Masih terus berjalan, jalanan ini benar-benar tidak
terbayangkan sebelumnya. “Kakek menjanjikan sebuah boneka panda yang sangat
lucu kepadaku, Bunda. Dan mengapa aku harus berjalan sejauh ini untuk
mendapatkannya? Bukankah kakek berjanji memberikannya...”
Bunda mendengar tanpa menanggapi tanya gadis kecilnya.
“...Bunda bayangkan ini kaki aku sudah capek banget, Bunda.
Bunda pun terlihat sangat letih dan pucat. Kenapa kita tidak berhenti dan
kembali ke rumah lalu bilang kepada Kakek bahwa kita tidak bisa menemukan letak
boneka panda itu. Kakek harus mencarinya sendiri karena dia yang berjanji
padaku.”
“Aurora sayang, kita sudah berjalan sejauh ini. Bunda
memang merasakan letih, apalagi perbekalan kita yang semakin menipis. Tapi bayangkan
saja, jika kita kembali tanpa apa yang kita harapkan, apakah perjalanan ini
akan sia-sia saja?”
“Aduhhhh Bunda...” Aurora terus mengeluh sepanjang
perjalanan sambil mempercepat langkahnya mencari boneka panda seperti yang sang
kakek janjikan.
Sama seperti Aurora, kita pasti memiliki sebuah keinginan
yang untuk mendapatkannya dibutuhkan waktu yang berproses, tidak dapat
mengandalkan hal-hal instan. Setiap dari kita pasti punya keinginan, namun ada
yang menjadi realita dan tidak jarang sebagian hanya menjadi sebatas mimpi
belaka.
“Coba kamu tidak mengeluh dan terus konsisten menatap
keinginan kamu mendapatkan boneka panda dari Kakek, pasti capeknya hilang.
Karena untuk mencapai sesuatu memang harus ada pengorbanan. Sekarang apa
pengorbanan Aurora?”
“Berjalan Bunda?”
“Iya berjalan... Ini pengorbanan. Aurora tidak boleh
menjadi gadis kecil yang manja, harus jadi anak Bunda yang kuat. Aurora punya
mimpi kan?”
Aurora mengangguk dengan yakin, “Aurora mau jadi presiden,
Bunda. Biar negara ini makin makmur, tidak ada lagi masyarakat miskin, juga
tidak ada temen-temen kecil Aurora yang menjadi pengemis di jalanan.”
“Nahhhh Aurora punya mimpi yang besar, tapi tidak mudah
menjadi seorang presiden. Presiden itu pemimpin, pemimpin itu seharusnya bisa
memimpin dirinya sendiri. Kalau untuk mendapatkan boneka dari Kakek saja
membuat Aurora terus mengeluh sama Bunda, apakah Aurora pantas menjadi
pemimpin?”
Aurora menunduk, pipinya memerah. Lalu dia mengamit tangan
Bunda, “Ayooo Bunda, kita harus cepat menuju tempatnya. Bunda tunjukin dimana
tempat boneka dari Kakek ya, Aurora janji tidak akan mengeluh lagi!” Bocah
berkucir kuda ini terlihat sangat bersemangat.
Kekuatan sebuah mimpi, akan ada dua tipikal manusia di
dunia ini. Pertama yang akan menjadi pemimpin dan kedua yang akan terus menjadi
pemimpi. Mana pilihanmu?
Kini Aurora sudah tiba, di tempat dimana boneka panda
pemberian Kakek disimpan. Wajah bocah ini terlihat heran, dahinya mengerut
tanda sedang berpikir.
“Bunda... Bukankah ini rumah kita?”
Bunda mengangguk.
“Lalu?”
“Lalu kita masuk dan mengambil kado dari Kakek.”
Kakek tiba-tiba membuka pintu sesaat setelah Bunda
membunyikan lonceng. Tampak raut wajah suka cita menyambut kedatangan cucu
mungilnya, Aurora. Lalu Kakek menyodorkan sebuah boneka panda berwarna biru yang
sangat lucu, seperti permintaan Aurora.
“Lho?” Aurora masih terlihat binggung.
“Cucuku sayang, untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan
maka kamu harus berusaha. Berusaha dengan caramu sendiri, cara yang benar untuk
mendapatkannya. Kamu harus melampaui rintangan-rintangan yang ada. Kadang tidak
mudah, oleh karena itu kamu tidak boleh pernah berputus asa. Kadang kita harus
melewati jalan yang sama, tempat yang sama. Kadang mimpi kita sangat dekat
dengan kita, namun kita tidak menyadarinya sehingga harus berjalan sejauh
mungkin untuk mendapatkannya.” Pesan Kakek sembari menggendong Aurora dan
mengajaknya masuk ke rumah, bermain bersama boneka panda barunya.
Tamini, 26-12-2012
Alia Noor Anoviar
No comments:
Post a Comment