20121226

Boneka Panda Aurora


Masih terus berjalan, jalanan ini benar-benar tidak terbayangkan sebelumnya. “Kakek menjanjikan sebuah boneka panda yang sangat lucu kepadaku, Bunda. Dan mengapa aku harus berjalan sejauh ini untuk mendapatkannya? Bukankah kakek berjanji memberikannya...”
Bunda mendengar tanpa menanggapi tanya gadis kecilnya.
“...Bunda bayangkan ini kaki aku sudah capek banget, Bunda. Bunda pun terlihat sangat letih dan pucat. Kenapa kita tidak berhenti dan kembali ke rumah lalu bilang kepada Kakek bahwa kita tidak bisa menemukan letak boneka panda itu. Kakek harus mencarinya sendiri karena dia yang berjanji padaku.”
“Aurora sayang, kita sudah berjalan sejauh ini. Bunda memang merasakan letih, apalagi perbekalan kita yang semakin menipis. Tapi bayangkan saja, jika kita kembali tanpa apa yang kita harapkan, apakah perjalanan ini akan sia-sia saja?”
“Aduhhhh Bunda...” Aurora terus mengeluh sepanjang perjalanan sambil mempercepat langkahnya mencari boneka panda seperti yang sang kakek janjikan.
Sama seperti Aurora, kita pasti memiliki sebuah keinginan yang untuk mendapatkannya dibutuhkan waktu yang berproses, tidak dapat mengandalkan hal-hal instan. Setiap dari kita pasti punya keinginan, namun ada yang menjadi realita dan tidak jarang sebagian hanya menjadi sebatas mimpi belaka.
“Coba kamu tidak mengeluh dan terus konsisten menatap keinginan kamu mendapatkan boneka panda dari Kakek, pasti capeknya hilang. Karena untuk mencapai sesuatu memang harus ada pengorbanan. Sekarang apa pengorbanan Aurora?”
“Berjalan Bunda?”
“Iya berjalan... Ini pengorbanan. Aurora tidak boleh menjadi gadis kecil yang manja, harus jadi anak Bunda yang kuat. Aurora punya mimpi kan?”
Aurora mengangguk dengan yakin, “Aurora mau jadi presiden, Bunda. Biar negara ini makin makmur, tidak ada lagi masyarakat miskin, juga tidak ada temen-temen kecil Aurora yang menjadi pengemis di jalanan.”
“Nahhhh Aurora punya mimpi yang besar, tapi tidak mudah menjadi seorang presiden. Presiden itu pemimpin, pemimpin itu seharusnya bisa memimpin dirinya sendiri. Kalau untuk mendapatkan boneka dari Kakek saja membuat Aurora terus mengeluh sama Bunda, apakah Aurora pantas menjadi pemimpin?”
Aurora menunduk, pipinya memerah. Lalu dia mengamit tangan Bunda, “Ayooo Bunda, kita harus cepat menuju tempatnya. Bunda tunjukin dimana tempat boneka dari Kakek ya, Aurora janji tidak akan mengeluh lagi!” Bocah berkucir kuda ini terlihat sangat bersemangat.
Kekuatan sebuah mimpi, akan ada dua tipikal manusia di dunia ini. Pertama yang akan menjadi pemimpin dan kedua yang akan terus menjadi pemimpi. Mana pilihanmu?
Kini Aurora sudah tiba, di tempat dimana boneka panda pemberian Kakek disimpan. Wajah bocah ini terlihat heran, dahinya mengerut tanda sedang berpikir.
“Bunda... Bukankah ini rumah kita?”
Bunda mengangguk.
“Lalu?”
“Lalu kita masuk dan mengambil kado dari Kakek.”
Kakek tiba-tiba membuka pintu sesaat setelah Bunda membunyikan lonceng. Tampak raut wajah suka cita menyambut kedatangan cucu mungilnya, Aurora. Lalu Kakek menyodorkan sebuah boneka panda berwarna biru yang sangat lucu, seperti permintaan Aurora.
“Lho?” Aurora masih terlihat binggung.
“Cucuku sayang, untuk mendapatkan apa yang kamu inginkan maka kamu harus berusaha. Berusaha dengan caramu sendiri, cara yang benar untuk mendapatkannya. Kamu harus melampaui rintangan-rintangan yang ada. Kadang tidak mudah, oleh karena itu kamu tidak boleh pernah berputus asa. Kadang kita harus melewati jalan yang sama, tempat yang sama. Kadang mimpi kita sangat dekat dengan kita, namun kita tidak menyadarinya sehingga harus berjalan sejauh mungkin untuk mendapatkannya.” Pesan Kakek sembari menggendong Aurora dan mengajaknya masuk ke rumah, bermain bersama boneka panda barunya.


Tamini, 26-12-2012
Alia Noor Anoviar

No comments: