Masih
sangat mengingat apa yang orang-orang ceritakan tentangmu. Sosok sederhana,
lugu, dan ringan tangan. Aku memang tak begitu mengenal dirimu, tapi banyak
cerita tentangmu yang mengalir dan membuatku sangat mengenalmu lebih dari waktu
yang Allah sediakan untuk kita saling mengenal. Dan lalu aku memiliki panggilan
sayang untukmu, aku memanggilmu Bapak :D
Tahun
1987, Bapak menikahi ibu. Mungkin usia itu cukup larut untuk memulai hubungan
bernama rumah tangga. Menjadi satu-satunya anak lelaki dari 7 bersaudara
menjadikan tanggungan di pundaknya sangat besar kepada keluarga. Bapak menikahi
ibu yang usianya 11 tahun lebih muda darinya saat itu. Dalam penantiannya
selama 4 tahun hingga lahirnya aku. Orang bilang, Bapak sangat menyayangiku
bahkan hal pertama yang dilakukannya setelah suster memberikan bayi untuk
diadzani adalah menangis dengan syukur. Bapak selalu memperlakukanku seperti
seorang ratu. Kata ibu apapun yang aku mau selalu diturutin oleh bapak.
Sekalinya aku menangis pasti semua keinginanku akan diwujudkan. Bahkan saat aku
mencampur air dengan roti satu kaleng pun, Bapak tidak memarahiku karena sayang
dan cintanya. Karena itu, aku tidak pernah bisa tidur sebelum bapak mengelus
punggungku semasa kecil.
Masih
sangat ingat, ketika ibu menyuapiku maka bapak akan memasangkan sepatuku lalu
mengantarku ke sekolah. Pernah suatu kali aku ngambek dan akhirnya bermain
keluar tanpa izin, padahal bapak tau aku tidak suka bermain keluar rumah, dan
lalu bapak menyangka puteri satu-satunya hilang sehingga bertanya dari satu
rumah ke rumah lain tentang keberadaanku. Seolah orang satu perumahan akhirnya
mencariku, padahal saat itu aku sedang bermain di belakang sawah sendirian
karena memang sedang sebal dengan bapak.
Buat
aku, Bapak adalah malaikat di dunia yang dikirimkan Allah untuk menjaga dan
melindungiku. Ketika itu aku dipindahsekolahkan ke kota yang jauh dari kedua
orangtuaku, dan ketika Bapak datang untuk menjenguk lalu beliau menangis.
Airmata yang tulus, airmata yang ketakutan akan kehilangan, airmata yang sampai
sekarang masih lekat di ingatanku.
Bapak
adalah orang pertama yang sangat kebinggungan saat seorang bocah laki-laki
datang ke rumah, saat itu aku masih SMP kelas 1. Ya... Bapak tidak
memperbolehkan bocah itu itu masuk ke dalam rumah. Dan sejak itu aku pun
berjanji tidak akan pernah menjalin hubungan yang namanya ‘pacaran’ sampai
dengan lulus SMA, aku menepati itu untuk bapak dan ibu. Sikap protektif Bapak
yang membuatku bisa memproteksi diri sendiri. Bapak mengajarkan untuk selalu
menjaga harga diri sebagai perempuan, pun begitu dengan Ibu.
Tidak
pernah sekalipun Bapak mencubitku apalagi memukul, berkata kasar pun tidak.
Kalau pun aku yang salah maka Bapak yang akan meminta maaf. Bapak, engkau
lelaki yang terlalu baik untukku. Dan terima kasih Ya Allah mengirimnya sebagai
Bapakku. Karena itu Bapak menjadi protektif menjagaku, tidak akan pernah beliau
membiarkan orang lain membentak atau menyakiti diriku.
Buatku
perjalanan hidup dengan Bapak adalah sebuah perjuangan... Kompetisi pertama
yang kuikuti, saat keluargaku tengah dirundung permasalahan. Bapak terus
menyemangati dan menyuruhku tetap pergi menggapai mimpi. Pun ketika aku hendak
mengurungkan niat menuju UI untuk berkuliah, Bapak dengan kata-katanya mampu
membangkitkan semangatku. “Bapak nggak iso ngasih opo-opo ke kamu dan adik,
Nduk. Bapak cuma iso ngasih kamu ilmu lewat sekolah. Opo wae sing awake dewe
duwe iso didol, sing penting gawe sekolah.” Mungkin kata-kata itu begitu
sederhana, tapi membuat aku menjadi lebih hidup dalam kehidupanku ini untuk
Bapak, Ibu, dan adikku.
Bapakku
adalah seorang sales obat-obatan. Setiap hari beliau harus bekerja keras
mengangkat barang dan dari satu toko ke toko lainnya menawarkan barang. Buatku
kegigihan bapak menjadi penyemangat. Bapak saja bisa, pun begitu denganku tak
boleh kalah semangat! “Wong sing rajin wae gak tentu iso sukses, opo maneh sing
males dadi mesti rajin yo Nduk. Saiki ora perlu mikirno kerjo, Bapak sing
kerjo. Kowe karo adik sinau wae sing bener ben dadi wong sukses ngko...” Kurang
lebih kalimat seperti itu yang selalu diulang-ulang oleh Bapak.
Bapak
mengajarkanku untuk totalitas dalam mencintai keluarga. Randomly Bapak pernah
bilang, “ojo sampek gawe loro ati wong lanang yo, Nduk. Meski gak seneng kudu
apik...” Karena Bapak, suatu saat nanti aku ingin mencintai keluargaku dengan
total.
Meskipun
pendiam, Bapak tidak pernah tinggal diam setiap kali melihatku tidak tidur. Aku
lebih suka di depan komputer dan mengerjakan tugas-tugas hingga sakit karena
lupa makan, karena itu bapak selalu masuk kamar sekedar untuk mengantar
makanan, teh, susu, dan vitamin agar kelelahanku dapat diminimalisir. Bapak itu
ibarat dokter pribadi untukku.
Suatu
saat nanti ketika aku sudah berkeluarga, aku akan tetap menjadi putri kecil
untuk Bapak yang akan selalu ada di sampingnya. Aku akan mengajak Bapak
kemanapun aku pergi, mungkin Bapak adalah orang pertama yang akan tinggal di
rumahku nanti. Karena aku dan Bapak tidak terpisahkan.
Hari
ini, 5 februari 2013. Usia Bapak telah menginjak 57 tahun. Bapak, semoga Allah
terus memberikan kesehatan, umur yang panjang nan bermanfaat, anak-anak yang
soleh dan solehah, dan tebarkan kebaikan-kebaikanmu dengan apa adanya. Aku
sayang banget sama Bapak, sayang banget Pak :*
No comments:
Post a Comment