Menulis itu bisa dibilang sebagai pekerjaan yang mudah tapi tidak semua orang mau dan mampu melakukannya karena banyak alasan, mulai dari malas sehingga keluar kalimat "nanti saja", bingung mau memulai menulis apa, takut tulisannya tidak bagus, soal waktu, dan sederet alasan lainnya. Tidak ada yang salah sebenarnya dengan alasan-alasan itu, ya memang menulis bukan sebuah pekerjaan yang mudah terutama jika sudah ada alasan-alasan untuk tidak menulis tersebut. Menulis itu sebenarnya adalah kebiasaan, yang ketika kita sudah terbiasa maka menjadikannya sebagai hal yang menyenangkan, sangat menyenangkan, mungkin justru akan membuat efek candu atau ketagihan.
Saya sendiri mulai mencoba menulis karena suka membaca, dulu ketika jaman abege (remaja) suka membaca novel teenlit (novel remaja) dan sejak kecil memang dibiasakan membaca oleh Ibu. Lama-lama saya berpikir, "aihhh keren sekali ya penulis-penulis ini, mereka menulis dan karyanya dibaca banyak orang, sampai mati pun karya-karyanya tetap hidup..." Ada beberapa nama penulis yang sangat saya suka, yang terfavorit adalah Asma Nadia karena mbak Asma berdakwah melalui tulisannya sampai bisa diangkat di layar kaca seperti 'Jendela Rara'.
“If you don't have time to read, you don't have the time (or the tools) to write. Simple as that.” ― Stephen King
Ketika SD, saya sangat suka menggambar orang (maunya sih seperti tokoh yang ada di komik tapi sangat jauh hasilnya hehe), lalu memberikan nama pada tokoh-tokoh yang saya gambar dan menciptakan ilustrasi cerita - mulai berimajinasi. Menginjak SMP, saya mencoba menuliskan imajinasi tersebut dalam bentuk tulisan tangan sederhana di atas buku tulis untuk sekolah. Pembacanya teman-teman sendiri dengan berbagai komentar mereka akhirnya saya semakin bersemangat untuk menulis. Tulisan amatir ala saya mulai dipublikasikan melalui majalah dinding sekolah ketika kelas 1 SMA, bergabung dengan ekstrakurikuler jurnalistik membuat saya punya tempat untuk 'memajang' tulisan-tulisan saya. Mulailah mendengar komentar-komentar rasa nano-nano dari teman-teman. Berada di esktrakurikuler jurnalistik memberikan banyak pembelajaran bagi saya, mulailah mengikuti berbagai pelatihan jurnalistik dan fotografi dengan beberapa jurnalis senior beberapa diantaranya berasal dari MetroTV, Jawa Pos, dan lain-lain. Ketika mendapatkan kesempatan menjadi perwakilan jurnalis sekolah untuk meliput kegiatan Presiden SBY dan para menteri yang ketika itu datang ke Jember dan meliput untuk Bupati Jember semakin membuat saya bersemangat menulis. Puisi, cerpen, soft news, sampai hard news.
“And by the way, everything in life is writable about if you have the outgoing guts to do it, and the imagination to improvise. The worst enemy to creativity is self-doubt.” ― Sylvia Plath
Setiap kali membaca hasil tulisan dengan nama pena di majalah dinding sekolah sampai buletin dan majalah sekolah selalu merasakan ada kesenangan tersendiri. Karya-karya berupa tulisan tidak akan pernah mati meskipun saya tidak ada lagi nanti :)
“We write to taste life twice, in the moment and in retrospect.” ― Anaïs Nin
Kelas 2 SMA, saya mulai mencoba menulis secara ilmiah. Menekuni dunia menulis memberikan sensasi tersendiri dalam kehidupan ini, sampai akhirnya bisa membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolah dari menulis, masuk ke universitas sampai mendapat beasiswa pun dari menulis, Dreamdelion ada juga dimulai dari sebuah tulisan, bahkan pekerjaan menjadi banker yang sebentar lagi akan saya jalani juga tidak lepas dari dampak menulis di masa lalu percaya atau tidak. Kekuatan tulisan itu sangat dahsyat! Tulisan bisa mempengaruhi cara berpikir seseorang, dari sebuah tulisan sangat mungkin tercipta tulisan-tulisan lain dan ide yang mungkin bisa mengubah dunia menjadi lebih baik. Dari tulisan selalu ada hikmah, selalu ada nilai yang hendak disampaikan oleh penulisnya.
“We live and breathe words. .... It was books that made me feel that perhaps I was not completely alone. They could be honest with me, and I with them. Reading your words, what you wrote, how you were lonely sometimes and afraid, but always brave; the way you saw the world, its colors and textures and sounds, I felt--I felt the way you thought, hoped, felt, dreamt. I felt I was dreaming and thinking and feeling with you. I dreamed what you dreamed, wanted what you wanted--and then I realized that truly I just wanted you.” ― Cassandra Clare, Clockwork Prince
Ketika sudah masuk ke universitas, keahlian dalam menulis memberikan nilai tambah tersendiri. Hampir setiap mata kuliah harus membuat makalah akhir atau paper ilmiah, belum lagi ketika ujian harus membuat analisa atas kasus tertentu yang kalau tidak terbiasa menulis pasti bingung akan menulis apa. Saat skripsi kebiasaan menulis sebelumnya sangat menolong saya, meskipun proses pengambilan data mencapai 3 bulan, namun proses penulisan bab 5 dan bab 6 (riset kualitatif) membutuhkan waktu sekitar 1 minggu efektif. Ya menulis memang menyenangkan dan harus dibiasakan, mulai dari yang sederhana menulis diary misalnya atau menulis kegiatan yang dilakukan bersama organisasi atau kepanitiaan. Yuk mulai menulis dan biasakan menulis!!! Jangan menulis asal-asalan ya, menulislah dengan hati dan hati-hati :D
https://www.facebook.com/notes/alia-noor-anoviar/mengukir-sejarah-dengan-pena/505784226185734
No comments:
Post a Comment