20130808

Menikah?


Saya jadi bingung, setiap apa yang saya lakukan akhir-akhir ini seringkali dikaitkan dengan 'jodoh', 'pernikahan', dan hal-hal serius lainnya yang tidak seharusnya dibuat bahan becandaan. Bahkan beberapa tulisan yang saya buat juga dikira hasil galau, padahal memang dulu saya penulis cerpen dan puisi sebelum beralih ke penulisan ilmiah, then apa salahnya ingin menyalurkan hobi yang sempat terhenti karena hobi lain? Hehe tapi yasudahlah, di-AMIN-kan saja, doanya juga baik kan sebenarnya terlepas dari kadang-kadang hanya sekedar menggoda dan becandaan.

Banyaknya undangan walimahan dari teman-teman sepertinya menjadi pendorong pertanyaan sejenis muncul, pasti bukan saya doang sih yang digodain soal itu tapi juga banyak anak muda lain yang belum berkeluarga apalagi sudah lulus kuliah. Apalagi tiba-tiba Ibu sama Bapak sering banget menanyakan hal ini "kapan?" "sama siapa?", padahal dulu aja pas saya nya lagi pengen cerita tentang seseorang yang lagi deket selalu dikasih pesan "fokus kuliah!".

Dulu mungkin saya mikir menikah itu mudah, mudah banget malah mikirnya, tinggal memilih sama siapa terus minta ijin orangtua dan menikah deh. Tapi ternyata ya pemikiran saya dulu yang nggak dewasa sama sekali itu salah besar. Berubahnya pikiran ini sejak menghadiri walimahan seorang teman di awal Juni 2013, itu adalah pernikahan pertama yang saya datangi tanpa didampingi orangtua dan pernikahan pertama teman yang bisa saya hadiri, saat pengantin pria dan wanita nya memasuki ruang resepsi rasanya langsung deg-deg-deg gimana gitu. Ini deg-deg-deg nya bukan karena terus pengen segera menikah, tapi jadi muncul pertanyaan "hari seperti ini pasti akan tiba kan, entah kapan, tapi sudah sejauh mana perSIAPan menuju hari itu?"

Bicara soal kesiapan, waktu itu yang saya pikirkan adalah tentang persiapan pra-nikah seperti gedung, busana pengantin, undangan, dan hal-hal yang related dengan hari H ketika orang menikah. Ummm ya sejak itu, terus jadi tertarik buat tau lebih dalam lagi "apa sih yang harus dipersiapkan dan berapa biayanya?" Hahaha lagi-lagi saya mikirnya cuma sebatas apa yang harus disiapkan hanya untuk hari H. Karena memang dasarnya kepo banget akhirnya saya coba cari-cari harga gedung pernikahan, ternyata mahal! Belum lagi seperti busana dan undangannya, butuh biaya yang jelas tidak sedikit. Mungkin soal mahal itu subjektif ya, tapi buat saya yang saat itu belum lulus kuliah dan belum punya pekerjaan seperti sekarang jelas biaya itu terlampau mahal. Kan bisa minta ke orangtua? Mmmm siap menikah buat saya itu berarti ya siap mandiri, saya ingin sekali jika sudah waktunya nanti bisa membiayai semua biaya pernikahan tanpa membebani orangtua siapapun.

Back to topic, kepo-nya saya akan biaya-biaya yang harus dipersiapkan sebelum pernikahan akhirnya membuat saya kepo akan banyak hal lainnya. Mulailah saya coba baca beberapa buku yang related dengan topik menuju pernikahan, lalu juga mem-follow beberapa akun twitter yang kerap membahas tentang pernikahan hehe tapi sengaja saya pilih yang tidak 'menggurui' atau terkesan 'memaksa' untuk segera menikah tapi lebih kepada informasi tentang apa-apa saja yang harus dipersiapkan seseorang sebelum menikah dan gambaran kehidupan pasca menikah, juga bertanya hal-hal yang tidak saya pahami tentang pernikahan kepada murabbi (guru mentoring agama) saya.

MasyaAllah, ternyata banyak banget lho yang harus dipersiapkan bahkan jauh-jauh hari sebelum menikah. Ilmunya harus dicukupkan dulu, setidaknya mengetahui jika belum sampai bisa memahami, sehingga tujuan keluarga yang sa-ma-ra itu bisa tercapai. Kenapa harus ada ilmunya? Kalau lagi ujian sekolah aja nggak belajar nilainya bisa jelek, apalagi kalau mau melakukan ibadah seperti menikah butuh juga ilmunya biar tidak gagal paham #eh

Sederhananya yang saya pahami sebelum menikah harus tau bagaimana cara menjemput jodoh dengan cara yang baik secara agama, tata cara pernikahan yang syar'i, melakukan tugas-tugas rumah tangga pasca menikah, kewajiban-hak seorang istri, cara mengasuh anak, dan masih banyak lagi. Kyaaaaaaaa banyak banget ternyata!!! *lalu panik*

Ngerasa malu aja, saya nya sendiri mudah banget emosi dan marah jadi gimana saya bisa sederhananya jadi perempuan yang baik buat keluarga saya nanti kalau tidak bisa mengatur diri secara pribadi? Fyuhhh... jadi masih dalam tahap bisa mengatur diri sendiri nih :D

Dan lagi saat membaca buku-buku tentang pernikahan saya juga masih malu, bacanya sambil ngunci kamar biar nggak ada yang tau dan menyimpan buku tertentu itu di tempat yang jangan sampai terjangkau penglihatan orang lain (hahahhaha...), sampai suatu hari temen saya bilang bahwa dia membaca buku-buku serupa dari awal kuliah karena dia tidak pernah tau kapan jodohnya akan menjemput. Sementara saya baru belajar setelah lulus kuliah, pasti jauh banget tertinggal ilmunya.

Tentang biaya yang harus dipersiapkan jugaaa pra dan pasca, kyaaaa harus halal sehalal-halalnya. Ini juga yang membuat saya berpikir nggak bisa stay di job yang seharusnya saya jalani pasca lulus kuliah, memilih yang lebih baik selagi belum melangkah ke yang kurang baik semoga hasilnya lebih baik. Amin Ya Allah.

Belum lagi nih ya tentang cara mengasuh anak, aihhhh :3 Meskipun banyak temen yang Alhamdulillah menikah terlebih dahulu, tapi saya nggak mau ah kalau menikahnya cuma karena mengikuti trend. Sudah siap kalau nanti hamil? Sudah siapkah dengan morning sick, ngidam, terus sudah paham cara merawat janin dalam kandungan? Sudah siap melahirkan? Sudah siap bangun 24 jam untuk merawat anak?

Pendidikan parenting yang pernah saya ikuti memberikan pembelajaran berarti, bagaimana NILAI dari seorang ibu terhadap sosok anaknya. Jadi kalau saya nggak paham sama sekali tentang itu, lantas bagaimana anak saya nanti? Bisa mungkin bayar baby sitter, tapi itu kan anak kita bukan anak baby sitter :3

Pikiran saya mungkin agak ribet ya hehe tapi ya inilah pandangan saya tentang persiapan pra-pernikahan. Mungkin bakal ada yang nanya, "Nulis ini buat modus atau kode ya?"  InsyaAllah tidak, jadi buat beberapa orang yang nggak pernah lelah-lelahnya bertanya kepada saya tentang "kapan mau nikah?" "sama siapa?" "udah siap belum nikah?" mungkin ini bisa jadi jawabannya ya :)

Entah kenapa jadi teringat dengan sebuah notes yang pernah di-share oleh seseorang kepada saya agar saya belajar lebih banyak tentang agama, bagaimana memaknai sebuah hubungan yang 'tidak halal', meskipun jujur awalnya saya agak tersinggung dengan isi notes ini tapi ternyata tujuannya sangat baik >>>  "notes penyadaran" (25 Desember 2012). Jadi, terima kasih banyak baik untuk penulis maupun untuk kamu yang sudah membagi tulisan ini pada saya :D

InsyaAllah wanita yang baik untuk lelaki yang baik, pun sebaliknya begitu yang dijanjikan oleh-Nya. Jadi kalau saya mencoba mempersiapkan hal tersebut (semoga) dengan baik, semoga Allah memberikan jodoh yang juga sedang mempersiapkan dirinya dengan baik pula untuk pertemuan kami kelak. Amin Ya Allah.

Dear jodoh... kapanpun dan dimanapun, sudah mengenal ataupun belum sama sekali, semoga kita kompak yaaaa! *ending tulisannya agak gimanaaa gitu ya? hehe*


Jakarta, 8 Agustus 2013
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan
serupa tentang pernikahan, menjadi merasa perlu
menuliskan ini :)

No comments: