20131214

Perjalanan Kecil Mengasah Nurani #SejenakDiam #1

Ketika saya harus mengingat masa-masa itu, masa-masa awal saya mencoba untuk keluar dari jalur yang sudah lebih dari empat tahun menafkahi kehidupan saya - menjadi periset dan penulis. Ketidakpercayaan mereka yang disekeliling saya, belum lagi cemooh dan hinaan, fitnah dan anggapan bahwa semua yang saya lakukan adalah salah satu cara menyabet gelar mahasiswa berprestasi di kampus. Padahal sungguh tidak terbersit keinginan itu ketika mencoba membangun mimpi ini, meskipun sebelumnya saya memang memiliki keinginan untuk mencalonkan diri dan karena banyak dukungan dari teman-teman untuk mengikuti kompetisi mahasiswa berprestasi di kampus tersebut. Menjadi wajar sebenarnya pemikiran-pemikiran tersebut muncul di benak beberapa rekan saya karena gerakan yang saya lakukan muncul setelah saya pulang dari Thailand untuk pertukaran mahasiswa, sangat wajar mereka berpikiran seperti itu karena sebelumnya saya mengikuti berbagai kompetisi dan pelatihan kepemimpinan yang memberikan saya sertifikat dan bisa jadi itu saya gunakan untuk mengisi CV, sangat wajar dan karenanya saya hanya bisa menangis setiap kali ibu menelpon untuk menceritakan semua yang saya alami, hari-hari yang berat tanpa sebab --- tiba-tiba entah mengapa semua terjadi begitu saja. Meskipun pada akhirnya saya memilih untuk tidak mengirimkan satu lembar pun aplikasi ketika waktunya tiba, sekalipun berulangkali dihubungi oleh beberapa rekan untuk mencalonkan diri, saya tidak mau jika ego untuk menjadi juara merusak mimpi bersama.

Dulu juga sebelum resmi menjadi mahasiswi FEUI, saya punya mimpi ketika lulus nanti bekerja di perusahaan asing yang setiap harinya saya bisa bekerja di ruangan ber-AC, menggunakan baju khas profesional muda, dan kehidupan glamour yang menyertai karir setelahnya. Tapi mimpi bersama yang hadir di kehidupan tahun ke-3 saya di kampus tersebut membuat saya mengurungkan mimpi pribadi tersebut, beberapa perusahaan 'melamar' diri saya yang memiliki berbagai keterbatasan ini tapi entah mengapa saya merasa tidak tergerak, dan menjadi tidak tau harus menjawab apa pertanyaan keluarga yang seperti ini "bukankah itu semua mimpi kamu?" Lulusan FEUI biasanya memang menjadi profesional muda, sempat beberapa kali malu setiap kali ditanya rekan "kamu kerja dimana?" dan ketika saya menjawab "Dreamdelion, freelance consultant, asisten riset dosen" pasti muncul pertanyaan-pertanyaan lainnya yang kadang kali berujung tidak mengenakkan hati, tapi yasudahlah namanya saja pilihan hidup. Saya paham betul kalau keluarga juga menginginkan saya menjadi karyawan kantoran dengan gaji tetap setiap bulannya, memiliki ruang kerja, dan sederet fasilitas khas karyawan lainnya. Tapi saya lebih paham bagaimana meyakinkan mereka bahwa apa yang saya pilih sekarang sudah saya pikirkan dengan baik.

Saya simpan mimpi saya untuk mimpi bersama ini, inshaAllah tidak ada penyesalan karena ternyata bahagia itu tidak dapat hanya diukur dengan seberapa besar pencapaian pribadi, semoga Allah selalu mempermudah langkah-langkah kecil kami untuk mengasah nurani.

***

22 tahun perjalanan hidup mengajarkan banyak hal pada saya, terutama bahwa setiap orang bisa berubah. Jika 16 tahun lalu kalian bertemu dengan seorang bocah kecil kurus yang jarang sekali keluar rumah dan tidak mau bermain dengan teman-temannya, mungkin itu adalah saya. Jika 12 tahun lalu kalian bertemu dengan bocah gendut yang bahkan kalau disapa tetangganya tidak menoleh sedikitpun, tidak mau bermain dengan teman-temannya, dan menghabiskan waktu di dalam rumah untuk membaca buku-buku yang dipinjamnya khusus dari guru di sekolah, mungkin itu adalah saya. Jika 9 tahun lalu kalian bertemu dengan anak perempuan super galak yang hobinya teriak-teriak dan bertengkar dengan teman-teman cowoknya, mungkin itu saya. Jika 6 tahun lalu kalian bertemu dengan anak perempuan judes, ambius, hobi lomba kesana kemari, dan sangat perfeksionis, meskipun anak perempuan itu sangat punya banyak teman, mungkin itu saya.

Dan kalau beberapa waktu terakhir kalian bertemu dengan sekelompok anak-anak muda dengan jiwa mudanya mencoba mengaplikasikan ilmunya, memberikan kebermanfaatan untuk masyarakat marginal, dan berusaha memberikan yang terbaik di jalan kebaikan-Nya, inshaAllah mereka adalah teman-teman saya. Mereka adalah orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan saya, bisa jadi saya belum lama mengenal mereka tapi mereka adalah rekan-rekan terbaik yang sudah saya anggap keluarga sendiri, mereka adalah orang-orang yang senantiasa membantu saya mengasah nurani.

***

Jika berbicara tentang bisnis, pasti tidak terlepas dari profit yang ujung-ujungnya kesejahteraan dari pemegang modalnya (stockholders, stakeholders), kurang lebih itu yang saya pelajari selama 4 tahun menjadi mahasiswi fakultas ekonomi. Saya sangat akrab dengan teori-teori yang berhubungan dengan maksimalisasi keuntungan. Menjadi tidak heran jika akhirnya saya akan menjadi individu yang individualis. Untung saja ada sebuah perjalanan sosial selama di Thailand yang mengajarkan saya tentang bisnis sosial. Ooooh ternyata berbisnis itu tidak melulu berbicara tentang modal berupa uang yang bisa membeli keseluruhan manajemen untuk menjalankan bisnis tersebut, Ooooh ternyata berbisnis itu tidak selalu lho berbicara tentang keuntungan materi saja, ya karena ada ternyata yang namanya bisnis sosial - bisnis untuk mengasah nurani pelaku-pelaku di dalamnya.

Jika sebelumnya saya hanya mengenal Muhammad Yunus sebagai tokoh bisnis sosial yang telah mendunia, perjalanan mengasah nurani bersama rekan-rekan Dreamdelion membuat saya mengenal Bank Petani ala Uda Masril Koto, mengenal rekan-rekan telapak-nya Bang Onte, mengenal juga rekan-rekan muda Young Change Maker Ashoka Indonesia, dan masih banyak lagi orang-orang yang terlebih dahulu mengasah nurani-nya melalui bisnis sosial atau setidaknya kegiatan-kegiatan sosial yang memiliki kontribusi positif dalam mengembangkan masyarakat. 

Turun tangan untuk menyelesaikan persoalan di tataran rakyat (masyarakat) tidak hanya boleh kita limpahkan kepada pemerintah, perjalanan mengasah nurani bersama rekan-rekan Dreamdelion menjadikan saya paham mengapa pemerintah tidak bisa menyelesaikan masalah yang ada, "...karena TERLALU BANYAK MASALAH DI NEGERI INI dan HANYA SEDIKIT ORANG YANG MAU BERGERAK atau HANYA SEDIKIT ORANG YANG MENGGERAKKAN PERUBAHAN, selebihnya HANYA MENUNTUT PERUBAHAN..." Kurang lebih pernyataan itu yang saya dengar dari Mas Panji dalam salah satu video di youtube.

Pernahkah kita mendengarkan curhatan ibu-ibu rumah tangga yang kehidupannya serba terbatas karena tidak ada pendapatan atau pendapatan suaminya tidak cukup untuk sekedar mengisi perut setiap hari? Pernahkah kita bersentuhan langsung dengan anak-anak yang ketika ditanya apa mimpinya, bahkan dia tidak tau harus menjawab apa? Pernahkah kita berhadapan dengan preman-preman yang dengan teganya berbuat jahat, tapi sungguh bukan karena mereka memang jahat tapi karena mereka harus memenuhi kebutuhan untuk bisa bertahan hidup? Pernahkah kita berkumpul dengan anak-anak yatim piatu yang terlihat sangat antusias membuka tas baru mereka yang hanya berisi alat-alat sekolah sederhana? Pernahkah kita membagikan langsung daging kurban atau makanan pembuka puasa yang karenanya kita menjadi tau bahwa hal-hal yang kita anggap murah itu bisa jadi sangat mahal? Perjalanan mengasah nurani ini membuat kami menjadi tau rasanya, rasanya sangat sakit menyayat hati, menampar diri kami yang selama ini hidup berlebihan dan seringkali lupa bersyukur.

Bukan pekerjaan yang mudah untuk melaksanakan sebuah bisnis sosial, tapi juga bukan pekerjaan yang sukar. Bukan pekerjaan yang menyenangkan menggerakkan sebuah bisnis sosial, tapi bukan berarti tidak bisa dibuat menyenangkan, iya bukan?

Dulu awal sekali Dreamdelion berdiri, saya cuma berpikir bisa memberdayakan beberapa ibu lalu hasilnya untuk membiayai sekitar 15-an anak di sanggar belajar. Tapi Alhamdulillah karena akhirnya ini bukan hanya menjadi mimpi saya, saat Dreamdelion menjadi sebuah mimpi bersama tidak hanya mimpi saya yang bisa terealisasikan tapi benar-benar mimpi kami yang ada di dalamnya. 

Dulu saya pikir Dreamdelion hanya akan menjadi kegiatan sampingan, nyatanya Dreamdelion membuat saya mengesampingkan banyak hal tentu bukan tanpa sebab, tapi karena saya bertemu dengan para Dreamers (teman-teman Dreamdelion) yang sangat bersemangat, berkomitmen, menunjukkan kerja kerasnya yang tanpa imbalan, dan selalu kreatif menciptakan program-program untuk mengembangkan masyarakat.

Dulu saya pikir Dreamdelion itu hanya berbicara tentang Manggarai, tapi ternyata ada empat lokasi yang sudah dapat kami rengkuh meskipun masih banyak hal yang harus kami lakukan. Ini adalah tentang perjalanan mengasah nurani, bukan sekedar merasa kasihan ketika melihat mereka yang tidak berdaya, tapi mengambil keputusan besar untuk melakukan pekerjaan pemberdayaan berbasis bisnis sosial. Saya yakin ini bukan pekerjaan yang mudah, tapi semoga ini akan menjadi pekerjaan dunia-akhirat yang melatih kepekaan bersama dan menjadikan kami selalu bersyukur atas nikmat-Nya. 

Dreamdelion adalah mimpi bersama, mimpi bersama kami yang didalamnya untuk menebar kebermanfaatan, inshaAllah. Meskipun memiliki slogan 'BAHAGIA ITU SEDERHANA', tapi kami yang ada di Dreamdelion yakin juga bahwa 'MENCIPTAKAN KEBAHAGIAAN BERSAMA TERNYATA TIDAK DAPAT MELALUI CARA-CARA YANG SEDERHANA' itu mengapa kami harus bersama.

Selamat berproses mengasah nurani karena hidup ini bukan hanya di dunia, hidup ini tidak hanya berbicara tentang saya atau anda, tapi hidup ini juga tentang kehidupan setelah di dunia dan berbicara tentang kita. Ketika kita berpikir tentang kehidupan orang lain, Allah akan berpikir tentang kehidupan kita, inshaAllah.

No comments: