hal baru yang saya lakukan seperti kompetisi menulis dan beberapa olimpiade. Dulu bisa dibilang jadi salah satu siswi beken (euuuuuu hahhahaha), waktu malam perpisahan pun masuk 4 dari 5 nominasi TER :3 Terbaik, terpintar, teramah, dan terlucu sedangkan 1 kategori lainnya tercerewet tidak masuk, sontak diledekin teman-teman karena yang memilih memang adik kelas. Saya jarang masuk kelas, lebih banyak di rumah dan jalan-jalan. Biasanya saya main game di rumah dengan dalih penelitian diluar, tapi Alhamdulillah karena setiap bulan bisa memberikan piala untuk sekolah jadi semua percaya +_+ (maap yaaaa jadi ngaku hehe) Alhamdulillah juga tetap bisa menduduki peringkat 1 saat itu, sepertinya nilai pemberian bapak dan ibu guru yang sangat baik hehe (maap lagi yaaaa). Banyak pertanyaan, "di sma berapa kali pacaran?" Hahahhaaa untungnya dulu waktu smp punya perjanjian sama ibu, "aku ga akan pacaran sebelum lulus SMA" dan saya cukup berkomitmen untuk itu jadi memang benar-benar bisa membatasi diri dengan dalih janji ke ibu. Rindu rasanya dengan masa-masa SMA ini, masa yang menghantarkan saya ke salah satu universitas terbaik di Indonesia. PPKB Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

(Saya capek ngetik jadi ntar dilanjutin lagi kali ya, dadahhhhhhh)

No comments: