Jika dilihat sekilas mungkin banyak hal-hal tidak terduga yang datang dalam kehidupan kita, kehidupan saya dan pembaca tulisan ini. Banyak hal yang mungkin sudah direncanakan dengan sempurna dan penuh perhitungan, namun belum tercapai. Berbagai resolusi yang biasanya dibuat di awal tahun atau ketika lebaran tahun lalu, juga mungkin masih dipertanyakan keberhasilannya. Tapi hidup saya rasa bukan soal berhasil saja tapi soal proses untuk mencapai keberhasilan. Hidup juga berbicara tentang kegagalan, yang dari kegagalan tersebut bisa saja memacu kita mencapai keberhasilan lebih besar. Tulisan ini bukan untuk membuat sebuah retorika, bukan juga untuk menggurui, tulisan ini untuk renungan pribadi saya dan mungkin bisa juga menjadi salah satu bahan renungan teman-teman yang membaca.
Saya adalah perempuan yang entah memiliki berapa mimpi, saya tidak pernah menghitung berapa mimpi saya tapi saya tau bahwa mimpi saya itu banyak, banyak hingga saya tidak tau berapa jumlahnya. Kalian tau tidak mengapa saya punya banyak mimpi? Sederhana sekali jawabannya, karena saya tidak pernah diajarkan untuk bermimpi karena itu saya berusaha menciptakan mimpi saya sendiri, saya percaya bahwa mimpi adalah salah satu alasan bagi saya untuk hidup dengan harapan, harapan untuk diimplementasikan.
Seringkali dalam proses mencapai mimpi yang beragam itu, saya menjadi terlihat sangat egois, ambisius, dan mungkin melukai perasaan orang lain. Setiap kali saya merasa bahwa apa yang saya lakukan melukai perasaan orang lain, saya akan lekas meminta maaf karena saya tidak mau hidup dalam rasa bersalah atas kesalahan yang saya lakukan. Kadang sikap saya yang berlebihan dalam meminta maaf membuat orang-orang merasa binggung karena nyatanya mungkin saya tidak melukai perasaan mereka, tidak seperti yang saya duga.
Ya benar 'duga'! Pendugaan atau prasangka yang seringkali membuat saya salah memahami, salah mengerti, bahkan mungkin kadang tidak bisa mengartikan apa yang terjadi. Sungguh hidup dalam prasangka pribadi adalah kondisi paling tidak nyaman yang seringkali saya rasakan. Kalian tau tidak kalau di jaman sekarang pun masih ada orang yang mungkin masih hidup dengan imajinasi? Mungkin tidak dalam penuh waktunya, mungkin dalam sebagian waktunya. Apakah itu diri kita?
Mengkritik, mencaci, menganggap orang lain tidak benar adalah sebagian kecil hal yang muncul dari hidup dengan imajinasi, karena kita kerap lupa untuk melakukan verifikasi... Terutama karena kita sering lupa mengevaluasi diri sendiri.
Coba renungkan :
Mungkin kita seringkali berpikir seperti ini : "Apakah yang mereka lakukan benar?" (Poin 1)
Pertanyaan di atas bisa saja diubah menjadi : "Mengapa mereka melakukan hal tersebut?" (Poin 2) baru kita bisa menilai apakah yang mereka lakukan benar atau tidak benar secara subjektif kita, lalu bila kita ingin mencari objektif-nya bisa menanyakan bagaimana orang lain berpikir tentang apa yang kita anggap benar atau tidak benar.
Saya juga seperti itu, seperti poin 1 dulunya selalu mencari benar atau tidak benar sementara tidak mencoba menyelami alasan mengapa seseorang melakukan sesuatu. Ketika kita tetep bersikeras selalu menjadi seseorang pada poin 1 maka sulit buat diri kita untuk melakukan evaluasi diri tapi ketika kita menjadi orang seperti pada poin 2 maka akan memudahkan kita untuk melakukan evaluasi diri, oh ya benarkah? Begini logikanya, ketika kita berusaha memahami alasan orang lain melakukan sebuah tindakan tertentu misal maka kita akan mencari tau banyak hal yang mungkin tidak kita mengerti sebelumnya akhirnya kita menjadi mengerti, nah dalam proses itu secara tidak sadar kita juga melakukan evaluasi kepada diri sendiri apakah jika kita melakukan hal tersebut itu menjadi benar atau tidak benar. Biasakan bertanya "mengapa" bukan "apa", belajar buat melakukan evaluasi diri bukan kritisi orang lain :D
Selamat menjelang Ramadhan, mohon maaf lahir dan batin :D Tulisan ini saya dedikasikan untuk diri saya sendiri, sebagai pengingat akan kealpaan selama ini yang seringkali lupa melakukan evaluasi diri.
Depok, 8 Juli 2013
Alia Noor Anoviar
No comments:
Post a Comment