Tuhan, aku masih ingat kala itu
Kala kedua bola mata hitamnya menatap ke arahku
Kala senyum manisnya mengembang mendetakkan jantungku
Kala kata-katanya menggetarkan nuraniku
Beberapa detik, menit, jam, hari, dan seminggu pun berlalu
Perasaan ini semakin mendekatkanku
Ya... aku merasa semakin dekat
Tapi mungkin hanya perasaanku, Hanya aku yang merasakan!!!
Aku sempat berceloteh dengan bangga
Bagaimana aku merasa dijadikan bulan di bukit bintang
Nyatanya aku bukan bulan
Namun aku adalah bintang untuknya
Aku baru tersadar...
Bukan aku!!! Dia bukan memilihku. Aku bukan pilihannya.
Tersentak di saat waktu menunjukkan hampir dua minggu berlalu
Kesadaran yang mungkin TERLAMBAT. TELAT. TIDAK TEPAT.
Canda... Tawa... Manja... Duka... Percakapan yang dirajut berdua...
Semuanya hanya bagian, tepatnya bumbu-bumbu pendewasaan
Aku hanya mampu menutup muka malu
Dan ternyata semuanya semu...
Tapi aku tidak marah, Tidak pula ingin memasang wajah berduka
Tidak ingin berbela sungkawa atau malah menanggis menenggadah
Aku malah berdecak kagum pada kebesaran Tuhan
Yang dengan cepatnya menunjukkan bahwa sesaat ini hanya rasa semu semata
Tapi aku tidak marah, Tidak pula ingin memasang wajah berduka
Tidak ingin berbela sungkawa atau malah menanggis menenggadah
Aku malah berdecak kagum pada kebesaran Tuhan
Yang dengan cepatnya menunjukkan bahwa sesaat ini hanya rasa semu semata
Depok, 20 Juli 2011. 23.19 WIB
No comments:
Post a Comment