Dalam keheningan pagi...
Aku melihat seulas senyum kegelisahan yang menghiasi wajah muram
Aku mendengar dengusan lirih yang merefleksikan rapuhnya hati
Aku pun merasakan takut yang menghela di langkah-langkah kecil
Bukankah yang hitam akan tetap hitam, namun yang putih bisa menjadi hitam?
Mungkin hanya teori yang berusaha dikomplemenkan dengan retorika kasih
Ini bukan karangan, bukan juga akumulasi rasa kecewa. Bukan!!!
Kembali, gelisah dan tak menentunya rasa yang menggelembung di angkasa
Dan lihatlah saat mentari bersinar dengan angkuhnya
Membuat peluh membasahi hampir seluruh tubuh hingga tak mampu mengering
Namun keangkuhan mentari mampu kembali meneguhkan pribadi
Ya, hidup tidak akan pernah berhenti hanya karena langkah sesal semu bak waktu ini
Aku tahu bahwa pengharapan adalah kepingan-kepingan kenyataan
Tapi manusia tidak bisa hanya hidup dalam pengharapan, yang kadang kosong
Lagi, aku membuka deretan-deretan memori langkah yang pasti
Ada jejak-jejak bersama yang sempat tertorehkan, mungkin baru sesaat
Tibalah malam hari yang sunyi, saat bintang-bintang berkelipan di langit kelam
Sementara bulan yang selalu aku senangi nampak bersembunyi di awan malam
Dingin merasuk hingga tulang ini terasa membeku, menguatkan hati yang rapuh
Malam ini akan segera berakhir, aku percaya itu
Aku pun menarik selimut tebal untuk menetralisir dinginnya malam sunyi
Berdoa, menutup mata, berharap esok kan datang melihat sosok ceriamu kembali
No comments:
Post a Comment