Siang ini tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa kereta ekonomi Logawa baru akan datang di Stasiun Paron, Ngawi, pada pukul 2 siang... Hummm padahal aku, ibu, dan si kecil musa sudah menunggu sejak pukul 11. Musa sepertinya sudah mulai resah, namanya aja balita yang belum genap berusia 3 tahun, dia memandangi sekelilingnya dan bertanya tentang banyak hal. "Mbak Vi kok ndak naek kereta yang tadi?" Celoteh Musa berulang-ulang.
Hmmm... masih sekitar dua jam lagi. Zzz rasa jenuh mulai menyergap. Mentang-mentang lagi liburan alias cuti bersama, pelayanan publik jadi sebuah tanda tanya.
Akhirnya Logawa pun datang. Ini satu-satunya kereta untuk bisa menuju Surabaya... Mmmm ada satu lagi sih tapi agak pagian dan itu juga kereta ekonomi. Diluar dugaan, ternyata suasananya agak sepi. Tapi tetap aja nggak bisa dapat tempat duduk langsung. Yah lumayanlah setengah jam berdiri di tengah udara yang panasnya nggak mau kompromi. Alhamdulillah sampai di Madiun dapat kursi juga :D :D :D
Asyiknya di kereta ekonomi adalah semua orang menunjukkan sikap dan sifat apa adanya. Tidak ada yang dibuat-buat. Tapi karena nggak ada yang namanya nomor tempat duduk jadi sewenang-wenang. Kursi yang harusnya diisi 3 orang jadi cuma 2 orang dan orang lain dibiarkan berdiri. Hummm... dimana rasa sosialnya? Hahahhahaaaa... mungkin ada yang nggak peduli tapi toh nyatanya mata ini melihat langsung bagaimana seorang ibu yang sedang hamil dibantu banyak orang di dalam gerbong yang aku tempati untuk mendapatkan kursi.
Jadi ceritanya... Ada sepasang kekasih kayaknya sih mereka masih berstatus pacaran. Si cewek ngantuk dan tidur dipangkuan si cowok. Mereka menempati tiga kursi untuk berdua. Hummmm romantisnya ya? Tapi nggak buat aku dan beberapa orang di sekitar situ, mereka berdua justru merusak pemandangan. Saat seorang ibu yang sedang hamil (mungkin 4 bulanan) mencari tempat, si cowok hanya mau menggeser kira-kira 1/7 dari hak kursi si ibu itu. Sepuluh menit berlalu... Setengah jam... Dan akhirnya hampir satu jam si cowok tidak juga menggeser duduknya dan si cewek dengan wajah tanpa dosa masih tertidur lelap. Akhirnya kami sepakat menyerbu si cowok (sok dramatis :P) untuk memberikan kursi bagi si ibu. Akhirnya mungkin karena takut dikepung massa (Hahahhahaa... lebay!!!) si cowok pun membangunkan si cewek. Dalam hati, "Owalah mas... mbak... turu kan yo iso karo lungguh to?" Si ibu hamil pun bisa duduk dengan tenang tidak seperti tadi.
Hummm badan ini rasanya gerah... Terik matahari benar-benar membuat bulir bulir menetes membasahi dahi. Rasanya pengen cepat-cepat sampai rumah bude untuk mandi. *Meskipun pada akhirnya nggak terealisasi. Hhhhh males mandi :)*
Rupanya Logawa memang dipenuhi dengan cinta... Sederhana tapi mengesankan. Langsung dan terlihat namun sepertinya tidak disadari oleh yang melakukan. Terlepas dari kisah si cowok dan cewek tadi, pemandangan kali ini aku lihat langsung dari sepasang suami-istri yang usianya pasti sudah melewati setengah abad. Si suami menjaga istrinya yang sedang tertidur lelap. Setelah itu gantian si istri yang mempersilahkan suaminya untuk tidur. Si istri membukakan botol minuman untuk suami yang mengaku merasa sakit tenggorokan. Huwaaaaaa benar-benar so sweet :D Mereka berdua tidak henti-hentinya tertawa bersama, membagi cerita-cerita lucu selama perjalanan, dan dari mereka berdua aku baru tahu kalau Logawa itu disebut kereta pengalah karena beberapa kali mengalami crash dengan kereta bisnis atau eksekutif lalu berhenti untuk mempersilahkan kereta kelas atas tersebut melaju kencang melewati rel yang tidak dapat dibagi dua.
Surabaya, 5 Juni 2011 Pukul 21.35
Akhirnya berada di kasur empuk setelah melalui 7 jam perjalanan bersama
Logawa - Si Kereta Ekonomi yang Penuh Cinta :P
No comments:
Post a Comment