20140403

"Kurang Benar" bukan "Salah"

Hari itu saya menghabiskan sore hari dengan perasaan super gelisah, akhirnya pagi pun tiba dan airmata tidak dapat terbendung. Saya pun menangis, akhirnya setelah sekian lama mencoba tidak menangis di depan orang lain. Malamnya saya masih ketawa-ketawa, bercerita dan menyusun rencana untuk sebuah acara di komunitas saya :) Malam yang menyenangkan, saya mencoba menyembunyikan gelisah itu dengan serapi mungkin.

Suara Ibu terdengar, mencoba menenangkan saya yang tengah terisak. Berulang kali Ibu meminta saya menjelaskan kenapa, tapi saya terus saja menangis. Akhirnya saya mencoba menata perasaan, lalu mulai bercerita pada Ibu. Dan tidak saya sangka Ibu justru tertawa dan Musa pun ikut tertawa di belakang ibu, "mbak via cengengggg..."

Rasa-rasanya saya ingin segera menutup telpon dan ngambek seharian ke Ibu dan Musa. Tapi saya urungkan, tau maksud mereka ingin menghibur.

Ceritanya dimulai di siang itu, sekitar jam 1 siang. Tiba-tiba saja saya mendapatkan sebuah pesan singkat, ada sesuatu yang penting yang ingin dibicarakan oleh pengirim sms. Namun saya tidak tau ada sms, akhirnya dua jam kemudian saya baru tersadar. Saya pun dengan polosnya menghubungi, tidak saya sangka keluarlah satu demi satu kalimat yang tidak mengenakkan hati. Saya yang mendapati kalimat-kalimat itu jelas mematung, tidak tau apa yang harus saya katakan, tidak diberi waktu untuk menjelaskan apalagi membela diri. Entah, sampai telpon itu ditutup saya belum tau dimana letak kesalahan saya.

Saya paling tidak suka ada orang yang marah kepada saya karena itu saya berusaha sebisa mungkin menjaga sikap dan perkataan. Tapi siang itu bisa jadi pengalaman pertama dan semoga menjadi pengalaman terakhir (dan terburuk) yang pernah saya alami. Saya dimarahi habis-habisan karena miskomunikasi, saya dianggap sudah melewati level di atas untuk bertanya tentang hal yang saya tidak mengerti. Dan ternyata itu tidak diijinkan, mungkin tidak semua orang berpikiran seperti itu dan hari ini salah satu buktinya bahwa tidak semua orang berpikir hal yang sama bahwa belajar itu bisa dari mana saja hahahaaa yasudahlah.

Tapi kejadian siang itu yang berujung tangis di pagi hari setelahnya membuat saya semakin sadar bahwa saya tidak bisa menjadi seseorang yang bisa menyenangkan semua orang, selalu saja ada yang tidak suka dengan sikap yang mungkin dinilai salah. Setiap orang memiliki kacamatanya masing-masing karena itu setiap orang berhak menentukan bagaimana mereka memandang sebuah masalah, mau menggunakan sudut pandang yang mana.

Semenjak pagi itu, semenjak tangis saya sulit tertahankan ketika Ibu menelpon, saya janji pada diri saya untuk lebih berhati-hati lagi. Untuk tidak lagi mengecewakan orang lain dan selalu mencoba mempertimbangkan 'kacamata' orang lain juga setiap kali akan memutuskan suatu hal. Tapi saya suka dengan pesan ibu ketika saya menangis saat itu :

"Kalau memang merasa tidak salah, ya jangan takut. Tapi kalaupun kamu merasa tidak salah, tetap minta maaf karena mungkin menurut beliau kamu salah. Tapi jangan pakai kata salah ya, pakai kata mungkin kurang benar. Karena kalau pakai kata salah ketika minta maaf, seolah menekankan si peminta maaf benar-benar bersalah. Sekarang lagi dicoba sama Allah karena Allah sayang sama kamu..."

Kurang lebih seperti itu pesan Ibu, ya seperti biasa ibu yang tipikal orang super selow memang bikin hati jadi lebih selllowww haha... Dan seminggu kemudian, saya dan orang yang memarahi saya itu pun menjadi seperti tidak pernah memiliki masalah apapun, nah sekarang ada ga sih masalah yang nggak ada jalan keluarnya? Asal nggak sok benar aja! hehe ^^ 

No comments: