20130206

Selamat Ulang Tahun ke-57 Bapak :D


Masih sangat mengingat apa yang orang-orang ceritakan tentangmu. Sosok sederhana, lugu, dan ringan tangan. Aku memang tak begitu mengenal dirimu, tapi banyak cerita tentangmu yang mengalir dan membuatku sangat mengenalmu lebih dari waktu yang Allah sediakan untuk kita saling mengenal. Dan lalu aku memiliki panggilan sayang untukmu, aku memanggilmu Bapak :D

Tahun 1987, Bapak menikahi ibu. Mungkin usia itu cukup larut untuk memulai hubungan bernama rumah tangga. Menjadi satu-satunya anak lelaki dari 7 bersaudara menjadikan tanggungan di pundaknya sangat besar kepada keluarga. Bapak menikahi ibu yang usianya 11 tahun lebih muda darinya saat itu. Dalam penantiannya selama 4 tahun hingga lahirnya aku. Orang bilang, Bapak sangat menyayangiku bahkan hal pertama yang dilakukannya setelah suster memberikan bayi untuk diadzani adalah menangis dengan syukur. Bapak selalu memperlakukanku seperti seorang ratu. Kata ibu apapun yang aku mau selalu diturutin oleh bapak. Sekalinya aku menangis pasti semua keinginanku akan diwujudkan. Bahkan saat aku mencampur air dengan roti satu kaleng pun, Bapak tidak memarahiku karena sayang dan cintanya. Karena itu, aku tidak pernah bisa tidur sebelum bapak mengelus punggungku semasa kecil.

Masih sangat ingat, ketika ibu menyuapiku maka bapak akan memasangkan sepatuku lalu mengantarku ke sekolah. Pernah suatu kali aku ngambek dan akhirnya bermain keluar tanpa izin, padahal bapak tau aku tidak suka bermain keluar rumah, dan lalu bapak menyangka puteri satu-satunya hilang sehingga bertanya dari satu rumah ke rumah lain tentang keberadaanku. Seolah orang satu perumahan akhirnya mencariku, padahal saat itu aku sedang bermain di belakang sawah sendirian karena memang sedang sebal dengan bapak.

Buat aku, Bapak adalah malaikat di dunia yang dikirimkan Allah untuk menjaga dan melindungiku. Ketika itu aku dipindahsekolahkan ke kota yang jauh dari kedua orangtuaku, dan ketika Bapak datang untuk menjenguk lalu beliau menangis. Airmata yang tulus, airmata yang ketakutan akan kehilangan, airmata yang sampai sekarang masih lekat di ingatanku.

Bapak adalah orang pertama yang sangat kebinggungan saat seorang bocah laki-laki datang ke rumah, saat itu aku masih SMP kelas 1. Ya... Bapak tidak memperbolehkan bocah itu itu masuk ke dalam rumah. Dan sejak itu aku pun berjanji tidak akan pernah menjalin hubungan yang namanya ‘pacaran’ sampai dengan lulus SMA, aku menepati itu untuk bapak dan ibu. Sikap protektif Bapak yang membuatku bisa memproteksi diri sendiri. Bapak mengajarkan untuk selalu menjaga harga diri sebagai perempuan, pun begitu dengan Ibu.
Tidak pernah sekalipun Bapak mencubitku apalagi memukul, berkata kasar pun tidak. Kalau pun aku yang salah maka Bapak yang akan meminta maaf. Bapak, engkau lelaki yang terlalu baik untukku. Dan terima kasih Ya Allah mengirimnya sebagai Bapakku. Karena itu Bapak menjadi protektif menjagaku, tidak akan pernah beliau membiarkan orang lain membentak atau menyakiti diriku.

Buatku perjalanan hidup dengan Bapak adalah sebuah perjuangan... Kompetisi pertama yang kuikuti, saat keluargaku tengah dirundung permasalahan. Bapak terus menyemangati dan menyuruhku tetap pergi menggapai mimpi. Pun ketika aku hendak mengurungkan niat menuju UI untuk berkuliah, Bapak dengan kata-katanya mampu membangkitkan semangatku. “Bapak nggak iso ngasih opo-opo ke kamu dan adik, Nduk. Bapak cuma iso ngasih kamu ilmu lewat sekolah. Opo wae sing awake dewe duwe iso didol, sing penting gawe sekolah.” Mungkin kata-kata itu begitu sederhana, tapi membuat aku menjadi lebih hidup dalam kehidupanku ini untuk Bapak, Ibu, dan adikku.

Bapakku adalah seorang sales obat-obatan. Setiap hari beliau harus bekerja keras mengangkat barang dan dari satu toko ke toko lainnya menawarkan barang. Buatku kegigihan bapak menjadi penyemangat. Bapak saja bisa, pun begitu denganku tak boleh kalah semangat! “Wong sing rajin wae gak tentu iso sukses, opo maneh sing males dadi mesti rajin yo Nduk. Saiki ora perlu mikirno kerjo, Bapak sing kerjo. Kowe karo adik sinau wae sing bener ben dadi wong sukses ngko...” Kurang lebih kalimat seperti itu yang selalu diulang-ulang oleh Bapak.

Bapak mengajarkanku untuk totalitas dalam mencintai keluarga. Randomly Bapak pernah bilang, “ojo sampek gawe loro ati wong lanang yo, Nduk. Meski gak seneng kudu apik...” Karena Bapak, suatu saat nanti aku ingin mencintai keluargaku dengan total.

Meskipun pendiam, Bapak tidak pernah tinggal diam setiap kali melihatku tidak tidur. Aku lebih suka di depan komputer dan mengerjakan tugas-tugas hingga sakit karena lupa makan, karena itu bapak selalu masuk kamar sekedar untuk mengantar makanan, teh, susu, dan vitamin agar kelelahanku dapat diminimalisir. Bapak itu ibarat dokter pribadi untukku.

Suatu saat nanti ketika aku sudah berkeluarga, aku akan tetap menjadi putri kecil untuk Bapak yang akan selalu ada di sampingnya. Aku akan mengajak Bapak kemanapun aku pergi, mungkin Bapak adalah orang pertama yang akan tinggal di rumahku nanti. Karena aku dan Bapak tidak terpisahkan.

Hari ini, 5 februari 2013. Usia Bapak telah menginjak 57 tahun. Bapak, semoga Allah terus memberikan kesehatan, umur yang panjang nan bermanfaat, anak-anak yang soleh dan solehah, dan tebarkan kebaikan-kebaikanmu dengan apa adanya. Aku sayang banget sama Bapak, sayang banget Pak :*


Depok, 5 Februari 2013
Dengan sayang,


Anakmu (Alia Noor Anoviar)

No comments: