Saya sangat suka belajar, dari kecil sebelum teman-teman selesai membaca sebuah buku pasti saya sudah menyelesaikannya terlebih dahulu dan bisa menceritakan isi buku itu dengan baik. Kebiasan gemar belajar yang memang ditanamkan Ibu sejak saya masih kecil, tapi ternyata kebiasaan itu tidak bekerja kali ini. Saya begitu sulit mencerna apapun yang disampaikan oleh instruktur, entahlah karena saya tidak suka saja atau lebih dalam lagi, karena saya tidak nyaman dengan pekerjaan ini?
Sudah berada pada sebuah zona nyaman membuat saya berpikir mungkin saatnya mengubah haluan, bukan tanpa pertimbangan. Berusaha menelusuri keinginan orangtua untuk masa depan saya kelak, akhirnya saya pun mengiyakan. "Kalaupun saya tidak pernah bisa mencintai pekerjaan ini, semoga pekerjaan ini dapat membuat saya membahagiakan beliau berdua yang hari-harinya telah digunakan untuk kebahagiaan saya dan semoga Allah menguatkan saya, untuk kebahagiaan Ibu dan Bapak..."
Dulu sekali, beberapa tahun lalu, saya pernah terpikir akan berada di posisi ini - dengan pekerjaan yang sama. Susah payah saya berusaha mencapainya, mencapai sesuatu yang terlihat tidak mungkin saat itu. Dengan kemampuan yang serba terbatas, terutama kemampuan bahasa inggris saya yang seadanya. Tapi saya tidak menyerah, berusaha memantaskan diri, saya pasti bisa! Waktu berlalu dan ternyata saya sudah beralih pada dunia lainnya, pekerjaan yang bahkan tidak pernah saya bayangkan sebelumnya, pekerjaan yang sebenarnya justru mendekatkan saya pada orang-orang baik terutama mendekatkan saya pada-Nya. Saya sungguh mencintai pekerjaan itu, meskipun pekerjaan itu tidak pernah membuat kantung saya setebal sebelumnya. Pekerjaan itu tidak sekali membuat saya harus meneteskan airmata, membuat saya dalam masa-masa sulit, membuat saya kadang (atau sering) lalai pada diri saya sendiri. Tapi sungguh rasa cinta terhadap pekerjaan itu membuat saya sedapat mungkin melakukan hal yang terbaik, hal terbaik yang bisa saya lakukan.
Obrolan panjang dengan Ibu, diskusi yang diselangi sesenguk tangis dengan beberapa teman, dan waktu-waktu sunyi saya dengan-Nya. Berbagai hal beradu menjadi satu, kadang sulit untuk mencerna semuanya... saya pikir yang namanya perasaan itu tidak penting untuk diperhitungkan, dan saya pun menyesal. Bukan hal yang sulit untuk mencari pekerjaan sebenarnya, bahkan di saat saya belum saatnya mencari pekerjaan nyatanya pekerjaan-pekerjaan selalu datang menawar. Hingga saatnya saya harus bekerja, ini bukan hanya tentang mengisi perut atau mencari bongkahan emas -tentu saya tidak bekerja untuk itu-, tapi ini tentang mimpi-mimpi dua orang yang sangat saya sayangi -orangtua yang kasihnya terus mengalir dalam kehidupan saya-. Mimpi yang beliau berdua titipkan kepada saya, mimpi yang harus saya wujudkan untuk membalas (bahkan tidak mungkin) pengorbanan-pengorbanan yang telah beliau berdua lakukan untuk saya.
Dan akhirnya ketika tangan saya harus menggoreskan tinta di atas kertas bermaterai itu, ya saya melakukannya. Setelah hari-hari yang panjang untuk 'melarikan diri', akhirnya saya melakukannya. Kalaupun saya tidak pernah bisa mencintai pekerjaan ini dan lebih menginginkan pekerjaan itu, semoga pekerjaan ini dapat membawa kebaikan-kebaikan untuk masa depan saya, untuk orang-orang di sekitar saya, terutama untuk Ibu dan Bapak yang menitipkan mimpi mereka kepada saya.
Saya hanya ingin belajar, suka atau tidak suka. Hidup ini memang bukan hanya tentang apa yang kita citakan, tapi tentang apa yang ingin kita perjuangkan dan saya inshaAllah akan memperjuangkan pekerjaan ini, melakukan yang terbaik untuk pekerjaan ini, dan belajar banyak hal dari pekerjaan ini. Toh belum tentu ini buruk, dan ketika ini buruk saya yakin Allah akan membantu saya untuk keluar dari keburukan tersebut. Suka atau tidak suka, semoga pekerjaan ini dapat membahagiakan dua orang yang sangat berharga di kehidupan saya.
Tidak hanya melakukan pekerjaan yang saya cintai, saat ini dunia berbicara bahwa saya harus mencintai pekerjaan yang saya lakukan. Semoga Allah selalui meridhai, Amin Ya Allah.
Jakarta, 19 Januari 2014
Saat merenung, terima kasih Ibu & Bapak
Juga teman-teman yang sudah menguatkan :)
No comments:
Post a Comment